8. JENGJENG

915 60 2
                                    

Kadang takdir memang suka mempermainkan, tapi percayalah semuanya akan baik-baik saja.


-Selamat membaca-

Bel masuk sudah berbunyi nyaring membuat seluruh siswa berlarian ke dalam kelas sambil menunjukan rasa kesalnya. Pasalnya mereka tahu jika waktu masuk lima menit lagi, tapi sebelum waktunya sudah dibunyikan.

Ulah siapa lagi jika bukan si asistennya sekolah itu, alias OSIS. Yap mereka menyebutnya asisten sekolah, karena apa? Setiap ada acara pasti OSIS yang melaksanakan, setiap ada razia, OSIS yang melaksanakan. Dan setiap ada yang melanggar peraturan, osis yang menghukum.

"LIMA MENIT LAGI....," teriak seorang laki-laki dengan penampilan yang acak-acakan, tak lupa dengan wajah kesalnya yang ia tunjukkan, meski begitu dia tetap menuju kelas sambil berlari.

"KORUPSI WAKTU ...."

"AWAS AJA KALO GUE LIHAT ANGGOTA MEREKA YANG MASIH BERKELIARAN..."

Gue sendiri, masih berjalan santai saat jarak ke kelas gak begitu jauh.

Gue sebenarnya heran sama mereka yang protes itu. Kenapa mereka sebegitu marah ketika jam masuk dipercepat sementara mereka selalu meminta istirahat dan pulang dipercepat juga, bukankah mereka juga sudah melakukan korupsi waktu? Terlihat egois ya, tapi namanya juga siswa, kalo gak gitu gak seru, katanya.

Gue kembali ke alam bawah sadar lagi setelah beropini tentang korupsi waktu. Kalo dipikir lagi, kenapa gue harus pikirin itu.

Gue mulai fokus pada pelajaran sekarang, bahasa Jepang. Pelajaran yang paling gue suka, karena dari dulu gue pengen banget bisa bahasa Jepang. Fyi, salah satu alasan kenapa gue masuk kelas bahasa.

Gue punya mimpi untuk bisa lancar berbahasa Jepang, biar gue bisa jadi penerjemah atau jadi wartawan biar bisa jalan-jalan, Haha. Alasan gue sangat tidak bermutu.

Tapi gue serius, banyak mimpi gue yang sudah ditulis di buku pribadi. Salah satunya ya bisa jadi wartawan atau jurnalis, dan itu kenapa gue masuk ekskul jurnalistik.

Bokap gue selalu bilang kalo kita itu harus punya mimpi, biar hidup kita tuh ada tujuannya gak rebahan mulu. Biar kita bisa jadi orang yang berguna, kalo gak buat bangsa ya minimal berguna untuk diri sendiri.

Bokap gue juga selalu bilang, gak apa-apa punya banyak mimpi, itu bukan ngehalu, justru bagus. Dengan kita punya banyak mimpi kita jadi banyak melakukan hal yang bermanfaat untuk mengejarnya.

Gue terperanjat saat Fara nyenggol lengan gue. "Apa?"

"Bu Mika nanya Lo, kenapa Lo masuk kelas bahasa"

Gue ngangguk, gue sangat berterima kasih sama Fara, tadi gue ngelamun ya.

Gue menghela napas panjang.
"Alasan saya masuk kelas bahasa, selain ingin menambah bahasa adalah dari dulu saya ingin menjadi penerjemah, salah satunya bahasa Jepang," ucap gue tersenyum.

"Alasan lain?" tanya bu Mika.

Gue mengerucutkan kening untuk mencari jawaban. "Selain bisa jalan-jalan gratis saya ingin bertemu artis Jepang selain Haruka."

Sontak semua teman-teman gue satu kelas tertawa dengan jawaban jujur terakhir gue. Kenapa harus ketawa, gue emang mau ketemu artis Jepang yang selalu gue tonton itu lho, masa iya gue cuma lihat di layar laptop doang.

"Dasar wibu," teriak Paris, teman kelas gue sambil tertawa.

"Anak J-Pop mah beda," sahut Bella sambil terkekeh.

"Temennya Naruto ya," ucap Hanna yang sedang memainkan penggarisnya. Bukan, temen Rafatar.

Eh Rafatar kan orang Indonesia.
Gue cuma mendengus kesal.

Adara, Ayo Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang