Selamat membacaFara mengendap-endap menuju atap sekolah. Tadi dia lihat Paula membawa Laras katanya, jadi sepulang sekolah ini gue sama Fara ngikutin mereka, tapi karena gue masih terikat dengan Juan dan Rigel jadinya mereka juga ikut, maksa.
"Elo nggak perlu kayak gitu elah, kita jadinya kayak mau apa aja," ucap Juan dengan nada berbisik.
"Biarin, ntar ketauan mau lo?" Juan hanya melengos tak mau menjawab.
Gue berdiri di depan tong besar, jadi di atap sekolah memang ada banyak barang kayak tong tempat air, bahkan ada beberapa tanaman bunga yang diurus sama pengurus di sini, di sisinya bahkan ada beberapa tanaman sayuran yang sengaja ditanam, katanya kalo ada acara biar gampang.
Sayup-sayup gue mendengar pembicaraan mereka berdua. Entah kenapa kali ini Paula nggak bawa dua temannya itu.
"Gue cuma nggak suka sama lo yang so jago." Laras menunjuk Paula dengan jari telunjuknya.
"Dulu lo boleh buang gue dan jauhin gue, tapi sekarang gue bukan Laras yang bisa lo manfaatin seenaknya aja."
"Elo emang gak pantes jadi teman siapa pun."
Gue lihat Paula cuma diam, entah apa yang terjadi sama mereka berdua dulu.
"Gue nggak pernah jauhin elo, lo yang mulai duluan jauhin gue saat Iris dan Nada minta jadi temen gue, elo yang menjauh bukan gue yang minta mereka buat jauhin lo."
Paula semakin mendekat.
"Kalo lo masih benci sama gue, nggak usah bawa-bawa orang lain buat terlibat."
Laras menatap Paula. Gue hanya bisa menyaksikan mereka dengan nggak enak gini.
"Gak usah so baik deh lo, gue tau lo juga nggak suka Adara karena dia udah rebut Rigel dan Juan dari lo kan?"
Paula tersenyum tipis.
"Gue bukan anak kecil lagi, sekarang lo minta maaf atau gue kasih tau kepsek apa aja yang udah lo lakuin selama ini di luar sekolah."
Krek
Gue menoleh ke belakang, menatap tajam Juan yang tak sengaja menginjak ranting pohon. Dia malah melongo polos.
Fara hampir saja berteriak marah kalo gue nggak nutup mulut dia.
Rigel malah keluar yang akhirnya membuat Paula dan Laras kaget dengan keberadaan kita.
"Elo semua nguping?" Laras menatap kami marah lalu beralih pada Paula, "oh atau elo yang nyuruh mereka? Lo tuh emang licik ya," lanjutnya.
"Paula nggak tau apa-apa, gue sengaja ngikutin kalian," ucap gue sambil menepuk-nepuk kaki karena sedikit kotor.
"Tadi di sekolah kita nggak ketemu, elo kebur mulu, kenapa? Lo takut?" ucap Fara menatap Laras kesal.
Laras berdecak. "Mau apa? Mau nanya itu perbuatan gue? Iya itu semua gue yang ngelakuin, video Adara sama Juan juga gue yang sebarin," ucapnya santai.
"Jadi biang masalahnya elo?" Fara menyilangkan tangannya di depan.
"Lo nggak terima? Lo pikir gue nggak bisa biasa aja saat lo kepilih jadi ketua?" tanya Laras kesal,
"lo pikir gue nggak kecewa saat perjuangan gue buat bisa jadi ketua jurnal nggak tercapai, sementara lo yang nggak ngelakuin apapun tapi kenapa elo yang terpilih Adara, kenapa?" Laras menatap gue tak suka."Gue udah coba buat ikhlasin semuanya tapi nggak bisa, setiap lihat muka lo yang ada di pikiran gue cuma satu, elo merebut semuanya. Elo disukai sama senior waktu itu, dipilih sama mereka, sementara gue yang berusaha, mereka nggak tau gue sama sekali," ucapnya terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adara, Ayo Move On (END)
Novela Juvenil"Adara, ayo move on!" Bukan sebuah ajakan, namun itu perintah. Adara Tsabita, siswi kelas 12 Bahasa 1 yang merupakan ketua jurnalistik yang sebentar lagi akan lengser, baru hari pertama masuk sekolah sudah mendapat berita terkait kekasihnya yang ber...