27. Mulai Curiga

450 46 0
                                    


-Selamat membaca-

Sepulang sekolah ini, gue berniat ke perpustakaan untuk meminjam kamus Jepang, karena lomba cerdas cermat satu Minggu lagi, jadi gue harus semakin ekstra menghapal kosa katanya.

Tadi Juan udah memberitahu tempat yang akan dijadikan belajar kali ini. Yaitu di perpustakaan umum yang ada di dekat perumahan Rigel. Gue sih ikut aja.

Sampai di ruang jurnalistik gue berhenti karena mendengar suara perempuan yang sepertinya sedang menelpon. Gue mengernyit bingung, sekarang baru hari Selasa, kenapa ada yang masuk ke ruang jurnal?

Dengan langkah perlahan gue mulai mendekati pintu untuk melihat siapa yang ada di dalam.

"Aduh, Na. Gue takut nih kalo ketauan gimana? Mana Adara taunya gue deket dia lagi."

Gue mendadak diam tak bisa mencerna dengan baik kata-kata perempuan itu.

"Gue nggak mau tanggung jawab, ya, kalo ntar dia dikeluarin dari sekolah. Ini salah elo," katanya lagi dengan nada panik.

Gue menggigit bibir bawah ragu, mau masuk tapi gue benar-benar nggak bisa berpikir harus berbuat apa. Takutnya gue melakukan hal yang salah.

Lagian kenapa gue harus sendiri sih sekarang?

Tetapi akhirnya yang gue lakukan adalah berbalik dan melanjutkan langkah ketika perempuan itu mengambil kunci, sepertinya dia akan keluar. Dengan langkah cepat gue udah masuk ke perpustakaan.

Nggak nyangka banget, jadi selama ini ada yang nggak suka sama gue dan itu orang terdekat gue, ya walaupun nggak terlalu dekat sih, tapi 'kan kita satu ekskul, jadi selama ini dia pura-pura baik di depan gue?

Ah, gue bener-bener nggak nyangka.

Keluar dari perpustakaan, gue langsung ke parkiran.

"Adara!" Gue menoleh ke belakang, terlihat Juan dan Rigel berjalan bersamaan, tumben nggak pada ribut.

"Elo bawa motor, ya?" tanya Juan melihat kunci yang gue pegang.

Gue mengangguk. "Iya, biar nggak ribet."

Rigel mengerutkan keningnya. "Nggak mau dibonceng Juan, ya?" tanyanya tersenyum.

Gue menyunggingkan senyum. "Iya, bosen."

Juan hanya mendelik. Lalu cowok itu berbalik menuju motor vespanya. Gue hanya menggeleng sambil terkekeh melihat sifat dia.

"Baperan lo," ucap gue sedikit berteriak.

"Iya, makanya elo nanti jangan so perhatian lagi sama gue," ucap Juan sinis membuat Rigel menatap gue heran.

"Ya udah yuk." Gue udah menyalakan motor duluan.

"Kalian sering chattingan, ya?" tanya Rigel membuat gue mau nggak mau kembali berhenti.

"Elo tau sendiri Juan orangnya suka ngada-ngada," ucap gue melirik Juan.

"Emang kenapa sih? Adara juga nggak masalah," sahut Juan membenarkan rambut depannya sambil bercermin di spion motornya.

Gue mengerjap melihat perubahan raut wajah Rigel. "Ya udah yu, nanti keburu sore."

Gue langsung melajukan motor meninggalkan mereka berdua.

Juan tuh emang mulutnya nggak bisa diedit. Nanti kalo Rigel nyangka yang iya-iya gimana? Bisa hancur reputasi gue kalo udah deket lagi sama cowok secepat itu. Hehehe.

Gue berhenti saat lampu merah menyala. Melihat Juan dan Rigel ada di sebelah kiri. Lalu gue melirik ke arah kanan, nggak sengaja melihat cowok bermotor besar dengan jaket khas kampus berwarna kuning.

Adara, Ayo Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang