Konsep Jodoh (56)

540 50 27
                                    

"Mau kamu jungkir balik pun, kalau dia bukan jodoh kamu. Selamanya, dia tidak bisa kamu miliki."

~Kepingan Hati~

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi 🤍
Tetap jaga iman dan imun 🤍

Happy Reading!

***
"Ilmu di dunia ini luas dan banyak banget, tapi kenapa kamu bisa merasa puas dan hebat dengan ilmu yg kamu miliki sekarang, Danira?"

Danira terdiam mendengar pertanyaan dari Khafa. Danira akui jika ia memang kerap sekali sombong dengan ilmu yang ia miliki. Tak jarang, ia merasa di atas angin dan sering kali meremehkan orang lain.

"Saya dulu ketika kuliah, bukannya ngerasa makin pinter. Justru ngerasa makin bego, kayak mikir begini 'Ternyata banyak banget hal yang saya nggak tahu di dunia ini' ibu cuma mau kamu tidak sombong dan menganggap diri kamu terlalu hebat dengan yang lainnya," ucap Khafa sembari memandang Danira dengan pandangan teduh.

"Iya, Bu, maaf. Saya nggak bakalan ngulangin hal yang sama," ucap Danira dengan sungguh-sungguh.

"Baiklah, Danira. Semoga kamu tidak mengecewakan saya."

Di kelas ini, tinggal Khafa dan Danira saja karena Khafa memang ingin menasehati muridnya tersebut secara berdua saja karena nasehat yang terbaik bukan lah di depan umum. Khafa menepuk bahu Danira dengan lembut lalu pamit lebih dulu.

"Mbak Khafa!"

Khafa menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya. Khafa tersenyum lalu membalas melambaikan tangan. Gadis muda tersebut lari dengan riang ke Khafa lalu memeluknya.

"Kangen banget," ucapnya membuat Khafa terkekeh.

"Sama nih, mbak juga kangen sama kamu."

"Oiya, Ayra bawa makanan buat Mbak nih," ucap Ayra ketika pelukan tersebut sudah terlepas.

"Alhamdulillah, siang-siang dapat rezeki."

Bola mata Khafa berbinar ketika membuka kotak tersebut berisi makanan klepon.

"Makasih, Ayra."

"Sama-sama, Mbakku."

"Kamu ke sini ngapain, Dek?" tanya Khafa sembari berjalan beriringan dengan Ayra ke ruang guru.

"Ayra tadi ngurus raport sama ijazah, Mbak untuk melengkapi berkas kuliah."

"Oalah, iya, ya, mbak lupa."

Ruang guru terasa sepi karena masih ada sebagian guru yang mengajar. Mungkin hanya tinggal empat guru saja yang berada di dalamnya. Khafa mempersilakan Ayra duduk di hadapannya.

"Menurut Mbak Khafa sendiri pendidikan untuk perempuan itu penting nggak sih?" tanya Ayra sambil menatap Khafa dengan penasaran.

"Penting banget dong, Ayra. Perempuan itu harus berpendidikan dan harus punya standar tinggi. Bukan untuk siapapun, tapi untuk menjunjung harga dirinya sendiri."

"Seorang perempuan yang pintar itu bukan hanya untuk karirnya aja, Dek, tapi untuk keturunannya. Seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Tidak semua anak yang pintar terlahir dari ibu yang cantik, tapi seorang ibu yang pintar akan melahirkan anak yang pintar."

"Meskipun perempuan ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga, tapi profesi tersebut nggak bisa disepelekan, Ay. Sebab tanggung jawabnya sangat besar karena seorang ibu berperan besar dalam mendidik generasi selanjutnya."

Ayra tersenyum mendengar ucapan dari Khafa. Ia semakin yakin untuk melanjutkan pendidikannya.

"Makasih loh, Mbak pencerahannya."

Kepingan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang