Saat aku kecewa, apa yang akan kamu lakukan? Ah sepertinya aku tahu, kamu tidak akan perduli, kan?
-Selamat membaca-
Gue bangun saat alarm tiba-tiba berbunyi, lihat jam ternyata masih pukul empat pagi. Kayaknya gue salah atur waktu.
Gue cek ponsel banyak banget notif masuk karena dari kemarin nggak nyalain data, iya sengaja aja males juga. Tapi gue ngerasa kayak ada yang mengganjal di mata. Gue berdiri di depan cermin.
Omo
Gue kaget
Lihat wajah gue yang nggak banget ini, mata gue sembab sipit pula udah kayak mbak IU yang nyanyi BBI BBI, dia cocok cantik, lha gue.
Gue masuk ke kamar mandi yang ada di sebelah kamar, kalo gue datang ke sekolah dengan keadaan seperti ini, pasti bakal dikira nangisin orang itu, ah nggak banget.
Jadi semaleman memang gue nangis, tapi bukan gara-gara Rigel sepenuhnya, melainkan keluarga gue.
Semalam gue denger ayah sama ibu bertengkar lagi, mereka lagi-lagi saling berdebat tentang gue habis lulus mau ke mana, padahal gue sendiri belum mau pikirin itu. Aneh memang, hal sekecil itu selalu mereka besar-besarkan. Apa nggak bisa ya mereka ngomong baik-baik? Apa perdebatan akan menyelesaikan masalah, enggak kan?
Gue coba berpikir jernih sekarang, kalo pake kacamata hitam ke sekolah, yang ada gue dimarahin sama osis.
Apa gue bolos aja? Tapi itu juga nggak mungkin. Atau gue pura-pura sakit? Ah apalagi itu, nanti ada berita aneh-aneh lagi, Adara sakit gara-gara putus, nggak benget.
Ah gue tau, gue pake bedak banyak-banyak kayaknya bakal nutupin mata hitam gue ini.
___
Jam sudah menunjukan pukul enam, gue sudah selesai mandi dan memakai seragam. Sekarang tinggal pake krim wajah sama bedak tebal yang dipinjem dari ibu tadi.
Gue sudah oleskan krim sebanyak mungkin, tapi ini yang hitam di bawah mata masih kelihatan.
Gue berdiri saat ibu masuk ke kamar, dia tergelonjat kaget saat natap wajah gue.
Ada apa ini?
"Ya ampun, Adara. Kamu mau ke sekolah apa kondangan sih? Ke kondangan juga biasanya nggak pake bedak tebel."
Ibu membelalak menatap wajah gue lalu mendekat memegang kedua pipi.
"Emang tebel banget, bu?" tanya gue merenggut pelan.
Ibu menghela napas, lalu mulai mengambil kapas dari meja rias, mulai mengusapkan pelan setelah meneteskan cairan pembersih."Bukan lagi, hapus ah udah kayak tante-tante tau nggak. Kenapa sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adara, Ayo Move On (END)
Teen Fiction"Adara, ayo move on!" Bukan sebuah ajakan, namun itu perintah. Adara Tsabita, siswi kelas 12 Bahasa 1 yang merupakan ketua jurnalistik yang sebentar lagi akan lengser, baru hari pertama masuk sekolah sudah mendapat berita terkait kekasihnya yang ber...