-Selamat membaca-
Hari ini gue datang lebih awal karena tiba-tiba mood gue membaik saat abang gue kasih album JKT48 yang udah gue pengen dari lama, sebenarnya udah banyak sih, tapi ya belum satu rak buku mah masih kurang kali.Gue menghela napas panjang saat Fara menepuk bahu gue keras. Buat gue refleks noleh sambil naikin tangan ke atas buat nabok, tapi dengan cepat Fara menghindar buat gue mendengus. Sementara cewek itu tertawa kecil.
"Eh, gimana kemarin? Dianter pulang sama siapa?" tanya Fara dengan wajah penasaran, tangannya ia simpan di tali ranselnya.
Gue kembali jalan. "Juan," jawab gue seadanya, gue menatap sekeliling yang anehnya udah banyak orang, tumben.
Tapi kenapa mereka natap gue secara terang-terangan ya. Aneh.
"Lho, kok nggak sama Rigel." Fara mengerutkan kening, "jahat ih, kamu."
"Ck, Fara diem, ya." Fara sontak tertawa keras melihat wajah gue yang pasti udah merah.
"Aish temen gue ... setelah putus malah makin deket," ucapnya masih dengan tawaan yang menyebalkan.
"Fara ... lo kok makin nyebelin, sih." Gue hampir nimpuk kepala dia, namun gagal lagi karena itu cewek sudah lari duluan. Nggak tau kenapa tangan gue tuh sekarang gatel banget pengen nabok orang.
Gue terdiam cukup lama, bahkan saat kami berjalan pun gue nggak terlalu merhatiin Fara di samping gue ngomong apa, gue berhenti saat tangan gue kayak ada yang nimpuk, gue noleh lihat wajah kesal Fara.
"Lo kenapa sih," ucapnya sedikit berteriak, matanya menyipit tanda keheranan.
Gue mengerutkan kening. "Kenapa apanya?" tanya gue bener-bener bingung.
"Lo nggak dengerin gue, 'kan dari tadi gue ngoceh apa." Fara mengerucutkan bibirnya.
Gue menggaruk tengkuk. "Dengerin kok," ucap gue mengangguk.
"Gue ngomong apa coba?" tanya Fara melipat kedua tangannya di depan.
Gue menyengir lebar. "Yamaap. Emang tadi lo ngomong apaan?"
Fara mendengus kesal. "Elo lagi mikirin apa sih, Adara ...." Fara mengepalkan tangannya gemas tanda dia kesal.
Gue terkekeh. "Gue nggak mikirin apa-apa—Eh itu gue mikirin yang buat LCC."
Yah terpaksa gue bohong aja, dari pada gue ditanya terus sama itu anak kan nggak bakal beres-beres.
"Yaelah, kirain. Ya udah yuk," ajak Fara kembali melangkah.
Gue menghembuskan napas lega, untung dia langsung percaya. Gue berhenti di depan kelas XII IPA 1 saat ada yang manggil nama gue, gue noleh lihat perempuan manis bernama Distia menghampiri gue, diikuti perempuan lainnya. Eh ada apa ini, gue mau dikroyok ya sama anak-anak IPA.
"Lo, pacaran sama Juan?" tanya Distia kalem, tapi yang di belakang dia wajahnya sangat tidak kalem.
Gue melotot kaget saat mendengar pernyataan itu, pacaran sama Juan? Apa kata dunia gue pacaran sama cowok aneh macam dia.
"Siapa bilang?" tanya gue heran.
"Udah nyebar kali. Rigel lo kemanain Dar, nggak ikhlas gue," sahut perempuan lain di belakang dengan wajah memelas.
Gue menoleh ke arah Fara yang mengangkat bahunya.
"Gue bener-bener nggak tau ini kerjaan siapa, tapi gue nggak pacaran sama Juan." Gue cepat-cepat melangkah menghindari tatapan mereka yang penuh selidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adara, Ayo Move On (END)
Teen Fiction"Adara, ayo move on!" Bukan sebuah ajakan, namun itu perintah. Adara Tsabita, siswi kelas 12 Bahasa 1 yang merupakan ketua jurnalistik yang sebentar lagi akan lengser, baru hari pertama masuk sekolah sudah mendapat berita terkait kekasihnya yang ber...