14. SIMBOL KELINCI

541 42 0
                                    

-Selamat membaca-

Gue mengerutkan kening saat pak Eko tiba-tiba memberikan tugas dan berpamitan pulang, gue tanya sama Ayla, ternyata beliau pulang karena istrinya akan melahirkan.

Kesenangan tersendiri saat pelajaran tiba-tiba terhenti begitu saja. Gue mengambil beberapa kertas yang sudah disatukan, lumayan tebal bertuliskan bahasa Jepang, ada juga yang tulisannya Jepang.

"Adara, nanti lo belajar bareng lagi?" tanya Fara dengan posisi kepalanya di meja dan menghadap ke gue.

Gue cuma ngangguk tanpa mengalihkan pandangan dari kisi-kisi. "Kenapa? Lo mau temenin gue?"

Fara tertawa. "Nggak usah repot-repot," katanya membuat gue mendelik sebal.

"Gue masih nggak nyangka tau," ucapnya, gue menoleh sambil menaikan alis.

"Ya itu, pas udah putus langsung disatukan lagi. Lo ngerasa aneh nggak sih kalo ini tuh udah direncanakan sama Tuhan, ini takdir, ini pertanda kalo kalian tuh nggak bisa dipisahkan gitu aja."

Gue mendengus saat Fara berucap panjang, gue ngerti apa maksud dia. Gue juga ngerasa aneh aja, kenapa bisa setelah putus gue malah semakin dekat dengan dia. Tapi gue rasa ....

"Lo terlalu sering nonton sinetron," ucap gue menyonor kepala dia.

Gue nggak mau berpikir aneh-aneh lagi, gue nggak mau berharap terlalu tinggi lagi. Gue masih ingat bagaimana dia ngaku kalo dia punya pacar selain gue, gue masih ingat saat Rigel menyalahkan gue penyebab dia bersikap seperti itu. Gue masih kecewa.

"Lo mah, ya udah sama Juan aja kalo gitu. Cocok kok," ucapnya tertawa keras membuat semua siswa menatap kita datar.

"Mohon maaf, silahkan lanjutkan aktivitasnya teman-teman." Fara menyatukan tangannya sambil tersenyum manis, gue menggeleng sambil terkekeh pelan melihat tingkah ajaib dia yang nggak pernah berubah.

Dia kembali noleh ke arah gue yang lagi tertawa.

"Jadi, lo mau 'kan, sama Juan?" Gue berhenti tertawa dan natap dia datar.

"Buat lo aja, makasih." Gue kembali pada kisi-kisi yang nyatanya lebih menarik dari pada obrolan kami.

"Dih, mending Abang lo kemana-mana." Fara tersenyum memamerkan deretan giginya. Gue hanya mendelik ke arahnya.

"Lo bilang apa aja, sama Abang gue?" tanya gue menyadari satu hal.

Fara menghentikan aktivitasnya yang sedang menulis sesuatu di meja. "Gue cuma bilang kalian putus, lagian Abang lo yang nanya."

"Dikasih apa lagi lo sama dia?" tanya gue sinis.

"Dikasih cinta dan kasih sayang yang tak terhingga," ucap Fara tersenyum lebar.

"Ada Kak Naura kalo lo lupa," ucap gue menyonor kepala Fara.

"Iya iya tau, gue cuma becanda. Lagian kenapa sih kalo abang lo tau, kan emang lo sering curhat  sama dia." Fara menaikan alisnya menatap gue, kali ini dia bicara serius.

"Gue diceramahi tau nggak, panjang lebaaar ...," ucap gue kesal.

Gue menceritakan semuanya sama Fara dari awal dia nanya sampai dia bilang tentang Rigel.

"Hahah iya juga sih, sekarang lo malah benci sama dia." Gue mengerutkan kening, kapan gue bilang benci sama Rigel.

"Gue nggak pernah benci sama Rigel," gumam gue pelan. Fara menoleh dengan cepat.

"Iya, itu karena rasa cinta lo yang keterlaluan sama dia."

Gue terdiam cukup lama setelah Fara berucap, apa iya gue segitunya cinta sampai nggak bisa membenci dia. Tapi kenapa bisa gue kayak gini. Apa karena gue udah lama temenan sama dia jadi gue ngerasa nyaman sama dia. Tapi nggak mungkin ....

Adara, Ayo Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang