"Odet," bisik Bimaskara Yowendra yang kini sudah resmi menjadi suami dari Alfa Odetta Mayoris.
Tubuh Odet berjingkat pelan dalam tidurnya dan bergumam, "Hng." Merasa tidurnya belum benar-benar belum saatnya untuk terbangun.
Odet sebenarnya bukan tipikal yang terlalu sulit untuk dibangunkan. Perempuan itu memiliki semacam 'sensor' yang saat dibutuhkan akan membuatnya terbangun, bahkan hingga duduk di ranjang jika ada suara yang asing. Ketika namanya dibisikkan ke telinga beberapa kali, sudah pasti Odet akan tetap menangkapnya meski dalam kondisi tidur.
"Odetta, bangun bentar."
Odet mau tak mau memaksa membuka matanya. Melihat wajah Bima yang langsung tertangkap oleh pandangan mata. "Kenapa, Bim? Kamu mau sesuatu?" tanya Odet yang berusaha untuk memastikan menjadi pasangan yang baik dengan mendengarkan apa yang ingin suaminya sampaikan.
Saat Odet sedang berusaha mengolet, ditengah pergerakannya ia terkejut bukan main karena Bima menaruh telapak tangan Odet di gundukan pria itu.
"Astaga!" Odet memasang wajah shock yang tidak bisa ditutupi. "What's going on with your ...?"
Bima meringis tak nyaman, antara menahan diri dan merasa tak enak hati membangunkan Odet sebelum waktu subuh begini.
"Berdiri, Det. Aku mimpi ... begitulah sama kamu."
Odet melongo karena jawaban jujur sang suami. Pandangan perempuan itu bergantian mengarah pada sesuatu di balik bokser suaminya dan wajah Bima. "Mau ... lagi, Bim?" Odet mencari jam dinding di hotel, tapi tidak menemukannya di kamar. Ponselnya menjadi sasaran untuk melihat jam. 04:04 PM, yang berarti mereka baru tertidur kurang lebih tiga jam setelah sesi pertama tadi.
"Cepet banget, Bim. Belum ada empat jam udah berdiri lagi. Aku kira punya laki-laki nggak secepat itu bisa terangsang."
Bim mendekati tubuh istrinya dan memeluk Odet dengan frustrasi. Merasa tak enak hati membuat Odet harus melayaninya jam segini, disaat tubuh mereka harusnya istirahat.
"Bim?"
"Maaf, aku nggak tahu kenapa bisa pengen lakuin lagi. Tiba-tiba aja kebangun habis mimpiin begituan sama kamu."
"Mimpi basah? Masa udah tua mimpi basah, Bim?"
Bima terkekeh pelan. "Udah tua? Enak aja, Det. Aku ini belum ada tiga puluh, mana ada tua! Lagian, kamu belum jawab, ini aku boleh minta jatah apa nggak? Aku tersiksa dari tadi, Det."
Kini Odet yang tertawa pelan dengan sikap suaminya. Mereka memang menggelikan. Untung saja semalam mereka tidak berakhir tertawa terbahak karena terbiasa menjadi sahabat.
"Lepas dulu, dong, Bim. Aku mau buka baju—"
"Jangan! Aku aja. Kamu tinggal nikmatin aja, Det."
Awalnya kening Odetta berlipat. Dia tidak tahu bagaimana caranya Bima akan melepaskan pakaiannya saat mereka sudah sama-sama fokus ke menu utama nantinya?
"Beneran? Nanti kamu tersiksa ditengah-tengah, loh, Bim. Sekalian buka aja."
"Jangan, Det. Aku lagi mau belajar juga, nih. Aku mau praktek pelan-pelan jadi pasangan yang memuaskan kamu di ranjang."
Odet tersenyum senang. Pria itu membuat Odet sangat bahagia karena diprioritaskan untuk merasakan kenyamanan dan kepuasan.
"Harusnya aku yang belajar banyak buat bikin kamu puas, Bim."
Odet membuat posisi telentang dan mengalungkan tangannya pada leher Bima. Mereka bertatapan dan bicara diantara jarak yang sangat tipis.
"Kamu bisa belajar juga pelan-pelan, tapi aku lagi pengen memastikan kamu dapet kepuasan, Det."
Odet tersenyum. "Harusnya pembicaraan ini kedengeran menjijikan kalo kita belum jadi pasangan, Bim."
Bima menurunkan bibirnya dan mencuri ciuman di sana. "Sekarang udah jadi pasangan sah. Nggak ada kata jijik, yang ada malah suka bukan main."
Bima menurunkan tangan kanannya, menyelipkan jemari diantara celana dalam yang Odet pakai hingga menemukan bagian paling intim milik Odet. Sontak saja napas Odet terkesiap hingga menarik leher Bima lebih turun. Tidak ada yang diucapkan Odet, tapi begitu jemari Bima bukan hanya mengusap-usap, melainkan memasukinya Odet tidak bisa berpikir jernih.
"Bim ..."
Pria itu menyukai bagaimana Odet menyerukan namanya berulang kali. Sengaja Bima tidak menarik lepas celana dalam istrinya karena ingin mencoba teknik bercinta yang terlintas di kepala saat mendapati Odet hanya memakai celana dalam dan tank top putih tanpa bra. Tatapan Bima mengarah pada bagian dada istrinya dan benar saja puting Odet mengeras hingga menjiplak dari tank top putih itu.
"Sexy," ucap Bima. Ukuran dada istrinya itu bukan tipikal kecil. Entah sejak kapan, tapi Bima seperti menjadi menyukai ukuran tubuh yang serba berisi seperti milik Odet ini. Kemana aja, lo Bim? Kenapa baru sadar kalo Odet mantep banget!?
Bima merutuki diri sendiri yang terlambat menyadari istrinya memang bahenol tanpa perlu dibuat-buat.
"Bim, malu! Jangan bilang gitu sambil mukanya mupeng gitu, dong, Bim!" Perempuan itu masih saja malu padahal mereka sudah saling mengobservasi sejak semalam.
Bima menurunkan tangan Odet yang menutupi wajah. "Jangan ditutup, aku suka kalo kamu ngeluarin ekspresi enak."
Odet semakin malu, tapi tak bisa menutupi wajahnya karena sekarang tangannya ditahan oleh Bima cukup kuat. Perempuan itu tak bisa apa-apa sekarang, tidak bisa ditolong dengan benda apa pun ketika merasakan nikmat dan menunjukkan ekspresi murninya.
"Akh—Bim, Bima, Bim!" Odetta berisik ketika akan mencapai klimaksnya pertama kali dengan jemari suaminya. Tubuhnya melenting dan bergetar heboh saat Bima mempercepat gerakan jemarinya hingga Odet menjatuhkan punggungnya dengan rasa puas dan napas terengah-engah.
Bima mencium bibir Odet dan mengajak lidah mereka bergelut, membuat napas Odet yang terengah menjadi terputus-putus karena rayuan Bima untuk melanjutkan aksi mereka yang sesungguhnya.
"Ronde pertama aku mulai, ya, Det."
Ronde pertama apanya!! Ini udah kedua kalinya! Dasar Bima!
[Bab 52 dan 53 sudah update di Karyakarsa.]
KAMU SEDANG MEMBACA
ODETTA [TAMAT]
ChickLit(repost) TERSEDIA EBOOK DI PLAYBOOK, DAN BAB SATUAN SERTA PAKET DI KARYAKARSA. Odetta memang memiliki nama yang serupa dengan tokoh Barbie kesukaannya. Putri angsa yang cantik. Sayangnya Odetta tak serupa dengan tokoh Barbie tersebut. Jauh dari perk...