Pada saat menghadiri acara yang seharusnya Odet hadiri bersama Anggada—saat menjadi kekasih. Sekarang dia mengalami perubahan. Jika semula Odet dijanjikan menjadi bintang utama secara fisik, maka sekarang Odet tidak peduli menjadi bintang utama atau tidak. Selama Bima yang menggenggam tangannya, pria itu akan menyinarinya dengan segala kemampuan yang Bima punya.
"Pak Bimaskara, apa kabar?" sapa salah seorang pria yang sudah langsung mengenali Bima sebagai kepala dari salah satu brand merk ponsel di Indonesia.
"Baik, sangat baik, Pak Hilman. Saya agak kaget Anda bisa datang juga ke acara ini." Bima berbasa-basi dengan sangat baik. "Bangun relasi juga dengan stasiun televisi?" tanya Bima.
"Oh, bukan saya. Ini kebetulan saja istri saya kenal dengan petinggi stasiun televisinya. Kan, sekarang pebisnis merambah dunia politik, Pak Bima."
Hilman memiliki istri seorang politisi, sedangkan pria itu fokus membangun usaha propertinya. Bima tidak heran istri Hilman bisa maju sebagai anggota legislatif, karena Hilman memang gila kerja dan sudah dipastikan dana kampanye asalnya dari usaha Hilman juga.
"Oh, paham-paham. Saya menunggu pengumuman Anda untuk naik bersama istri Anda, Pak Hilman."
Hilman menggelengkan kepala dengan tangan berkibas tanda tak menyetujui pendapat Bima. "Saya nggak tertarik. Biarkan istri saya saja yang betah di sana. Saya sokong apa yang dia suka, saya akan tetap di dunia saya sendiri."
Bima tertawa mendengar penuturan Hilman, lalu pembicaraan mereka terhenti karena Hilman sudah sibuk bicara dengan kenalannya yang lain.
Bima membawa istrinya menuju tempat makanan berada. "Kamu mau makan apa, Det?"
Odet menatap deretan makanan yang sangat modern itu. Bibir Odet mengerucut tak senang. "Aku lagi nggak bisa makan berat begini, Bim. Aku mau salad, deh."
Bima tidak melarang istrinya untuk mengatur pola makan, bahkan pria iru terkadang ikut apa yang Odet makan. Namun, seringnya mereka makan menu yang berbeda karena Bima suka makanan berat. Perbedaan itu tidak menjadikan mereka merenggang, justru Bima senang Odet menemukan ritme untuk membangun pola makan yang lebih sehat.
"Oke, kalo gitu beli pas pulang, ya." Odet mengangguki ucapan suaminya. "Aku ke sana, ya. Ada macarons kesukaan aku."
Bima yang sudah begitu semringah membuat Odet tersenyum maklum. Jika Odet sangat menyukai seafood, maka Bima suka macarons yang manis legit itu.
"Iya, aku ke kamar mandi, ya? Nanti ketemuan lagi di sini."
"Oke." Bima langsung berjalan cepat jika menyangkut makanan yang disuka.
Odet menggeleng dengan senyuman yang tidak bisa ditahannya sendiri. Bima seperti anak-anak jika menyangkut makanan yang dia suka.
"Dasar Bima, ada aja sifat lucunya."
*
"Bimaskara Yowendra," sebut seseorang yang langsung membuat Bima mengawasi sisi kanannya.
"Anggada."
Menghindari masalah memang tak akan bisa menyelesaikan apa-apa. Namun, bicara dengan Anggada juga pasti membawa masalah.
Anggada mengambil satu kue manis yang ada di piring Bima. Sengaja mengunyahnya dengan wajah yang menyulut. Tahan, Bim. Jangan sampe kelepasan mukul dia di acara resmi begini.
"Ada yang perlu lo sampein?" tanya Bima dengan wajah yang sudah sangat enggan meladeni Anggada.
"Bukan apa-apa, sih." Anggada menarik sesuatu dari saku jas yang dipakainya. "Ini, flashdisk milik Odetta. Nggak diperlukan lagi. Bilang, terima kasih."
Anggada benar-benar hanya memberikan flashdisk itu dan diletakan di tangan Bima. Bima tidak paham kenapa harus memberikan ini padanya?
"Kenapa nggak lo kasih sendiri sama orangnya?" tanya Bima sebelum pria itu pergi.
"Memangnya nggak bikin orang salah paham? Gimana kalo ada headline berita soal anak Seda Dactari yang ketemu sama mantannya saat sang suami menghadiri acara yang sama? Lagi pula, Odetta sudah nggak memiliki waktu untuk mau bertemu dengan mantan atasannya."
Bima menatap Anggada dengan menyipit. "Apa isinya?" tanya Bima yang mulai curiga.
"Apa? Flashdisk? Pekerjaan kami yang nggak tuntas tentu saja. Bisa dilihat sendiri." Anggada sekali lagi mengambil makanan Bima. "Itu saja. Permisi."
Bima sudah pasti akan memukul wajah Anggada jika saja pria itu tidak mendekatinya di dalam ruangan. Untung saja Anggada tidak memperpanjang pembicaraan mereka, jadi Bima bisa fokus mengunyah makanannya lagi setelah menyimpan flashdisk yang diberikan oleh Anggada.
Meski begitu, bukan berarti kepala Bima tidak beraktivitas untuk menebak apa yang sebenarnya Anggada inginkan. Dengan sisa rasa penasarannya, Bima berniat menyimpan benda itu untuk beberapa saat sebelum diberikan pada istrinya. Seperti ada sesuatu yang sengaja Anggada coba sampaikan dengan benda penyimpanan itu.
Menyadari sudah terlalu lama melamun sendiri, Bima mengecek jam yang terus berjalan dan belum menemukan Odet di tempat yang seharusnya mereka gunakan untuk bertemu lagi.
"Tadi janjian di sini. Masa ke kamar mandi lama banget?" gumam Bima yang heran dengan ketidakhadiran Odet di sana.
Bima menarik satu gelas minuman sebelum akhirnya memutuskan mencari istrinya yang tidak terlihat di sudut pesta. Mencari di toilet, perempuan itu juga tak kunjung keluar, hingga membuat Bima meminta tolong pada office girl yang membersihkan toilet dan mengatakan tidak ada siapa pun lagi di dalam toilet wanita.
Kepanikan mulai menyapa pikiran Bima. Dia tidak bisa berada di acara itu lagi karena sepertinya ini ada hubungannya dengan Anggada yang ada di acara tersebut juga.
"Sialan, sialan, sialan! Ini pasti gara-gara dia!"
[Bab 56 dan 57 udah up di Karyakarsa, ya. Happy reading 💜]
KAMU SEDANG MEMBACA
ODETTA [TAMAT]
ChickLit(repost) TERSEDIA EBOOK DI PLAYBOOK, DAN BAB SATUAN SERTA PAKET DI KARYAKARSA. Odetta memang memiliki nama yang serupa dengan tokoh Barbie kesukaannya. Putri angsa yang cantik. Sayangnya Odetta tak serupa dengan tokoh Barbie tersebut. Jauh dari perk...