Suasana rumah seketika menjadi begitu mencekam. Dastari, Odessa, dan Odet terdiam sebab satu-satunya pemimpin di rumah tersebut yang membuat mereka semua bungkam. Bukan tanpa sebab hal ini terjadi, Odet yang menyebabkan hal ini terjadi. Pada hari kedua ayahnya pulang dari Makassar dan Odet rasa sudah lepas dari rasa penatnya, pembicaraan di ruang keluarga dimulai dengan perlahan sekaligus mematikan.
Seda mengeluarkan kacang almond yang dirinya kunyah sebelum pertanyaan Odet meluncur. Tisu yang berada di meja menjadi tempat Seda membuang almond yang tercincang kasar dari mulut pria itu. Ketiga perempuan itu mencari cara untuk menghadapi reaksi Seda yang diperkirakan akan mengeluarkan api.
"Ayah," panggil Odet pelan.
"Kenapa kamu tiba-tiba tanya soal tinggal sendiri? Kamu mau keluar dari rumah?" tanya Seda begitu kewarasannya muncul.
Odet menatap ayahnya dalam, memberikan kalimat meyakinkan pada pria yang menjadi cinta pertamanya itu. Sayang, kali ini Seda tidak ingin melemah dengan tatapan yang Odet berikan.
"Bukan gitu, Ayah. Aku mau mencoba hal baru dengan usia yang sudah dewasa ini. Aku mau tahu rasanya menjadi wanita karir yang bisa mengurus seluruh tanggung jawab buat diriku sendiri."
"Kamu masih menjadi tanggung jawab ayah sampai suami kamu menggantikannya kelak," kata Seda dengan tegas.
"Ayah ..." Odet setengah frustrasi dengan penolakan ini. Namun, dia tidak bisa menyerah begitu saja.
"Apa ada alasan lain sampai kamu tiba-tiba memutuskan hal semacam ini tanpa bicara dengan ayah lebih dulu sebelumnya? Kamu sudah membeli rumah dan ayah nggak tahu. Tiba-tiba saja kamu menyampaikan ini dan meminta izin untuk tinggal sendiri. Apa yang terjadi?"
Odessa menarik tangan Dastari untuk menyingkir dari sana. Seda dan Odet akan membutuhkan waktu bicara serius berdua. Odessa hanya tak mau jika nantinya Dastari meyeletuk dan memperkeruh suasana.
Setelah keduanya pergi, Odet memohon pada Seda agar memberikan izinnya. "Ayah, aku udah 28 tahun. Ayah selalu melarang aku ini dan itu. Aku bahkan nggak ayah izinkan untuk diet dan membuat diriku lebih sehat. Ayah selalu menekan aku dengan statement kalo aku mudah sakit. Sejujurnya aku nggak yakin dengan hal itu, ayah justru terdengar seperti menginginkan aku selamanya seperti usia kanak-kanak aku, gendut."
Seda menaikkan sebelah alisnya. "Tujuan kamu jelas di telinga ayah, Odetta. Kamu bukan ingin lebih sehat, tapi jadi langsing. Itu kenapa ayah nggak mengizinkan kamu diet. Ayah mau kamu menerima diri kamu apa adanya."
Odet menggeleng tak percaya. "Ayah melihat aku selamanya seperti saat aku masih kecil. Anak perempuan ayah yang gembul dan lucu, tapi kenyataannya nggak begitu, Yah. Aku udah 28 tahun."
Seda mengamati wajah putrinya, Odet tahu bahwa ada raut kecewa yang ayahnya rasakan.
"Maafin ayah kalo membuat kamu kesulitan selama usia dewasa kamu. Oke. Ayah nggak akan mengekang kamu dengan peraturan yang nggak masuk akal lagi. Lagi pula zaman sekarang bentuk fisik memang sangat penting untuk diperhatikan. Mengenai rumah yang sudah kamu beli, sayang juga kalo nggak kamu gunakan dan malah jadi rumah kosong. Silakan kamu putuskan apa yang terbaik untuk dirimu, Odetta. Kamu sudah 28 tahun."
Semakin seseorang menandaskan sesuatu berulang kali, itu tandanya sisi kekanakan mereka minta dipuaskan. Sesuatu yang diakui sendiri berulang kali menandakan bahwa orang tersebut memang belum benar-benar dewasa. Odet sedang disindir dan ayahnya sudah enggan melarang. Mengapa ini justru terasa kosong? Harusnya Odet puas dan senang dengan izin yang dikantonginya, kan?
Seda menepuk bahu putrinya sebelum meninggalkan Odet sendirian dengan rasa hampa yang langsung menyerang. Mau tak mau Odet memilih untuk masuk ke kamarnya sendiri dan menemukan layar ponselnya berkedip-kedip berulang kali, pesan dari Anggada yang masuk membuatnya langsung menarik napas dalam.
Anggada P. [Gmna? Kamu dpt izin?]
Anggada P. [Kalo gak, saya bisa bantu kamu untuk bicara ke ayahmu.]
Odet mengetikkan balasan singkat 'sudah dapat izin' dan Anggada langsung menghubunginya saat itu juga melalui panggilan video. Pria itu suka sekali bicara dengan wajah yang saling terpampang. Padahal saat ini Odet sedang malas sekali memasang ekspresi biasa saja di depan orang lain.
"Serius? Seda Dactari mengizinkan putri kesayangannya tinggal sendiri?" sambutan pertama Anggada setelah Odet menggeser ikon berwarna hijau.
"Hm. Ayah saya memberikan izin, Pak."
Tersenyum begitu cerah, Odet maknai senyuman pria itu sebagai kebahagiaan karena mereka menjadi memiliki lebih banyak waktu bersama dan tidak ada anggota keluarga Odet yang menghalangi.
"Bagus. Mulai besok kamu tinggal sendiri, ya. Saya akan kirimkan truk untuk mengangkut barang-barang yang kamu mau pindahkan."
Odet menggeleng. "Nggak perlu, Pak. Saya akan meninggalkan sebagian besar barang saya di sini. Saya akan sering pulang ke sini."
"Itu namanya nggak benar-benar mandiri, Odetta. Kamu harus melepaskan sifat manja kamu dengan menjadikan rumah baru kamu hanya tempat singgah sementara. Kamu harus betah tinggal di rumah baru kamu. Karena kamu akan memulai tahap baru di kehidupan kamu."
Odet mengamati kamarnya yang tidak pernah gagal membuatnya betah untuk berlama-lama di dalamnya. Kamar itu yang dinantikannya ketika lelah di tempat kerja menyapa.
"Pak, saya nggak mungkin membawa semua barang saya di sini."
"Ya, kalo begitu kita beli saja. Saya akan temani kamu mengisi barang di rumah baru kamu."
Anggada ini sangat perhatian. Mencarikan rumah yang dekat dengan kantor, nyaman, dan yang pasti satu arah dengan tempat tinggal pria itu. Kini Anggada mengatakan akan menemani Odet mencari barang untuk di rumah Odet yang baru. Betapa Anggada meresapi kesepakatan mereka begitu dalam. Mungkin bersikap menjadi sepasang kekasih yang sebenarnya tidak akan merugikan Odet.
"Bapak nggak mau jadi pacar beneran saya?"
Oh, sepertinya Odet sudah gila.
[Yang mau baca duluan di Karyakarsa, boleh. Yang mau baca versi ebook, juga boleh. Mampir aja ke akun Karyakarsa 'kataromchick', dan cari di Google play 'Faitna YA' buat ceritaku yang ada e-book nya. Terima kasih😍]
KAMU SEDANG MEMBACA
ODETTA [TAMAT]
ChickLit(repost) TERSEDIA EBOOK DI PLAYBOOK, DAN BAB SATUAN SERTA PAKET DI KARYAKARSA. Odetta memang memiliki nama yang serupa dengan tokoh Barbie kesukaannya. Putri angsa yang cantik. Sayangnya Odetta tak serupa dengan tokoh Barbie tersebut. Jauh dari perk...