Juan menatap gue dalam membuat gue nggak bisa berkutik. Entah kenapa suasananya jadi beda.
Gue hanya bisa diam. Juan berdehem sebentar.
"Izinkan gue buat jagain lo," ucapnya lalu menatap ke arah lain sejenak, "maksud gue bantuin lo, bentar lagi LCC dan gue nggak mau lo ribut-ribut lagi sama Nadia."
Gue mengerjap, tersadar sesuatu. Juan cuma mau lomba LCC kita berjalan lancar.
Gue mengangguk pelan. "Gue setuju, tapi hanya untuk sementara."
Juan mengangguk. "Ya iya sementara, emang lo mau selamanya?" tanyanya dengan wajah menyebalkan.
Gue menggeleng mengingat kejadian semalam. Entah apa yang gue pikirkan hingga menerima tawaran Juan.
Gue jadi ingat, kenapa Juan kemarin langsung marah sama Nadia? Gue lihat kilatan mata Nadia saat bertatapan sama Juan.
Ini aneh, dan gue nggak ngerti apa yang sebenarnya terjadi.
.
"Pacarnya Juan!"
Gue berhenti saat tiba-tiba sebuah suara terdengar. Menghela napas berat melihat empat orang cewek menghampiri gue dengan senyumannya.
"Dari awal gue udah duga, ya elo berdua."
Ellie tersenyum girang menatap gue. Ketiga temannya juga malah ikut terkekeh.
Gue masih diem.
"Elo tuh beruntung, Juan termasuk cowok langka tau," ucap Ellie masih bersemangat.
"Juan tuh keliatannya aja nyebelin, aslinya dia baik kek malaikat," lanjutnya.
Malaikat? Juan?
Heleh. Pen muntah gue dengarnya.
"Jagain dia ya, Adara. Lo tau gue dari dulu ngebet banget pengen deket sama dia, tapi susah banget," sahut Alin serius.
Gue hanya menggeleng.
"Gue cuma pacar— lo tau dari mana gue sama Juan?" tanya gue panik, hampir saja gue keceplosan.
Ellie lagi-lagi tersenyum, lalu menunjukkan handphonenya. "Gue lihat di grup kelas, ada yang fotoin lo berdua di depan minimarket, mana lagi pegangan tangan lagi, siapa yang nggak nyangka kalian pacaran?"
Gue menghela napas berat. Niatnya hanya untuk Nadia. Kenapa jadi satu sekolah?
"Ya udahlah, Adara. Elo juga harus buktiin kalo lo bisa move on dari Rigel."
Gue hanya tersenyum lalu mengangguk sebagai jawaban. "Ya udah, gue ke kelas dulu.
"Dadah pacarnya Juan!" Teriak Ellie diikuti ketiga temannya.
Gue mendengus melihat siswa yang sedang berjalan memerhatikan gue ketika mendengar teriakan mereka.
.
"Adara!"
Gue kembali menggeram mendengar teriakan itu.
Siapa lagi ini, baru satu hari sudah begini saja. Ke depannya apa gue akan terus diganggu sama cabe-cabeannya Juan?
"Apa lagi si?"
Gue terdiam menatap mata hitam itu, jantung gue entah kenapa berpacu lebih cepat.
Cowok bertopi itu berjalan santai ke arah gue dengan tangannya di masukan ke saku celana.
"Elo kenapa nggak nungguin gue? Inget ya status kita sekarang pacar, jadi harus bareng terus." Juan mendekat ke arah kuping gue membuat gue menahan napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adara, Ayo Move On (END)
Ficção Adolescente"Adara, ayo move on!" Bukan sebuah ajakan, namun itu perintah. Adara Tsabita, siswi kelas 12 Bahasa 1 yang merupakan ketua jurnalistik yang sebentar lagi akan lengser, baru hari pertama masuk sekolah sudah mendapat berita terkait kekasihnya yang ber...