Saat seharusnya Odet mendapati wajah Bima di kantor milik Anggada, pemandangan yang dirinya dapatkan hanyalah Garfis-asisten Bima. Ke mana Bima? Ini adalah kesempatan yang biasanya Bima gunakan untuk bisa memaksa bicara dengan Odet, tapi pria itu justru tak ada. Kebingungan melanda Odet seketika.
Anggada yang menyadari Odet tidak fokus sama sekali segera menyentuh tangan kekasihnya, meremas pelan untuk menunjukkan eksistensi pria itu pada Odetta. Seakan bicara "Aku di sini, kamu cari siapa?"
Odet tidak bisa menyangkal bahwa Anggada mendominasi hidupnya belakangan ini. Ditambah dengan intensitas pertemuan mereka yang lebih banyak semenjak Odet menghabiskan waktu di rumah barunya.
"Saya minta slot untuk produk kami benar-benar dimaksimalkan. Semua talent dalam acara harus pakai ponsel keluaran kami."
"Nggak masalah, asal disediakan. Program yang ada di dalamnya juga dimaksimalkan. Selama kontestan dan juri ada di acara ini, semua berkomunikasi menggunakan ponsel keluaran perusahaan kalian." Anggada terus menggenggam tangan Odet selama menimpali pernyataan Garfis.
Memang tidak ada keuntungan yang tidak berjalan jika Anggada menegosiasi. Odet mengakui kemampuan bicara Anggada sangat kuat untuk mempengaruhi seseorang. Bahkan dirinya dalam fase mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Ada Anggada yang mengabulkan keinginan Odet untuk merasakan masa pacaran diusianya yang terhitung tua, tapi tidak mendapati Bima di sana malah membuat Odet merasa kehilangan.
Bagaimana Odet harus memutuskan hal yang benar? Anggada belum benar-benar masuk ke dalam pikiran Odet, sedangkan Bima sudah lama dekat dengannya. Wajar untuk mencari keberadaan orang yang sudah sangat dekat diri kita, kan?
Selama pembicaraan itu, Odet benar-benar tidak fokus sama sekali. Pikirannya bercabang hingga Anggada menegurnya begitu mereka masuk ke ruangan tanpa menunggu pintu tertutup sempurna.
"Ada apa dengan kamu hari ini? Selama saya sibuk bernegosiasi, kamu ngapain? Kamu sibuk melamun dan bahkan selama saya menggenggam tangan kamu supaya sadar, kamu nggak mengerti sama sekali, ya, Odetta!?"
Odet tidak ingin menyangkal, yang Anggada katakan memang benar. Dirinya tidak fokus dengan apa pun. Sebagai salah satu cara untuk mempertahankan diri, Odet hanya membalas, "Maaf, Pak."
Hanya dengan balasan yang pasrah Odet merasa Anggada akan berhenti untuk membahas. Namun, ternyata pria itu masih ingin bicara panjang lebar.
"Kamu tahu kalo sikap semacam itu nggak profesional, kan? Kamu sepertinya terlalu meremehkan saya setelah menerima kamu sebagai kekasih."
Untuk yang satu ini, bagi Odet ucapan Anggada sudah menyalahi pemahaman. Tidak ada pandangan merendahkan pria itu. Odet justru mengakui kemampuan Anggada dalam bekerja. "Pak, ini nggak ada hubungannya dengan masalah pribadi. Saya nggak meremehkan Anda karena status kekasih itu."
"Oh, ya? Kalo gitu kenapa kamu nggak melihat kehadiran saya di samping kamu dan malah melamun? Kamu pikir saya nggak tahu kalo kamu mengharapkan Bimaskara hadir hari ini. Iya, kan!?"
"Anda bicara melebar ke hal yang nggak saya mengerti. Sebenarnya pembahasan ini ranah pekerjaan atau pribadi, Pak? Kenapa harus menyudutkan saya dengan spekulasi Anda?"
Meski Odet memang memikirkan alasan kenapa Bima tidak datang, Odet tidak akan mengatakannya pada Anggada. Sebab memang negosiasi tadi tidak membutuhkan pendapat Odet, tugasnya adalah mencatat dan memastikan detil yang sangat rinci tidak terlewati. Setelah ini tugas Odet juga akan dimulai untuk mengingatkan atasannya itu.
Apa masalahnya jika Odet tidak menanggapi genggaman Anggada tadi? Bukannya malah pria itu yang menjadi sentimentil dengan hal semacam itu? Jika hanya sekadar isi pikiran, semua orang juga akan berperang dengan pikirannya sendiri. Sedangkan tugas Odet juga tidak terbengkalai.
"Jangan membalikkan fakta. Kamu yang tidak fokus dan tidak profesional bukan saya." Anggada menyangkal.
"Saya mengakui bahwa saya agak tidak fokus, saya menyadari itu, Pak. Saya akan memperbaiki diri. Namun, saya tidak mengerti kenapa saya harus selalu memberikan atensi kepada Anda. Kenapa genggaman tangan itu dibahas? Bukannya itu tanda bahwa Anda ingin saya membalas genggaman tangan itu untuk menarik atensi saya sepenuhnya? Apa hal itu sepenuhnya profesional, Pak?"
Anggada mulai menggunakan telunjuknya untuk diarahkan kepada wajah Odet. Bicara dengan nada naik dan terus menyalahkan perempuan itu. "Ini buktinya kamu meremehkan saya, Odetta. Kamu menganggap bahwa dengan saya yang memberikan perhatian kepada kamu adalah bagian tidak profesional. Saya mau kamu fokus tadi, itu profesional!"
Odet menarik napasnya sebelum bertanya, "Apa, sih, konteks dari profesional yang Bapak maksud? Kriteria yang benar itu seperti apa? Saya bahkan nggak membicarakan nama Bima atau bertanya pada Garfis mengenai Bima. Saya hanya memikirkan hal yang nggak akan saya ungkapkan karena saya sedang dalam mode bekerja. Kalau itu Anda nilai tidak profesional, lalu bagaimana yang profesional? Saya yang mengambil alih pembicaraan? Saya yang bernegosiasi lalu Anda yang menerima hasil? Bapak mau saya bertindak dominan untuk memimpin pembicaraan ketimbang diam dan tetap mencatat bagian penting saja? Apa yang Anda mau, Pak?!"
Anggada membuka mulutnya berniat untuk membalas, tapi pria itu gagal merangkai kalimat dengan benar dan berakhir dengan memilih menghela napasnya dengan kesal.
"Balik kerja, saya nggak ingin bicara dengan kamu, Odetta."
Odet mengganggukan kepalanya bukan karena menuruti, tapi untuk menyinggung bahwa seharusnya sejak tadi waktu yang berjalan bisa digunakan untuk bekerja saja ketimbang berdebat tak jelas arah.
[Bab 30 dan special chapter nya udah up di Karyakarsa, ya]
KAMU SEDANG MEMBACA
ODETTA [TAMAT]
ChickLit(repost) TERSEDIA EBOOK DI PLAYBOOK, DAN BAB SATUAN SERTA PAKET DI KARYAKARSA. Odetta memang memiliki nama yang serupa dengan tokoh Barbie kesukaannya. Putri angsa yang cantik. Sayangnya Odetta tak serupa dengan tokoh Barbie tersebut. Jauh dari perk...