3. ODETTA

8.5K 1.9K 78
                                    

Tepat saat Odetta akan pindah menuju kamar, ponselnya berbunyi. Nama Bima ada di sana, bukan sekadar menelepon, tapi panggilan video. Siang tadi Odet sudah mengabaikan panggilan pria itu, rasanya pasti akan sangat terlihat jika dirinya membatasi interaksi mereka. Di sini, Odet mau Bimaskara sendiri yang menjauh darinya.

"Hai, Bim!" sapa Odet begitu layar ponselnya sudah memajang wajah Bimaskara.

"Boleh keluar nggak?" tanya Bima langsung.

"Mau ke mana?"

"Rahasia. Keluar dulu, boleh nggak sama ayahmu?"

Odet melirik ke arah pintu yang ternyata sudah bertengger seseorang di sana. Tentu saja sang ayah sudah lebih dulu memberi kode bahwa ada Bimaskara yang menjemput Odet.

"Prince Daniel kamu di bawah," ucap Seda yang semula Odet kira merajuk padanya.

Odet langsung menutup panggilan video tersebut. Segera dia membalas sang ayah. "Kok, Ayah tahu?"

"Tadi ketemu di bawah, dia udah bilang mau ajak kamu jalan."

Odet tidak akan heran jika Bima bicara secara langsung pada ayahnya. Memang Seda tidak akan memberikan izin kalau yang meminta adalah Odet sendiri. Bima sudah terbiasa jika ingin mengajak Odet pergi, maka yang pertama kali dimintai izin adalah Seda.

Aneh? Odet juga tidak paham mana yang aneh dan bukan semenjak dirinya dilahirkan di keluarga yang sekarang ia punya.

"Kok, diem? Kamu nggak mau keluar?"

"Ayah kasih izin nggak? Soalnya tadi Bima nanya aku boleh keluar nggak?"

Seda mengangguk. "Siapa yang nggak kasih izin? Asal jangan aneh-aneh, terus juga jangan pulang di atas jam 12. Kamu boleh pulang malem kalo tujuannya jelas."

Usia 28 tahun bukan tolak ukur sebagai usia yang bisa membuat Odet pergi seenaknya. Karena sudah demikian, Odet juga terbiasa untuk tidak keluar malam. Meski sesekali memang akan pulang dini hari ketika memiliki tugas kuliah, sudah lama sekali rasanya Odet pulang dini hari.

"Aku ke kamar, siap-siap dulu. Ayah bisa kasih wejangan dulu ke Bima supaya nggak lupa bawa aku pulang tepat waktu."

Seda tidak menjawab ucapan putrinya, karena nyatanya memang pria itu akan memberikan peringatan pada Bima untuk tidak macam-macam dan membawa pulang Odet tepat waktu.

"Bawa Odet baik-baik, jangan sampai dia nangis."

Bimaskara yang semula duduk di kursi teras menoleh karena Seda muncul dari balik pintu. Jika bukan Odessa yang menyambut, sudah pasti Bima hanya boleh masuk di teras rumah saja.

"Iya, Om. Saya bakalan jaga Odet baik-baik."

"Kamu kapan menikah?" Tiba-tiba saja pertanyaan itu mengganggu pendengaran Bima.

"Gimana, Om?"

Seda tidak berniat basa basi, dia tidak suka pada siapa pun yang hanya mengulur waktu.

"Bimaskara, saya beritahu sekali ini saja. Dengarkan baik-baik. Saya nggak suka putri saya berharap terlalu jauh, kalo kamu nggak suka, jangan diteruskan. Biarkan putri saya mencari kehidupannya, jangan halangi dia. Jangan halangi jalannya kalau kamu bukan tujuannya."

Seda memang hanya mengucapkannya satu kali. Namun, semua runutan kalimat itu terputar di kepala Bima berulang kali.

"Ayah sama Bima ngomongin apa?" tanya Odet yang datang dengan pakaiannya yang rapi. Odet tidak berani menunjukkan lekuk tubuhnya diluaran. Jadilah, kulot jeans dan outer linen menjadi pakaian yang nyaman.

"Nggak ada, ayah mau kamu diantar pulang tepat waktu." Seda menyentuh outer linen yang dipakai putrinya. "Kenapa nggak pake jaket? Atau paling nggak baju hangat. Ini udah malem, Mbul."

"Males ke kamar lagi, biarin nanti Bima aja yang siapin."

Seda menatap Bima yang tersenyum kaku. "Kamu bawa jaket dua?" tanya Seda.

"Ada di mobil, Om. Jaket Odet ada di mobil saya."

Seda menatap keduanya bergantian. "Jaket kamu ada di mobil Bima? Kapan kamu buka jaket dan sampe ketinggalan di mobil orang?"

Odet memutar bola matanya malas. "Aku sering buka-bukaan kalo sama Bima, Yah."

Selain Seda, mata Bima juga membelalak ngeri. Bima akan masuk dalam masalah jika Seda berpikir yang macam-macam.

"Apa maksudnya sering buka-bukaan, Odetta?"

"Ayah, plis. Ayah tahu, kan, aku nggak akan ngasih virginitas aku ke laki-laki yang bukan suamiku? Jangaj mikir macam-macam, aku tahu cara menjaga diri."

Seda menghela napasnya. "Ayah percaya kamu, tapi ayah nggak percaya orang yang bersama kamu."

Bima berdehem. "Saya nggak akan macam-macam sama Odet, Om."

Seketika saja Odet agak tersinggung. Dia jadi mengingat ucapan Bima pada mamanya.

"Iya. Ayah tenang aja. Bima nggak bakal tertarik buat macam-macam sama aku, kok. Jangan khawatir, Yah."

Bima menatap Odet dengan tatapan tajam. Sekali lirik saja, Seda memahami situasi yang sedang terjadi.

"Kalian bicaralah, uraikan kesalahpahaman secepat mungkin. Jangan memperlarut masalah, ayah tunggu kalian pulang."

Sayangnya, kesalahpahaman itu tidak akan terselesaikan dengan cepat.

[Siapa male lead-nya? Tergantung. Tergantung mood aku gimana 😝.]

ODETTA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang