-Selamat membaca-"Lo udah izin, 'kan sama bokap?" tanya Juan, gue mengerjap sebentar lalu mengangguk.
"Udah, kenapa emang?" tanya gue pelan, menatap punggung Juan yang fokus mengendarai motornya.
"Ini 'kan, masih siang kita jalan dulu nggak apa-apa, ya."
"Emang mau jalan ke mana?" tanya gue.
"McD aja, gue laper." Gue mengangguk singkat, ikut ajalah yang penting bisa makan.
Gue tersenyum tipis kala mengingat kejadian beberapa tahun lalu, gue sama Rigel sering main ke sana kalo pulang sekolah. Nggak nyangka aja, dulu gue dekat banget sama Rigel, tapi sekarang kenapa rasanya jauh. Ya meskipun akhir-akhir ini selalu belajar bareng, tapi rasanya beda, gue selalu sakit saat sadar bahwa Rigel bukan lagi pacar gue.
Gue menghela napas beberapa kali, kenapa rasanya sulit.
"Lo nggak mau turun, Dar."
Gue tergelonjat saat mendengar suara, dengan cepat gue turun dari motor Vespa berwarna coklat muda itu. Juan menatap gue dengan penuh selidik membuat gue mengerutkan kening.
"APA?" Gue sedikit berteriak membuat Juan mendengus.
"Galak." Dia menyonor kepala gue membuat gue sedikit terdorong ke belakang, Gue mendengus kesal kenapa sih suka banget kayak gitu ke gue.
Juan berjalan duluan, sementara gue harus berlari untuk menyejajarkan langkah karena Juan jalannya cepat banget. Gue mah apa, jalan aja males.
Gue nunggu Juan yang sedang memesan makanan, duduk di pojok dekat jendela karena memang tempat itu yang paling nyaman menurut gue, nggak akan ada yang merhatiin kayak posisi di tengah.
Hampir dua puluh menit menunggu akhirnya pesanan datang, gue langsung aja makan dengan lahap karena rasa lapar itu tiba-tiba menyerang dan perut gue sudah meronta minta diisi.
"Pelan-pelan Dar, lo nggak bisa kalem ya, kalo lagi makan."
Gue berhenti lalu mendongkak ke arah Juan yang lagi natap gue, gue cuma mendelik ke arahnya membuat dia tertawa pelan. Ada yang lucu?
Gue kembali dengan kegiatan makan gue.
"Lo nggak ada niatan buat move on, Dar? Udah lama lho." Gue minum setelah makanan itu habis, lalu menatap sekilas Juan yang lagi senyum jail.
"Repot banget lo ngurusin gue," ucap gue sinis, dia hanya tertawa pelan.
Gue mengedarkan pandangan ke arah pintu yang terbuka saat ada dua perempuan masuk ke kafe ini. Membelak saat menyadari siapa yang datang, dengan cepat gue alihkan pandangan agar mereka tidak melihatnya.
"Eh, Kak Juan, sama siapa ke sini-- lho Kak Dara." Dengan terpaksa gue menoleh ke arah dua perempuan yang masih berdiri itu.
"Kalian, pacaran?" tanya perempuan satunya.
"Emang makan bareng, artinya selalu pacaran?" Juan mendadak menatap keduanya dingin membuat gue mengatupkan bibir.
Gue lihat keduanya sama-sama terdiam.
"Emh, ya udah kita ke sana dulu, kak." Gue mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Perasaan gue nggak enak," ucap gue mengalihkan pandangan ke arah lain.
Mungkin sekarang gue sedang menduga-duga apa yang akan terjadi besok di sekolah. Tapi gue kembali pada kenyataannya dan coba berpikir positif, gak semua orang kayak gitu Adara. Mereka terlihat baik kok, dan ya, nggak akan terjadi apa-apa besok tenang aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adara, Ayo Move On (END)
Roman pour Adolescents"Adara, ayo move on!" Bukan sebuah ajakan, namun itu perintah. Adara Tsabita, siswi kelas 12 Bahasa 1 yang merupakan ketua jurnalistik yang sebentar lagi akan lengser, baru hari pertama masuk sekolah sudah mendapat berita terkait kekasihnya yang ber...