24. Kencankah Ini?

478 42 0
                                    

~Selamat membaca~

Mantan.

Orang yang seharusnya dijauhi.

Tetapi kenapa gue malah semakin dekat dengan orang itu?

Pagi tadi, Rigel tiba-tiba datang ke rumah tanpa kasih kabar sebelumnya. Lebih menyebalkannya, dia malah mendapatkan izin dari kedua orang tua gue untuk membawa putrinya ini jalan sama cowok itu. Gimana kalo tiba-tiba dijahatin? Mereka tuh kenapa sih nggak ngertiin perasaan gue?

Nggak tau apa gue tuh lagi menjauh dari cowok itu?

"Kita ke rumah, 'kan? Kemarin udah janji lho." Gue hanya bergumam ketika Rigel berkata demikian.

Motor yang kita tumpangi berhenti di depan supermarket. Gue hanya mengikuti dia dengan wajah yang masih ditekuk. Iyalah, hari Sabtu ini seharusnya gue rebahan di kasur ternyaman itu, malah jalan sama mantan, 'kan nggak banget.

"Adik masih suka minum susu formula?" tanya gue tersenyum saat melihat Rigel mengambil susu itu.

Cowok itu hanya mengangguk ikut tersenyum. "Kamu tau 'kan, dia manjanya gimana?"

Gue hanya mengangguk pelan, lalu mengambil beberapa snack yang isinya berbentuk seperti cincin, membuat Rigel menaikkan satu alisnya. "Paris nggak dibeliin?" tanya gue.

Lagi-lagi cowok itu hanya terkekeh, kali ini dia mengacak rambut gue. "Masih inget aja," katanya lalu mengambil alih snack yang gue pegang tadi.

Sementara gue masih mematung di tempat setelah mendapat perlakuan tadi. Menatap punggung cowok itu yang sudah mulai menjauh. Gue menggigit bibir bawah, merasakan bagaimana manisnya perlakuan Rigel seperti saat beberapa tahun lalu.

Menggeleng pelan, gue mendengus lalu berjalan menyusul cowok itu ke rak yang menyimpan bahan makanan.

Kenapa gue harus mengingat hal itu? Lupakan, oke.

"Pastanya yang ukuran kecil atau besar, ya?" Gue menoleh mendapati Rigel sedang menatap kedua bungkusan pasta.

"Biasanya yang gede, 'kan? Biar ada stok," ucap gue, Rigel hanya tersenyum lalu mengangguk sambil menyimpan pasta di keranjang.

Kita kembali memilih apa saja yang harus dibeli, menyusuri setiap rak berisikan berbagai makanan dan minuman. Rigel memang sering disuruh belanja sama mamanya, mungkin satu bulan sekali ia akan pergi ke supermarket. Dan guelah yang selalu menemani dia setiap belanja, tapi sekarang, apa masih boleh?

Hah, gue bener-bener nggak ngerti sama kondisi ini. Bisa-bisanya gue nemenin mantan belanja.

Kruk!

Kruk!

Gue menoleh ke samping, menatap cowok yang sedang menahan senyumnya itu. Lalu tangannya beralih ke arah perut, mengusapnya pelan.

"Cacingnya udah pada demo, heheh."

Gue beneran nggak bisa untuk nggak tertawa melihat tingkah Rigel yang selalu seperti itu. Padahal dia tau itu bukan suara cacing di perut.

"Belum makan, ya?" tanya gue masih dengan sisa tawaan.

Rigel menggeleng pelan. "Tadi cuma minum teh manis doang," katanya mengerucutkan bibirnya.

Gue mengerjap. "Ya udah makan dulu setelah ini."

"Ke tempat biasa, ya, McD," katanya dengan wajah sumringah membuat gue tersenyum lalu mengangguk.

Gue sebenarnya nggak mau tanya ini.

Bolehkah sekarang gue kembali merasa senang saat berada dekat dengan cowok itu? Apa boleh gue kembali dekat dengan cowok itu sementara dia sudah menyakiti gue dan bahkan dia sudah punya pengganti?

Adara, Ayo Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang