Hal Tak Terduga (26)

1K 71 6
                                    

~Bidadari nyata itu memang ada. Apalagi, kalau bidadarinya baik hati. Auto, bikin jantung cepak-cepak jeger!"

~Kepingan Hati~

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi 🤍
Tetap jaga iman dan imun🤍

Happy Reading!

***

Khafa sedang mengobati luka-luka yang berada di wajah Revan. Deon dikeluarkan dari sekolah karena telah merendahkan seorang tenaga pendidik sedangkan teman-temannya dan Revan diberlakukan skorsing.

"Saya nggak tahu mau bilang apalagi selain terima kasih kepadamu, Revan."

"Revan itukan adik ipar, Mbak Khafa. Jadi, sudah semestinya Revan melakukan itu semua. Revan juga nggak suka ketika mereka merendahkan Mbak Khafa sama Bang Rafa."

Khafa tersenyum mendengar ucapan dari Revan. Revan yang berada di dekat Khafa seperti ini bisa melihat betapa cantiknya kakak iparnya tersebut. Pantas saja, kakaknya itu jatuh cinta kepada perempuan yang berada di hadapannya ini. Apalagi, Revan jarang sekali melihat Khafa tersenyum manis seperti ini. Bahkan, Revan tak berkedip sedari tadi membuat Khafa heran.

"Ternyata, bidadari itu nyata," kata Revan dalam hati.

"Revan ...." panggil Khafa, tetapi tak mendapat respon dari Revan.

"Hei, kamu ngelamunin apa?" tanya Khafa sambil menjetikkan jarinya membuat Revan tersentak.

Revan tersenyum konyol membuat Khafa menggeleng. Dia merasa, Revan dan Rafa tak beda jauh. Suka aneh secara tiba-tiba.

"Hmm, kalau gitu. Revan pulang dulu, Mbak," kata Revan kemudian bangkit dari duduknya. Belum sempat, Khafa berkata. Lelaki itu sudah berlari menjauhi dirinya.

"Haish, adek sama abang nggak ada bedanya," kata Khafa mengembuskan napas panjang.

***
Khafa sudah menelpon Rafa berulang kali. Namun, Rafa tidak mengangkat panggilannya. Perempuan itu menghela napas kesal ketika waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Biasanya, Rafa itu jika pergi pasti akan pamit padanya, tetapi sekarang Rafa tak ada mengirim pesan apapun.

"Apa gue telpon Bimaseno aja, ya?" tanya Khafa pada dirinya sendiri. Namun, Khafa segera menggeleng.

"Dih, nggak-nggak. Nanti, Rafa malah keegeran lagi kalau gue nyariin dia sampai nelpon temen-temennya."

"Tapi, gue khawatir. Takut tuh bocil kenapa-kenapa."

"Ayo, berpikir positif Khafa. Dia udah 19 tahun dan bisa menjaga dirinya sendiri. Oke-oke, abaikan," ucap Khafa menenangkan dirinya.

Kemudian, Khafa meletakkan ponselnya lalu membaringkan tubuhnya. Berusaha tak peduli jika Rafa tak ada kabar. Khafa sudah membolak-balikkan tubuhnya, tetapi tetap saja matanya enggan terpejam.

"Kenapa gue nggak bisa tidur sih?"

"Argh! Rafa sialan! Lo di mana sih!" seru Khafa geram sendiri.

Bahkan, dia kembali membuka ponselnya dan pesannya saja belum dibaca oleh Rafa. Padahal, Rafa tengah online. Benar-benar sih Rafa membuat kesabarannya semakin menipis.

"Jangan marah bagimu surga. Ingat, kalimat itu terus, Fa. Yuk, tarik napas lalu buang."

"Astagfirullah Al adzim."

Kepingan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang