Selamat membacaIstirahat kedua ini gue habiskan di ruang jurnalistik bareng Fara, Laskar Karina, Juan dan Rigel. Kami memutuskan melacak kembali akun itu, siapa tahu aja bisa, kita udah di depan laptop Laskar mengutak atik kata sandi blog beberapa kali namun tak juga terbuka.
Juan sudah menonton video tutorialnya beberapa kali, yang lain juga mencari tahu di aplikasi google tapi tidak juga berhasil.
Ini kenapa pinter sih yang ganti kata sandinya?
Rigel menghela napasnya. Kemudian dia menggeleng pelan.
Sebenarnya gue tuh kasihan sama mereka, harus terlibat padahal ini bukan masalahnya.
Karina menatap gue lalu tersenyum menenangkan. Tangannya beralih ke pundak gue, mengusapnya pelan. Lalu diikuti Fara.
"Elo tenang aja, ya. Kita pasti bisa nemuin pelakunya," ucap Fara tersenyum.
Gue hanya mengangguk. Menatap keduanya bergantian, lalu tak sengaja menatap Juan yang juga sedang menatap gue, tapi segera ia alihkan kembali pada laptop di depannya.
"Yes, berhasil," ucap Juan tiba-tiba membuat semua yang ada di ruangan itu menatapnya, "masuk, oke."
"Langsung ganti kata sandi," ucap Laskar mendekat.
"Hapus tuh postingannya," sahut Rigel juga mendekat lalu meletakkan laptopnya.
Fara dan Karina memeluk gue, entah kenapa di sini jadi kayak adegan drama. Tetapi memang rasanya selega itu, setelah hampir empat hari gue membiarkan akun itu dengan postingannya yang lagi-lagi membuat gue malu karena terus-terusan dituduh.
"Sekarang udah selesai, akunnya juga udah balik, jadi tinggal lo jaga aja." Juan memberikan laptopnya ke gue dengan nada songong yang membuat gue mendelik menerimanya.
"Sama-sama, Adara."
Gue kembali menatap Juan sinis, lalu tersenyum mendekat ke arah kupingnya. "TERIMA KASIH, JUAN!"
Cowok itu terperanjat kaget, sementara gue hanya melengos melangkah keluar. Tapi sebelum itu gue berbalik melihat mereka masih diam memperhatikan Juan dan gue yang juga tak mengerti dengan kediaman mereka.
"Kenapa?" tanya gue polos, Juan malah senyum-senyum nggak jelas.
Lalu Fara menggeleng pelan. "Enggak ada, elo mau ke mana?" tanyanya.
"Gue mau ke Pak Adnan, mau kasih tau kalo akunnya udah balik," ucap gue seadanya.
"Gue ikut," ucap Karina mengangkat tangannya sambil berdiri.
"Gue juga ikut," sahut Fara.
"Ya udah semua aja," kata gue melengos melihat mereka yang sudah berdiri.
***
"Saya sudah menghapus postingannya, pak," ucap gue pelan sambil menunduk.
Karina dan Fara di sebelah gue saling menenangkan dengan mengusap lengan.
Pak Adnan menghela napas. "Itu bagus, tapi hukuman tetap ada," ucap Pak Adnan tegas menatap kami satu persatu.
Tangan Laskar sudah mengepal kuat di sisi celananya, gue bisa lihat karena posisinya mereka berdiri tak jauh di samping Karina.
Gue menggigit bibir bawah takut, kaki gue sebenernya sedikit bergetar tapi gue tahan, jantung gue berdetak lebih cepat apalagi Pak Adnan berbicara lagi setelah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adara, Ayo Move On (END)
Novela Juvenil"Adara, ayo move on!" Bukan sebuah ajakan, namun itu perintah. Adara Tsabita, siswi kelas 12 Bahasa 1 yang merupakan ketua jurnalistik yang sebentar lagi akan lengser, baru hari pertama masuk sekolah sudah mendapat berita terkait kekasihnya yang ber...