7. Rafa Terusir (Revisi)

1.1K 90 2
                                    

"Kamu tidak perlu menjadi hebat untuk memulai sesuatu, tapi kamu perlu memulai untuk menjadi hebat"

¬Kepingan Hati¬

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi

Tetap jaga iman dan imun

Happy Reading!

***

Rafa dan Wandi berdiri gagah di depan kelas, menghidupkan panggung mini mereka dengan kreasi unik. Rafa memegang kemoceng mikrofon, sedangkan Wandi menggenggam sapu seolah-olah itu adalah gitar. Untuk menambah kesan dramatis, Rafa bahkan memutuskan untuk memakai wig berwarna coklat milik teman sekelasnya.

"Yang di tribun mana suaranya!" seru Rafa, sambil bersamaan dengan Wandi melambai-lambaikan tangan ke arah penonton.

"Yoohoo!" jawab mereka bersamaan, sementara suasana kelas menjadi semakin meriah.

Tangan-tangan kreatif mereka beraksi, menghidupkan nuansa romantis dengan lagu yang mereka pilih yaitu lagu milik Dewa 19 berjudul Kangen.

Ku terima suratmu,

Telah kubaca dan aku mengerti.

Betapa merindunya dirimu,

Akan hadirnya diriku.

Didalam hari-harimu,

Kita bersama lagi

Suara merdu Rafa mulai mengisi ruangan. Wandi menggoyangkan sapunya seolah-olah itu adalah gitar, sementara dua temannya yang lain mengambil peran unik; satu dengan galon sebagai gendang, dan yang satunya lagi menari dengan lincah, menggoyangkan pinggulnya sesuai irama.

Para penggemar Rafa di antara murid perempuan tidak bisa menyembunyikan kegirangan mereka, seakan-akan Rafa telah mencuri napas mereka. Sementara itu, yang kurang terkesan dengan penampilan Rafa hanya bisa menggeleng malas.

"Yuk, semuanya!" ajak Rafa dengan semangat.

Semua kata rindumu semakin membuatku
Tak berdaya
Menahan rasa ingin jumpa
Percayalah padaku aku pun rindu kamu
Aku akan pulang
Melepas semua kerinduan
Yang terpendam

Semua ikut menyanyi bersama. Suasana di kelas berubah menjadi seperti konser sungguhan, bahkan ada yang membuka flash handphone untuk menciptakan nuansa yang lebih dramatis. Rafa berjingkrak dengan gaya layaknya seorang rocker, menambah semangat mereka yang menyanyi.

Namun, tiba-tiba ada suara datar yang memotong suasana.

"Apa-apaan ini?"

Khafa datang membuat Rafa menjatuhkan kemoceng mikrofonnya, menatap ke arah sumber suara. Ternyata, Khafa melipat kedua tangannya di depan dada, menatap tajam Rafa. Sejenak, seluruh kelas terdiam. Rafa hanya tersenyum cengengesan sambil menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.

"Ini konser, Bu. Ibu ingin ikutan?" tanya Rafa dengan santainya.

Khafa mendekat, menatap Rafa dengan tatapan tajam. "Saya tidak bercanda, Rafa! Apa yang kamu lakukan ini menularkan kegilaan ke teman-temanmu?"

Rafa memandang Khafa dengan pandangan lesu, tetapi kemudian tersenyum lebar. "Ini kan hanya hiburan, Bu. Jangan serius-serius."

Khafa semakin kesal melihat sikap santai Rafa. "Selain nakal, kamu juga mengganggu, Rafa."

"Ibu tega banget ngomong gitu sama calon suami sendiri."

Khafa melotot tajam ke arah Rafa, yang malah tersenyum lebih lebar. "Bisakah kamu bersikap sopan, Rafa?"

Kepingan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang