Jika kenyataannya melupakan itu sulit, lantas kenapa harus aku lakukan?
-Selamat membaca-
Gue melirik Fara yang dari tadi nusuk-nusuk lengan gue. "Adara, ya ampun apa susahnya sih Lo jawab. Tadi lo ke mana aja, lama banget lagi."
Gue tarik napas sambil memasukkan peralatan menulis ke dalam tas, lalu melihat isi kelas yang udah kosong.
"Gue abis makan sama dua cowok most wanted, Lo tau siapa?" tanya gue serius, Fara hanya menggeleng pelan.
Gue mengulum senyum. "Rigel, sama Juan."
"WHAT WHAT WHAT? DEMI APA LAU?"
Cewek itu melebarkan matanya, tak lupa teriakannya yang menggelar.Gue hanya memutar bola mata malas, untung aja penghuni kelas udah pada keluar.
"Iye, gue ditraktir sama dua anak itu." Gue refleks tertawa mengingat kejadian tadi.
"Kok bisa sih?" tanya Fara masih dengan wajah bingung.
"Kita mewakilkan LCC, satu bulan lagi." Gue lihat wajah Fara semakin bingung, ini anak kenapa sih.
Dia menggeleng-geleng pelan. "Tck, kok bisa sih. Lo mimpi apa semalem, disatukan mantan sama gebetan."
Gue noleh lihat muka dia udah senyam-senyum gak jelas.
"Mulut Lo, siapa yang dimaksud gebetan?" tanya gue.
"Juan." Refleks gue mukul lengan dia agak keras.
Heran sama tingkah ajaib teman gue yang satu ini, sebenarnya kenapa bisa ya gue bertahan lama temenan sama dia sampai sekarang.
Gue jalan duluan tak mendengar teriakan Fara di sepanjang koridor, gak sengaja gue noleh lihat dia lagi diomelin sama cewek, mampus.
"Adara jahad banget sih Lo, gue diomelin sama titisan Medusa." Wajah Fara berapi-api buat gue tertawa, yang dimaksud Fara pasti Paula Cs, geng kelas XII IPS yang selalu sirik sama orang, ups.
"Hush, mulutnya," ucap gue menepuk bahu Fara pelan.
"Ya abis, kayak mereka gak pernah teriak-teriak aja." Fara menoleh ke belakang dengan wajah sinis.
Gue lihat mereka lagi natap kita, gue cuma memutar bola mata malas. Dari pada ladenin mereka cuma buang-buang waktu mending gue balik, kan bisa rebahan.
"Udah balik yuk ah." Gue tarik tangan Fara sedikit kuat membuat dia meringis.
Gue kembali melangkah dengan Fara, gak sengaja gue lihat pemandangan yang gak seharusnya gue lihat. Gimana nggak, gue lihat dua makhluk menyebalkan sedang berdiri di depan ruang guru.
Dengan cepat gue melangkah ke arah lain agar mereka nggak nyadar ada gue, namun gue kalah cepat, mereka udah manggil nama gue.
"Dar, hari ini belajar bareng kalo Lo lupa." gue mendengus saat Juan sudah berada di depan gue.
Fara cuma berdehem, gue noleh dia yang mengulum senyumannya. "Tuh Dar, dengerin."
Gue mendelik, hari ini gue bakal belajar sama dua cowok yang hmm... Gue tuh sebenarnya males, bukan hanya males sama mereka, biasanya gue pulang sekolah tuh langsung rebahan sambil nonton film kaisar Jepang yang hobinya tuh peraaaang mulu, kadang gue bingung sama mereka. Kalo masih bisa diselesaikan dengan baik-baik kenapa harus pake pedang, kan greget gue lihatnya.
Gue berdecak sebal saat Fara pamit. "Far, Lo gak ada niatan buat temenin gue apa."
Fara tersenyum manis. "Adara maaf-maaf aja ya. Hari ini sinetron kesukaan gue tayang lebih awal, jadi gue harus ada di rumah sebelum sinetronnya dimulai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adara, Ayo Move On (END)
Teen Fiction"Adara, ayo move on!" Bukan sebuah ajakan, namun itu perintah. Adara Tsabita, siswi kelas 12 Bahasa 1 yang merupakan ketua jurnalistik yang sebentar lagi akan lengser, baru hari pertama masuk sekolah sudah mendapat berita terkait kekasihnya yang ber...