-Selamat membaca-
"Adara, Juan berani banget ya. Ah elo mah nggak peka."
Gue mendengus mendengar suara cempreng perempuan berpipi tembam dengan lesung pipinya. Namanya Dera, si toa kelas kalo kata Laskar.
Cewek itu duduk di samping gue dengan tangan yang masih menggeser layar handphonenya.
"Kalo gue jadi lo sih, udah baper duluan. Juan ... oh ... Juan," ricaunya semakin tak jelas.
"Lo kenapa, sih! Nggak jelas benget, Der."
Gue mengubah posisi dengan menyimpan kepala di atas bangku, dan tangannya jadi bantal.
"Itu, yang video kalian klarifikasi. Juan nyebut kalian belum pacaran pas ditanya, 'kan? Itu artinya akan segera pacaran."
Gue hanya mengerutkan kening tak mengerti mendengar ocehan Dera yang menurut gue nggak nyambung. Maksud dia apa? Video?
"Video apa sih?" tanya gue penasaran.
"Klasifikasi kalian itu, kemarin udah dipost, 'kan?" Dera menatap gue dengan kening berkerut, lalu ia memberikan ponselnya.
Dengan cepat gue menekan tombol play yang ada di layar, membuat video yang dimaksud Dera berputar.
Gue membulatkan mata saat melihat itu. Kenapa Laskar nggak mengedit video itu? Kenapa dia nggak kasih tahu gue sebelum mempublikasikan videonya?
Kenapa ... Laskar tega?
___
Gue memejamkan mata sebentar, mencoba untuk tidak peduli dengan tatapan para murid sekolah saat gue kembali ke kelas setelah dari kantin. Tak hanya itu, bisikan yang ternyata sedang membicarakan video kemarin juga banyak banget. Laskar, dia di mana si? Gue belum ada ngomong sama cowok itu, tadi di kelas juga dia kayak buru-buru gitu.
"Heh Adara!" Gue dan Fara berhenti saat seruan tiba-tiba itu terdengar.
"Apa lo, manggil-manggil Adara." Itu Fara, dengan wajah menantang.
"Gue manggil Adara, bukan elo." Paula melirik Fara sinis. Ah, jangan lupakan kedua temannya di samping cewek itu.
Fara hanya menggerutu.
"Elo katanya nggak pacaran sama Juan, tapi itu apa di video?" Paula mengembuskam napasnya.
"Ck, lo, sehari nggak ngurusin hidup orang bisa?" Fara maju ke hadapan Paula dengan tangan di pinggang.
"Gara-gara lo, Juan jadi jauhin gue tau nggak. Kita hampir jadian kalo aja lo nggak deketin Juan."
Gue terdiam sejenak, menatap mata Paula yang terlihat jelas akan emosi.
"Lo ngomong apa sih! Gue sama sekali nggak ada apa-apa sama Juan. Harus berapa kali sih gue tegaskan itu, gue nggak ada apa-apa sama itu cowok."
Gue sedikit berteriak karena benar-benar emosi menghadapi cewek satu ini. Gimana enggak? Dari kemarin dia tanya gitu.
"Halah, lo nggak mau ngaku. Jujur aja kenapa sih, lo itu perebut."
Gue membelak mendengar ucapan Nada, temannya Paula.
"Gue nggak ada urusan sama lo," ucap gue sinis membuat dia mengatupkan bibir.
"Ck, udahlah kalo lo suka sama dia, silahkan ambil. Gue nggak mau berantem, apalagi gara-gara cowok," ucap gue berbalik lalu melangkah.
Tapi tiba-tiba tatapan gue terkunci pun dengan langkah gue yang terhenti.
Menatap sepasang obsidian yang meneduhkan itu. Plis jangan lemah. Lo inget 'kan, apa yang terjadi saat ini tuh gara-gara dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adara, Ayo Move On (END)
Novela Juvenil"Adara, ayo move on!" Bukan sebuah ajakan, namun itu perintah. Adara Tsabita, siswi kelas 12 Bahasa 1 yang merupakan ketua jurnalistik yang sebentar lagi akan lengser, baru hari pertama masuk sekolah sudah mendapat berita terkait kekasihnya yang ber...