35. ODETTA

4.6K 1K 40
                                    

Anggada memang semakin lama semakin terlihat tidak sepenuhnya baik-baik saja dengan dirinya sendiri. Jujur, pria itu tampaknya memiliki tujuan lain karena Odet merasa semakin jauh dengan orang-orang terdekatnya. Terlepas dari manusia yang tidak sempurna dan pasti memiliki kekurangan, Odetta merasa tidak bisa mengemban tugas untuk 'menyembuhkan' apa pun istilahnya yang ada dalam diri pria itu. Karena Odet saja memiliki internal konflik yang harus diurusnya sendiri.

Malam ini, Odet akan menentukan segalanya untuk dihentikan atau dilanjutkan. Tepat saat mobil Bima mengantarkannya, Odet bisa melihat Anggada yang langsung berdiri karena menyadari ancaman.

Odet melihat gerakan Bima yang berniat melepas sabuk pengaman, tentu saja ingin berhadapan lagi dengan Anggada. Namun, Odet menahan. "Jangan bikin keributan lagi. Udah malem, Bim. Tetangga di sini juga pada sensi kalo lihat kamu."

Memang benar, tetangga Odet tidak menyukai Bima karena Anggada yang lebih dulu berbaur dan bisa membuat pandangan baik terhadapnya dan pandangan buruk terhadap Bima. Ya, pemikiran manusia tidak bisa mengambil seluruh paradigma, pasti hanya salah satu saja yang dianggap benar.

Bima menghela napasnya dan menatap Odet dengan tajam. "Kamu yakin nggak akan kenapa-napa? Aku bakalan tungguin kalo memang kamu nggak yakin sendirian, Det."

"Nggak akan kenapa-napa. Anggada itu baik, kok, sebenarnya. Memang ada sesuatu dalam dirinya yang bikin dia kelihatan 'nggak bener', tapi aku yakin sejauh ini dia bisa diajak bicara, Bim."

Bima sebenarnya tidak begitu setuju. Namun, mengingat tabiat Odet yang sama seperti Odessa, selalu memberikan kesempatan pada orang lain untuk menjelaskan dan tidak asal menolak atau memutuskan sesuatu, maka Bima akan membebaskan ruang itu. Lagi pula, ini juga pembelajaran bagi Bima untuk bersikap tidak selalu gegabah. Dari Odet dia banyak belajar.

"Oke, aku balik apart. Kalo kamu butuh apa pun, hubungi aku langsung."

Odet mengangguk dan bersiap untuk menghadapi Anggada. Ini akan menjadi perdebatan yang sengit.

*

Anggada mengikuti langkah Odet yang ringan masuk ke rumah. Menyalakan seluruh lampu dan memastikan pendingin udara hidup karena suhu rumah yang ditinggal kerja membuat Odet merasa aneh.

Untung saja Odet sudah membersihkan diri di apartemen Bima dan mengganti pakaian dengan milik pria itu. Jika tidak, Odet sudah pasti sangat malas untuk melakukan apa pun sekarang.

"Kamu menghabiskan waktu dengan laki-laki lain. Kamu tahu harusnya sekarang saya bisa marah besar karena kamu menyandang status sebagai kekasih saya, Odetta."

Odet mengajak duduk Anggada ketika selesai mengambil dua botol minuman berperisa jeruk ke ruang tamu. Sudah malam, harusnya mereka istirahat, tapi ada yang lebih penting untuk dibahas ketimbang istirahat.

"Untuk hal itu, aku minta maaf. Bukan bermaksud berselingkuh, aku memang sedang plin plan belakangan ini. Aku rasa aku berada di dalam fase remaja dan nggak mengerti apa-apa sampai menempatkan kamu dan Bima di satu situasi yang nggak mengenakkan sama sekali. Maaf."

Anggada mendengkus hingga Odet menatap pria itu dengan kernyitan.

"Kamu sepertinya sadar bahwa belakangan ini kamu masih bodoh, ya? Kamu masih terpengaruh dengan kehadiran Bima. Bahkan kamu yang memilih mendatanginya seperti perempuan nggak memiliki harga diri."

Odet tidak bereaksi untuk beberapa saat. Tidak ada kemarahan menggebu yang ditunjukkan oleh Odet, meski memang tersulut karena Anggada begitu menilainya rendah. Odet sedang berpikir, memang beginilah sosok Anggada yang sebenarnya. Hobi merendahkan orang lain. Tidak ada yang berubah dari pria itu, selain sikap mendominasi dan obsesif.

"Aku mau kamu jujur, deh, Anggada. Sabrina ini kenapa dan bagaimana kondisinya sampai membuat kamu merasa harus mengubah aku?"

Memilih membahas hal yang menurut Odet menjadi pucuk permasalahan diantara mereka, kalimat menyakitkan dari Anggada tak digubris olehnya.

"Apa maksud kamu? Kenapa membahas Sabrina? Aku mau membantu kamu berubah karena itu tujuan kita sejak awal, kan?"

Odet menggeleng. "Bukan. Itu bukan tujuan kita sejak awal. Aku salah mengartikan apa yang aku mau, Anggada. Selama beberapa waktu ini, aku memiliki banyak situasi kacau dan sentilan datang disaat aku merasa nggak memiliki siapa pun."

"Kamu punya aku!" seru Anggada. "Aku bisa memberikan kamu dukungan tanpa perlu 100 orang lain yang mencoba menghentikan kamu untuk kurus!"

Ucapan menggebu-gebu itu semakin membuat Odet ingin tahu, apa alasan Anggada ingin membuatnya kurus?

"Kamu sepertinya lupa, aku putri Seda Dactari. Aku nggak hidup tanpa pengawasan. Aku tahu kamu memang berniat menjauhkan aku dari ayah, aku mencoba mengerti itu. Yang aku belum mengerti, kenapa kamu begitu tertarik membuat aku kurus?"

Anggada tertegun untuk sesaat. Rupanya Odet mengetahui sesuatu yang menjadi niat awal Anggada.

"Bimaskara yang memberitahu kamu?"

"Tentang tujuan kamu menguasai aku sampai rencana bisa menguasai usaha ayahku?" balas Odet memastikan, tapi tidak dijawab oleh Anggada karena memang itu hal yang ditanyakan Anggada tadi. "Oh, bukan. Kebetulan aku punya, apa, ya kusebutnya? Hm ... bodyguard? Ya, sejenis itu. Dia mengumpulkan beberapa fakta yang sedikit membuat aku terkejut tapi masih berusaha menerima, karena aku tahu kamu baik, kok."

"Kenapa kamu diam kalo tahu semuanya?"

"Aku justru belum tahu semuanya, Anggada. Aku mau tahu alasan kamu membuat aku harus kurus. Karena selama kita bersama beberapa waktu ini, rencana kamu sudah melenceng jauh dari yang awalnya ingin membuat aku bertekuk lutut. Kamu justru membantu aku dengan keras supaya mendapatkan apa yang aku mau. Kenapa? Apa ini ada hubungannya dengan adik kamu, Sabrina?"

Anggada harus menjawabnya kali ini. Odet tidak peduli apa pun risikonya, pria itu harus menjawabnya.

[Yang mau baca duluan sudah sampai bab 39 di KK. Malam ini mungkin aku tambah di KK sampe special chapter 40. Happy reading 💜]

ODETTA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang