9. MEWAKILKAN SEKOLAH, KATANYA.

868 65 0
                                    

Banyak cara Tuhan membuat makhluknya bahagia, diantaranya mempertemukan dua manusia yang saling jatuh cinta.

-Selamat membaca-

"Assalamualaikum, pak."
Gue dan Juan masuk. Cowok yang duduk membelakangi kami ikut menoleh membuat gue terdiam dengan keterkejutan gue. Ada apa ini sebenarnya.

"Waalaikumsalam, kalian... Ngapain di sini?" tanya dia bingung, terlihat ketika dia mengerutkan keningnya. Gue yang harusnya nanya itu, Lo ngapain sih ada di ruangan ini.

"Kalian berdua duduk dulu, bapak akan jelaskan." Pak Hasan mempersilakan gue dan Juan untuk duduk berdampingan dengan cowok itu membuat  gue menggigit bibir bawah. Gue memilih duduk di samping Juan, jadi posisinya Juan ada di tengah.

"Ada apa, pak? Kita gak berbuat masalah, lho." Juan bertanya dengan wajah polos.

"Lo diem dulu, makannya." Gue maupun cowok itu berdehem saat mengatakan hal itu bersamaan, membuat Juan mendengus. Kenapa sih suasananya jadi canggung begini.

Pak Hasan tersenyum, sepertinya dia ngerti sama keadaan ini. "Mantan kompak banget," ucapnya terkekeh membuat gue membelak.

Pak Hasan memang terkenal dengan keramahan dan suka becanda, dia kerap dijadikan curhatan anak-anak yang memiliki masalah, tapi kenapa guru itu tahu tentang gue. Padahal gue gak pernah curhat sama beliau.

Ah iya gue melupakan fakta bahwa guru-guru juga suka membicarakan muridnya lewat grup chat. Dan gak ada alasan untuk mereka gak tau, fakta selanjutnya karena Rigel Antares adalah siswa most wanted di sekolah ini, apalagi dia salah satu siswa pintar yang selalu mengirimkan piala.

Seketika gue pengen menceburkan diri ke sungai Amazon. Eh gak, ntar gue mati, kan gak lucu gue mati sebelum tau penyebab Rigel selingkuh. Hehe.

Mengerti keadaan, pak Hasan berdehem sebentar. "Jadi kalian dipanggil, memang bukan karena ada masalah."

"Terus apa dong pak, kalo gak ada masalah ngapain dipanggil segala. Saya gak jadi jajan cigor mbak Meki, kan." Juan menunjukan wajah kesalnya membuat gue menyubit lengannya agak keras, dia meringis kesakitan.

"Lo bisa diem dulu gak sih," ucap gue kesal, gak sengaja gue melirik Rigel yang sedang tersenyum. Maksudnya apa woy, mau bikin gue baper lagi. Eh apa kata gue? Baper? Hueek. GAK AKAN.

"Juan mulutmu kunci dulu ya, nanti Adara bisa ilfeel sama kamu kalo banyak bicara." Gue mengernyit saat Pak Hasan berkata demikian. Emang hubungannya sama gue apa.

Gue lihat Juan hanya mengangguk patuh. Cowok itu lalu menyimpan tangannya di meja.

"Kalian dipilih untuk mewakilkan LCC, bulan depan." Pak Hasan berucap dengan santai.

Tapi kita yang berada di hadapannya benar-benar tidak santai apalagi cowok bernama Juan. Tapi cowok bernama Rigel itu hanya mengangguk, mungkin tidak kaget mengingat dia memang sering mengikuti olimpiade.

"WHAT." Juan membelak.

"Apa gak ada yang lain selain saya, pak?" tanya gue benar-benar gak santai, dari sekian murid pintar di SMA ini kenapa harus gue si murid pemalas?

Pak Hasan tersenyum. "Gini Adara, guru-guru sudah memutuskan kalian sebagai perwakilan dan tidak bisa diganti dengan siapapun."

"Kita sudah percaya sama kalian bertiga. Gini, Rigel sebagai perwakilan IPA, Juan perwakilan IPS, dan kamu bahasa. Untuk matematika kalian bisa menyesuaikan nanti, soalnya itu campuran, nanti saya kasih kisi-kisi." Pak Hasan menatap kami bergantian.

Adara, Ayo Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang