46. END

1K 47 1
                                    

Kayaknya gue mimpi tadi malem.

Iya, gue mimpi ditembak Juan.

Dan sekarang gue lagi cerita ke Fara.

Bego banget kan gue?

Padahal yang kemarin tuh asli, malah Fara tahu duluan dari Juan karena ternyata Juan sedekat itu sama Fara.

"Bego ya elo, bukannya terima dia lho malah suruh nunggu."

Gue meringis saat Fara beberapa kali nyubit lengan gue. Dera cuma geleng-geleng aja lihat sikap Fara yang berlebihan.

"Jadi lo udah tau duluan, Far?" tanya Dera menyimpan lengannya di bawah dagu.

Fara mengangguk semangat, natap gue sebentar lalu kembali menghadap Dera.

"Juan malem-malem dateng ke rumah gue, dia nanya ke gue, Adara kira-kira bakal pacaran lagi nggak," kata Fara menjelaskan dengan menggebu-gebu, "ya gue jawab dia pasti bakal pacaran, karena jalan kita masih panjang kan? Ngapain jomblo kalo pacaran bisa?"

Gue membelalak, menghembuskan napas berat menatap cewek itu kesal. "Kenapa juga elo bilang gitu? Elo tau gue baru putusan."

Fara menyeringai lebar, lalu menatap Dera. "Gue bener kan, Der? Elo juga kalo udah putus terus cowok yang elo suka nembak lo, pasti diterima," katanya dengan penuh penekanan, "iya, kan?"

Dera hanya mengangguk menyetujui, dengan senyuman tertahan noleh ke arah gue. "Sabar ya, temen emang kayak gitu," katanya mengelus lengan gue pelan, buat gue melengos.

"Sama aja elo ah."

"Eh." Fara menepuk lengan gue buat gue noleh dengan malas, "Juan chat gue," kata cewek itu melotot lalu berdehem.

Dera maju mendekat melihat layar hape Fara.

Gue cuma menggeleng. Berdecak pelan.

"Dia bilang gagal," katanya tertawa pelan sambil menunjukkan layar hapenya.

Gue melengos keras. "Mending lo ke ruang OSIS sekarang, Far. Cari Arsel, biar elo kalem."

Dera menipiskan bibirnya dengan gue yang diam masih merasa kesal.

Berikutnya Fara berdiri. "Iya juga, gue kan ada menyiapkan acara agustusan," katanya bersemangat, "ya udah, ya, Fara mau ketemuan dulu, permisi dua jomblo."

Gue mendelik ketika cewek itu mendorong pelan bahu gue, lalu mengusap kepala Dera pelan membuat Dera menepuk pelan cewek itu dengan buku.

"Jomblo teriak jomblo," kata Dera dengan keras.

Fara berhenti di depan pintu, menoleh ke arah gue dan Dera yang masih merhatiin dia. "Bentar lagi gue taken, sorry," katanya tertawa ringan lalu kembali melangkah keluar kelas.

Dera menghela napas panjang, berbalik kembali menghadap ke gue yang kini membereskan beberapa buku, karena hari ini katanya bebas, mulai hari Rabu besok, ada acara Agustusan, jadi persiapan dari sekarang apalagi ada lomba hias kelas, tadi aja kelas gue baru beres gunting pita di depan pintu, aneh emang.

Siapa lagi jika bukan ide Laskar?

"Dar, elo kok bisa sih baru putus udah ada yang nembak?"

Gue menoleh dengan cepat, menatap Dera yang menyimpan kedua tangannya di dagu.

Berdecak pelan, gue menyentil dahi cewek itu. "Elo pikir gue mau?"

Dera memajukan bibirnya. "Elo emang udah move on?" tanya dia dengan wajah seriusnya buat gue jadi negakin badan secara tiba-tiba.

Gue menggigit bibir bawah menatap meja. "Gue belum tau."

Dera mengangguk pelan sambil mengusap lengan gue. "Gue tau kok ini rumit, tapi kalo emang elo masih belum siap nerima Juan, jangan terima dia atau lo bakal nyesel."

Adara, Ayo Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang