-Selamat membaca-
Suara hiruk piruk di koridor sekolah pagi itu terdengar, gue mengernyit menatap mereka yang juga menatap gue terang-terangan.
Ada apa lagi ini?
Lalu tatapan gue beralih pada cewek berambut panjang bergelombang yang sedang berjalan ke arah gue dengan dagu terangkat. Langkahnya santai seperti biasa, namun tatapannya kali ini menajam, entah kenapa perasaan gue jadi nggak enak.
"Adara, ada salah apa gue sama elo? Harusnya gue yang sakit hati karena lo rebut Juan dari gue," ujarnya dengan menggebu.
Gue hanya mendengus, menatap dia tenang. Tahan, jangan emosi dulu.
Tetapi kenapa? Ada apa sebenarnya, kenapa dia tiba-tiba datang menanyakan hal yang gue sendiri nggak tau?
"Maksud lo apa, sih? Gue nggak ngerti." Menoleh ke arah Fara yang masih melongo, sepertinya dia juga kaget dengan kedatang perempuan itu yang tiba-tiba.
"Halah pura-pura nggak tau," ucap Nada sedikit membentak, "Lo 'kan, yang nyebarin di blog sekolah tentang Paula." Wajah Paula merah, tak hanya itu bibirnya sedikit bergetar tanda dia sedang marah.
Gue sama sekali nggak mengerti dengan apa yang dia katakan.
Blog sekolah?
Tentang Paula?
Maksudnya apa?
Gue menghela napas panjang, mencoba tenang meski sebenarnya gue nggak bisa tenang kalo berhadapan sama cewek satu ini.
"Denger dulu ya, pertama gue nggak tau apa maksud lo nyebarin berita tentang Paula, kedua selama tiga hari gue nggak buka blog sekolah karena laptop gue lagi dipinjam sama Bang Albi."
Gue masih menatap Paula dalam, menampakan wajah serius meski gue tahu, cewek itu nggak akan mudah percaya gitu aja.
Iris di sampingnya tertawa pelan. "Terus kalo bukan lo yang nulis siapa lagi? Lo ketuanya, 'kan."
Gue menggaruk pelipis. "Emang berita tentang apaan?" tanya gue penasaran.
Iris berdecak, lalu membuka ponselnya menunjukan ke gue. "Lo liat ini, mau ngelak apa lagi."
SMA Taruna Jaya's blog
16 November 2020
Ditulis oleh Adara Tsabita
Paula Putri Mahardika, kelas XII IPS 2 terlihat sedang bersama seorang pria paruh baya, di sebuah club mewah tepat pukul 20.30.
Published
Gue membelakkan mata tak percaya setelah membaca itu, benar-benar ditulis di blog sekolah, tapi kenapa tulisan itu ditulis oleh Adara Tsabita? Padahal gue sama sekali nggak menuliskan itu, lagi pula blog sekolah juga nggak pernah menulis berita gosip, apalagi belum jelas. Gue selalu mencari tahu sendiri dari orangnya langsung.
"Lo harus tanggung jawab, itu salah paham. Lo nggak tau 'kan, pria itu siapa? Gue emang datang ke sana, tapi bukan untuk main. Itu bokap gue," ucap Paula bergetar, membuat gue membulatkan mata.
Apa dia sedang terluka? Terlihat sekali bibirnya yang bergetar dan mata dia yang berkaca-kaca.
"Eh itu bener yang nulis Kak Adara? Kok tumben nulis gosip."
Gue mendengus mendengar suara itu, semakin merasa bersalah melihat Paula yang sekarang duduk lemah di kursi depan kelas. Meski berita itu bukan tulisan gue, tapi tetap saja gue sebagai ketua jurnalistik merasa sudah tidak bertanggung jawab untuk menjaga akun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adara, Ayo Move On (END)
Teen Fiction"Adara, ayo move on!" Bukan sebuah ajakan, namun itu perintah. Adara Tsabita, siswi kelas 12 Bahasa 1 yang merupakan ketua jurnalistik yang sebentar lagi akan lengser, baru hari pertama masuk sekolah sudah mendapat berita terkait kekasihnya yang ber...