29. ODETTA

4.4K 1K 73
                                    

Bima ingin sekali berada disisi Odet dalam kondisi apa pun. Dulu mereka sering membagi kedekatan yang tidak sedikit hingga kerap dianggap terlalu mesra. Bima sering mendapatkan protes dari kekasih yang disembunyikannya dari Odet karena lebih sering menghabiskan waktu dengan putri Seda Dactari itu. Lebih banyak waktu yang digunakan untuk menemani Odet ketimbang kekasih yang menuruti Bima sesuai dengan tipenya. Namun, itu tidak lagi berlaku ketika merasa jauh dari Odet. Bima tidak bisa menyangkal lagi bahwa perasaannya berkembang banyak untuk Odetta.

Disaat sudah menyadari perasaannya dan tak mau menyangkal lagi, Bima sudah kehilangan kesempatan. Bima bermaksud meminta izin lebih dulu pada Seda, tapi putrinya sudah lebih dulu menyandang status kekasih dengan Anggada Prabu.

Lebih parahnya, Odet tidak bisa mempercayai pengakuan Bima yang memiliki hati untuk perempuan itu. Rasa ingin melindungi Odet juga semakin besar karena dia mendapati fakta menyedihkan dari Seda bahwa Odet terlalu buta dengan keadaan. Anggada Prabu dengan mempengaruhinya. Bima bisa menyimpulkan bahwa hubungan yang Odet jalani dengan Anggada jelas toxic. Semua perubahan itu bukan dari keinginan Odet sendiri.

Sekarang, lihat saja permasalahan yang dialami antara Odet dan ayahnya. Satu pria bisa mengubah keadaan satu keluarga. Kacau yang Anggada bawa membuat anak yang sebenarnya manja menjadi jauh dari ayahnya.

Bima tidak menyerah. Dia hanya sedang menuruti ucapan Seda, bahwa Odet mungkin harus mengetahui akibat dari pilihannya itu. Tidak ada ucapan yang bisa Odet terima dengan baik sebelum perempuan itu mengerti bahwa ada hal tidak benar yang mengintainya.

"Mas," panggil salah seorang pria yang usianya cukup tua pada Bima.

"Iya, Pak?"

"Maaf, nih, Mas sebelumnya. Saya mau tanya, Mas ini siapanya mbak Detta?"

Pandangan si bapak sangat mendikte. Bima tidak tahu kenapa dirinya diinterogasi seperti ini.

"Saya Bimaskara, teman Odetta."

"Saya dapat pesan dari calon suaminya mbak Detta, kalo mbak Detta pulang dengan pria asing saya diminta mengawasi."

Anggada rupanya melakukan intrik sejauh ini. Bima sama sekali tidak menyangka bahwa pria itu menguasai kehidupan Odet hingga mengatakan pada tetangga Odet bahwa Anggada adalah calon suaminya. Bicara kepada Seda Dactari untuk meminta izin saja tidak pernah, sejak kapan menjadi calon suami Odet? Ternyata Anggada memang sangat menyebalkan.

"Kalo memang Bapak tidak percaya, silakan ikut saya masuk. Saya akan membawa Odet masuk ke rumahnya karena dia sudah kelelahan dan tertidur di mobil."

Bima tidak akan memberikan perdebatan. Jika dirinya bersikap tidak terima dan marah, maka besar kemungkinan Bima yang diserbu oleh warga dan dituduh akan melecehkan Odet.

"Kalo gitu saya bawa istri saya, Mas. Tunggu sebentar."

Bima mengangguk setuju. Dia mengurut pangkal hidung karena menghadapi masalah semacam ini. Sungguh ini kali pertama dirinya diawasi untuk mengurus Odet, padahal saat Odet tinggal bersama orangtuanya tidak sampai begini.

"Det, Det ... aku pengen nonjok Anggada, tapi nanti aku yang tetep kelihatan salah di mata kamu."

*

Odet terbangun dengan kebingungan yang melanda. Mencari keberadaan Bima adalah yang utama, tapi dia tidak menemukan Bima disudut rumahnya. Mengecek ponsel juga tidak ada pesan yang masuk dari Bima.

"Apa-apaan, sih!? Masa pergi nggak bilang apa-apa?!" Odet kesal sendiri membayangkan Bima yang tidak mengurusnya seperti dulu. Mengantar pulang dan pergi tidak menjadi kebiasaan Bima. Meski tidak sampai menggantikan pakaian, setidaknya Odet berharap Bima melepaskan heels yang Odet pakai dan membersihkan riasan di wajahnya.

Saat berniat membuka kulkas, Odet mendapati catatan baru.

Semalem aku diusir sama tetangga kamu karena mereka menjalankan pesan dari calon suami kamu. Aku cuma bawa kamu ke kamar aja terus pulang. Seafood semalem aku simpen di kulkas, panasin biar enak bisa dimakan lagi. Kalo ganggu diet kamu bisa kasih tetangga kamu aja, Det.

Odet tahu itu pesan dari Bima. Isi pesannya sekilas memang terbaca normal, tapi sungguh Odet tahu dirinya mengernyit saat membaca ulang kalimat 'calon suami kamu'. Sejak kapan Odet memberi predikat itu pada seseorang?

Tinn tinn

Anggada membunyikan klakson mobilnya hingga Odet terperanjat. Sekarang dia tahu kemana arah dari predikat calon suami itu.

"Hai," sapa Anggada tanpa merasa salah sama sekali. Pria itu menyematkan ciuman disudut bibir Odet. "Kamu belum mandi? Ini dandanan kamu dari semalam?"

Odet mendorong dada pria itu pelan. "Bapak yang bilang ke tetangga kalau Bapak calon suami saya?"

Anggada mengernyit. "Salah?" tanya pria itu. "Kita resmi pacaran, kan? Kamu yang nembak saya—"

"Calon suami itu tingkatan yang lebih serius dari pacaran, Pak!"

"Hei, hei, dengar. Ini pasti karena teman kamu, kan? Dia komentar apa soal aku yang bilang calon suami kamu?"

Odet menggeleng tak percaya. "Kenapa kamu malah bahas soal Bima? Saya tanya apa maksudnya bilang ke tetangga seperti itu?!"

"Apa salahnya? Kita pasti melangkah ke sana—"

"Nggak, selama kamu nggak bisa menghargai keluargaku."

"Kamu bahas keluarga? Adik kamu bahkan nggak menghargai aku! Mana pernah aku mengajarkan Sabrina untuk melempar vas ke orang lain meskipun nggak suka?"

"Sabrina?"

"Iya. Sabrina, nama yang pernah aku beritahu ke kamu. Tapi sayangnya kamu nggak cukup peduli untuk mencari tahu."

Odet tidak menjadikan itu masalah. Jika memang Anggada pernah memiliki masa lalu dengan Sabrina, lalu kenapa Anggada begitu marah karena Odet tidak mencari tahu mengenai Sabrina?

[Makin kalian cari kesalahan Bima atau Anggada, makin kalian pengen ada tokoh tambahan buat jadi pelabuhan terakhir Odet. Iya, kan? 🤪

Tapi aku gak akan kasih. Catat. Gak akan. Karena emang gak ada🤣.]

ODETTA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang