52. ODETTA

3.3K 866 12
                                    

Odet yang baru keluar dari toilet setelah memastikan riasannya tetap sempurna merasa aman dan bisa kembali ke tempat acara berlangsung. Odet ingin menemui Bima yang mungkin sudah menunggu cukup lama dengan makanan kesukaannya. Sekali lagi Odet tersenyum di pantulan cermin, dia sangat lega karena acara berlangsung dengan baik tanpa gangguan satu apa pun.

"Hai, Odetta!"

Sudah pasti Odet terkejut dengan manusia yang menyapanya dengan riang itu. Jika saja bukan Anggada orangnya, mungkin dia akan memilih membalas dengan senyuman dan tidak merasa was-was begini.

"Mau apa kamu?" tanya Odet langsung. Dia merasa terancam dengan berada di dekat Anggada.

Pria itu kini terlihat berbeda, mungkin karena Odet memandangnya dengan cara yang berbeda pula.

"Kamu sekarang mirip dengan adik kamu, Detta. Tajamnya tatapan mata kamu itu ... kenapa harus sama?"

Odet menyingkir ketika tangan Anggada berniat mengusap sisi wajahnya. "Jangan bersikap nggak sopan, Pak. Anda adalah orang terpandang, jangan membuat image Anda turun dengan memilih menyentuh istri orang lain."

Anggada terdiam untuk beberapa waktu. Sepertinya pria itu merasa ada yang salah dengan ucapan Odet karena sebelah alis pria itu naik.

"Anggada, tolong move on. Beranjaklah dari semua hal yang nggak bisa kamu lepaskan selama ini. Baik itu Sabrina atau aku, kami nggak pantas kamu jadikan obsesi. Lebih nggak pantas lagi ketika kamu ingin membuat aku merasakan apa yang Sabrina rasakan. Kamu terlihat tidak mempedulikan Sabrina ketika kamu, bukannya mengayomi aku untuk menerima diri sendiri, malah mendorong aku menjadi orang yang jauh dari keluarga."

"Keluarga? Apa kamu nggak tahu, keluarga hanya urusan darah yang mengalir saja. Mereka nggak benar-benar peduli-"

"Sekali lagi kamu menyamakan keluargaku dan kamu." Odet menggeleng tak habis pikir. "Nggak semua orang memiliki kisah hidup, takdir, dan keluarga seperti yang kamu miliki. Pengalaman kamu, jadikan itu pelajaran kamu. Jangan paksakan kondisi seseorang harus sama seperti kamu, Anggada. Kamu sudah gila dengan semua pemikiran kamu yang menganggap semua orang itu sama."

Seringai itu muncul dari bibir Anggada. "Tidak ada yang boleh untuk mengatai aku gila."

Sekarang Odet semakin sadar bahwa Anggada memang membutuhkan pihak profesional. Odet tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Anggada. Maka dari itu, Odet yang kini mencoba pergi agar tidak disakiti oleh Anggada lupa bahwa suaminya sedang menunggu di dalam tanpa mengerti apa yang sedang terjadi.

"Mau ke mana, Detta? Kita harus bicara supaya tidak ada hal yang keliru. Kamu harus tahu bahwa aku bukan orang gila, tapi keluarga kamu."

Odet menjauh-berlari dari Anggada. Pria itu menjadi bayangan gelap di mata Odet. Seperti psikopat yang tidak Odet ketahui apa yang bisa dilakukan pria itu seenaknya.

Sengaja menuju keramaian dan melihat lift yang terbuka dengan beberapa orang di dalamnya, Odet berlari tanpa peduli kakinya yang mungkin terkilir karena sibuk menghindari Anggada tanpa memperhatikan langkah.

"Odetta!"

Pas sekali Odet bisa masuk dengan kerumunan orang dan lift tidak muat lagi untuk menampung orang jika Anggada memaksa masuk.

"Sampai jumpa, Detta."

Odet tidak peduli dan tak mau mengerti apa makna sampai jumpa yang Anggada ucapkan. Dirinya hanya paham bahwa ketakutan membawanya pulang lebih dulu meninggalkan sang suami di acara itu sendirian.

*

Sungguh Odet tidak mengingat suaminya yang berangkat bersamanya tadi. Seperti orang yang kesurupan, Odet pulang dengan kendaraan online dan mendapati tatapan bingung Odessa dan Seda. Ya, karena mereka masih menginap di rumah itu, Odet tentu saja pulang ke rumah orangtuanya.

"Kamu pulang sendirian? Bima tadi telepon ibu, dia kira tadi kamu udah pulang tapi ibu bilang nggak. Kamu nggak ketemu sama Bima?"

Odet tidak menjawab pertanyaan ibunya dan memilih berjalan menuju sofa dengan tubuh yang terasa sangat lelah.

"Bu, aku boleh minta air minum. Aku lemas banget."

Odessa menatap putrinya dengan guratan kebingungan meski tetap menganggukkan kepala untuk mengambilkan segelas air bagi Odet.

Seda duduk di seberang putrinya. "Ada apa? Kalian bertengkar apa gimana?" tanya Seda.

"Nggak, Yah. Aku sama Bima nggak berantem." Wajah Odet terlihat kuyu saat berusaha menjelaskan. Jujur saja tadinya Odet takut diikuti oleh Anggada hingga jantungnya seperti dipacu cepat hingga lemas.

"Terus kenapa?" tanya pria itu lagi.

Odessa membawa minum untuk Odet dan segera menyodorkannya pada putrinya. "Ini, minum dulu baru ngomong."

Odet menghabiskan segelas airnya dengan cepat. Odessa dan suaminya saling melemparkan tatapan bertanya.

"Bu, Yah, aku tadi ketemu sama Anggada. Dia ... menyeramkan. Aku nggak bisa cerita panjang, yang jelas dia bikin aku takut makanya aku buru-buru pergi dan lupa kalo Bima masih di dalam. Aku beneran capek sekarang. Boleh aku tidur duluan? Aku juga minta tolong hubungi Bima, ya, Yah. Aku masih shock."

Seda tidak tahu hal menyeramkan seperti apa yang disebabkan oleh Anggada, tapi pasti keterlaluan hingga membuat putrinya begini. Dia akan mencari tahu semuanya bersama Bima selaku suami dari Odetta.

"Ya, kamu istirahat aja. Ayah bakalan hubungin suami kamu."

Seorang Seda tidak bisa merasa tenang, dia segera menghubungi Bima untuk pulang dan akan membicarakan hal ini. Menantunya itu harus mencari cara untuk melindungi Odet lebih baik lagi apa pun caranya.

ODETTA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang