18. ODETTA

6.1K 1.3K 54
                                    

Odet melepaskan beban pikirannya dengan melangkahkan kakinya menuju kantin kantornya. Memang masih jam satu kurang, tapi dia membutuhkan makanan untuk membuang pikiran buruk yang menerpa dirinya. Tidak memikirkan apakah Anggada akan mengomel atau tidak. Lebih penting untuk tidak tertekan dengan beban pikirannya sendiri sekarang ini.

Dipikirannya, Odet sedang mencerna apa maksud Bima mengenai motif tidak baik Anggada padanya? Odet mungkin memiliki tebakan mengenai Anggada yang tidak menyukainya karena terlahir sebagai putri Seda Dactari. Namun, apa gunanya memiliki motif tidak baik pada Odet? Yang kaya raya dan berkuasa, kan, ayahnya. Bukan Odet. Itu sebabnya Odet tidak pernah mengakui dirinya kaya, karena itu semua berasal dari Seda Dactari.

Jika nantinya Odet menikah, bayangannya adalah memiliki suami yang tidak akan merasa terintimidasi dengan kekuasaan yang ayahnya miliki.

"Saya tadi bilang apa, ya? Sebelum saya tinggalkan kamu di ruang rapat dengan asisten Bimaskara."

Baru tiga suapan nasi dan kuah irisan daging soto yang Odet masukkan ke dalam mulutnya. Hingga sekarang mangkuknya yang menaikkan nafsu makannya malah menjauh karena gerakan tangan Anggada yang licin sekali memindahkannya hingga ke ujung meja.

"Pak, soto saya."

Anggada menggelengkan kepala. "Siapa yang kasih izin kamu makan siang duluan? Lagi pula, kamu harusnya nggak makan di sini. Kamu nggak bisa begini terus, Odetta."

Mendengar kalimat itu membuat Odet merasa tak nyaman. "Maksud Bapak apa, ya? Saya melakukan apa yang saya suka. Kenapa kalimat yang saya dengar sangat diskriminatif, ya?"

Anggada menggenggam tangan Odetta untuk menuju mobilnya yang terparkir di basement khusus petinggi perusahaan. Anggada tidak menjawab pertanyaan Odet yang jelas tersinggung. Begitu pria itu berada di balik kemudi, barulah ada penjelasan yang diberikan.

"Saya lihat di CCTV lift. Kamu sempat mengusap airmata, itu karena Bimaskara, kan?"

Odet berusaha untuk tidak terkejut sama sekali dengan apa yang Anggada ketahui. Dia ingin menyimpan masalah pribadinya untuk dirinya sendiri, tapi tampaknya Anggada tidak bisa menahan diri untuk tidak terlibat sama sekali.

"Dari apa yang terlihat, sepertinya masalah utama adalah fisik, kan?" Anggada menebak hal yang benar.

"Jangan sok tahu, Pak. Saya nggak ingin membahas masalah pribadi saya dengan Anda."

Anggada menyalakan mesin mobilnya dan mulai mengendarai entah kemana. Mungkin saja mereka ke restoran sehat kemarin lagi meski Odet tak menginginkannya sama sekali. Odet butuh makanan yang bisa menggerus suasana buruk hatinya, bukan makanan yang menyehatkan seperti kategori Anggada.

"Saya bisa bantu kamu, Odetta." Tiba-tiba saja Odet mendengar kalimat aneh lainnya dari bibir Anggada.

Saat ini, Odet tidak bisa tidak menatap Anggada dengan mata penuh yang kentara menilai. Terserah apa kata Anggada, tapi Odet sedang tak ingin bermain-main.

"Anda bisa bantu apa, Pak? Saya bahkan nggak meminta bantuan dari Anda."

Dengusan yang menyatakan bahwa Anggada tidak percaya dengan kalimat balasan Odet adalah pernyataan perang. Namun, Odet tidak ingin menjalani perang dengan dua orang pria yang ada di hidupnya sekarang ini. Sudah cukup perang antara dirinya dan Bima yang melelahkan.

"Saya bantu kamu menjadi sosok yang akan dicari oleh Bimaskara dan saya bisa membantu kamu keluar dari penilaian meremehkan yang kamu dapatkan selama ini. Saya akan bantu kamu melewati semua yang memberatkan mental kamu, Odetta."

Odet menggelengkan kepalanya. "Saya nggak paham Anda bicara apa, Pak."

Anggada memberikan tatapan yang begitu kuat dan meyakinkan bagi Odet. Pria itu tidak menyerah dengan penolakan yang Odet berikan. Padahal Odet benar-benar tak ingin keluar dari apa pun, dia hanya ingin masalahnya berkurang.

"Alfa Odetta Mayoris ... saya akan bantu kamu menjadi bintang utamanya. Dua bulan. Sebelum pesta perusahaan akan diadakan dan mengundang relasi, kamu akan menjadi bintang utamanya. Saya bisa menjamin bahwa kamu akan menjadi 'Be the new you', Odetta."

Odet tidak menanggapinya dengan serius, tapi ingin tahu bagaimana Anggada akan membawanya menjadi bintang utama.

"Gimana caranya?" tanya Odet.

"Itu urusan saya, asal kamu menuruti apa yang saya berikan, maka kamu akan menjadi sosok baru itu."

Odet mengalihkan pandangan dari Anggada, malas menanggapi kalimat yang lebih terdengar seperti candaan itu.

"Apa pun tanggapan kamu saat ini, saya akan membuat kamu tidak percaya dengan hasilnya nanti. Sekarang, kita akan membuat kesepakatan tidak resmi bahwa saya akan berperan sebagai kekasih kamu. Oke?"

"Apa-apaan, Pak? Jangan macam-macam!"

Anggada tertawa dengan respon Odet yang berlebihan itu. "Hei. Ini hanya peran, bukan sungguhan."

"Jangan aneh-aneh, Pak. Buat apa melakukan semua itu?"

"Ya, supaya saya dapat izin sepenuhnya untuk membantu kamu menjadi bintang utamanya."

Odet semakin tak paham sama sekali. "Saya mau kamu nggak menyadari perubahan dalam diri kamu, Odetta. Dengan kamu yang mengakui saya sebagai kekasih kamu, maka Bima akan semakin menyadari apa isi hatinya. Itu akan sangat membantu kamu. Lagi pula kamu juga belum pernah pacaran, kan? Anggap saja kamu sedang latihan." Dan dengan begitu tanpa sadar kamu nggak akan menjadi putri gembul kesayangan ayahmu lagi secara perlahan.

Odet terlihat menimang tawaran yang Anggada berikan. Berulang kali menatap ke arah atasannya itu dan ke depan, Odet antara tidak yakin dan ingin memanfaatkan keadaan yang Anggada berikan.

"Bagaimana?" tanya Anggada.

"Saya akan coba," jawab Odet yang membuat kesepakatan tak resmi itu menjadi sah untuk dilakukan.

[Bab 21 & 22 sudah meluncur di Karyakarsa]

ODETTA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang