23. (Nggak) Jadi Belajar

386 44 0
                                    


"Sekarang kalian harus belajar bareng lagi, ya, sudah satu minggu kalian belajar masing-masing." Gue menggigit bibir bawah, lalu menyelipkan rambut ke belakang telinga.

"Ingat, ya, dua Minggu lagi. Jadi ibu mohon kerja samanya." Bu Maya memandang kami bergantian, lalu memberikan setumpuk kertas, "kalian kerjakan lagi soal latihan ini, kalo ada yang nggak ngerti bisa tanya ke ibu."

Kami bertiga kompak mengangguk lalu mengambil soal yang sudah dipisahkan.

"Oh iya, untuk sekarang kalian boleh nggak belajar di sekolah, karena hari ini guru akan ada rapat yayasan, jadi kalian belajar bareng di rumah aja."

Lagi-lagi kami hanya mengangguk sebagai jawaban. Sebenarnya gue males banget. Eh, Adara, memang kapan kamu tidak malas?

"Ya sudah, Bu. Kami pamit," ucap gue meraih tangan Bu Maya untuk pamit.

___

Sekarang gue, Rigel, dan Juan sudah berada di depan rumah. Tadi kita sempat debat untuk menentukan akan di mana kita belajar. Awalnya kita memilih rumah Juan, tapi dia menolak dengan alasan rumahnya jauh. Lalu rumah Rigel, cowok itu menolak dengan alasan ada adik perempuannya, takut akan mengganggu.

Di sinilah sekarang, rumah gue. Padahal ada adik laki-laki juga. Tadi gue udah nolak dengan berbagai alasan, tapi Juan yang menyebalkan itu terus saja memaksa. Semoga aja nggak ada Bang Albi.

"Gue duluan," ucap Juan menyelinap langkah gue.

"Gue dulu," sahut Rigel tak mau kalah.  Kedua cowok itu kini sudah berada di depan gue.

Gue hanya bisa menggeleng melihat tingkah mereka berdua yang menjadi lebih kekanak-kanakan.

"Kalian bisa diam nggak si—"

Tatapan gue terkunci saat melihat  banyak mobil terparkir di depan rumah. Ini pasti temen-temen nyokap lagi pada kumpul, ah, kenapa waktunya nggak tepat sih.

Gue menoleh ke arah mereka yang sama-sama diam. "Belajarnya besok aja, ya," ucap gue pelan dengan tatapan memelas.

Juan menatap gue malas, sedangkan Rigel hanya tersenyum. Sepertinya cowok itu mengerti

"Taman belakang rumah kamu lumayan luas, belajarnya di sana aja."

Gue masih diam dengan tatapan malas. Rigel tuh kenapa sih nggak ngerti banget, dia 'kan tau gimana berisiknya rumah kalo ada temen-temen ibu gue.

"Ayo lah!" Juan menarik tangan gue secara paksa.

Gue hanya mendengus kesal sambil mengikuti cowok itu, melirik Rigel yang hanya memperhatikan kita berdua.

"Lewat belakang aja—"

"Lho, Adara udah pulang? Tumben."

Pintu dibuka ketika gue akan membalikkan diri. Melihat ibu sedang tersenyum menatap Rigel pun sebaliknya.

Gue hanya mendelik ke arah dua cowok itu saat mereka meraih tangan ibu.

"Kita mau belajar, tante." Juan bersuara dengan nada ramahnya.

"Oh belajar yang buat LCC, ya? Ayo masuk, tapi di taman belakang aja, ya. Lagi ada temen-temen tante," ucap ibu membuka pintu mempersilakan mereka masuk.

Sebelum pintu ditutup, ibu merapat ke arah gue. "Siapa yang satunya? Lumayan juga."

Gue hanya mendengus, sementara ibu malah terkekeh.

Melangkah menuju ruang tamu yang ternyata memang sudah banyak temen-teman ibu sedang berbincang.

"Lho Rigel, kamu ngapain ke sini?"

Adara, Ayo Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang