02. LIONTIN

11.1K 2.1K 50
                                    

Candra meletakkan segelas es jeruk di depan Velin dia kemudian duduk hendak memakan baksonya sebelum suara Aura terdengar.

"Ka Candra" panggil Aura, dengan tidak tau diri gadis itu duduk di tempat Velin membuat Velin langsung menghindar dan berdiri dengan wajah kesal.

"Ngeselin banget si! Main duduk aja!!" Geram Velin, dia lalu mendekat kearah Candra dan duduk di sebelah pria itu.

"Ka candra aku mau minta maaf buat kejadian tadi pagi di lift aku ga sengaja dorong Kaka jadi ka Candra maafin aku kan?" Tanya Aura dengan wajah bersalah.

Candra mengangguk, dia menarik es jeruk di depan Aura dan meletakkannya di depan Velin yang duduk di sebelahnya.

Aura menaikan sebelah alisnya melihat hal itu. Kemudian dia berfikir, dia pernah mendengar rumor bahwa Candra bisa melihat hantu, jadi apakah rumor itu benar?.

"Jadi ka Candra beneran bisa liat hantu?" Tanya Aura.

Candra mendongak menatap Aura di depannya sedangkan Velin tengah terbatuk karena tersedak es jeruk yang ia minum.

"Uhukk...uhuk..." Velin memegangi lehernya sendiri, dia menatap tak percaya kearah Aura sekarang.

"I-itu soalnya aku denger dari temen-temen pas acara kemah ka Candra bantuin salah satu siswi yang kerasukan jadi banyak yang bilang kalo ka Candra bisa liat hantu" jelas Aura.

"Jadi bener ka Candra bisa liat hantu?" Tanya Aura lagi.

Velin menatap Candra sembari mengunyah sedotan di mulutnya, apa pria itu akan jujur pada Aura?. Dan Candra pada akhirnya mengangguk, dia kemudian kembali menyantap makanannya.

Aura terlihat terkejut, dia kemudian melirik kearah es jeruk di sebelah Candra. Jadi di sebelah pria itu juga ada hantu sekarang? Apa dia laki-laki atau seorang perempuan?.

"Ka Candra ga takut?" Tanya Aura.

"Biasa aja" jawab Candra.

"Tapi kan hantu itu nyeremin, aku denger dari cerita paranormal kalo wujud mereka ga utuh dan banyak darah" kata Aura.

"Hei Velin masih utuh dan ga berdarah-darah Koo" kata Velin tak terima.

"Pasti sulit buat ka Candra kan selama ini? Kenapa ga bilang ke aura aja? Aura bisa bantu Kaka loh" kata Aura lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

Candra menatap sebuah kantung yang ia yakini di dalamnya ada sebuah jimat. Dia melirik kearah Velin yang terlihat mundur kebelakang.

"Velin ko jadi takut ya" gumam Velin pelan.

"Ini ka ada jimat turun temurun keluarga aku, aku yakin bisa bantuin ka Candra dari hantu-hantu yang ganggu" kata Aura sembari menyodorkan jimatnya.

Velin berdiri dengan tubuh gemetar, jimat itu berbeda dengan jimat milik Candra sebelumnya. Tapi kenapa tadi Rasya tidak merasakan keberadaan jimat itu?.

Aura mengeluarkan jimatnya dari kantong berwarna putih membuat Velin terhempas kebelakang cukup jauh. Hani hendak menolong Velin namun dihentikan oleh Rasya.

"Kita gaboleh tolongin dia" kata Rasya.

Hani menghela nafasnya dan kembali duduk di sebelah Mila, dia menatap khawatir kearah Velin yang terduduk diatas lantai sekarang.

"Ka Candra" panggil Aura, Candra menatap Aura dan mendapati gadis itu tengah memegang sebuah liontin berwarna merah.

"Batu suci?" gumam Candra tak yakin. Dia pernah mendengar soal batu suci dari kakaknya dan tidak sembarang orang bisa memiliki batu itu.

"Ka Candra tau namanya? Wah.... Batu di liontin ini bisa lindungin kita dari makhluk halus loh kalo ka Candra mau ka Candra bisa ambil" kata Aura.

"Akhh" Velin memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri.

Candra melirik kearah Velin yang terduduk diatas lantai dengan kedua tangan memegangi kepala gadis itu. Dia kemudian beralih menatap kearah Aura.

"Kita liat apa usaha Velin udah berhasil atau belum" kata Rasya.

"Tapi kalo belum gimana? Bocil keliatan kesakitan padahal kita engga ngerasain apa-apa" kata Hani.

Rasya mengangguk, dia juga khawatir namun melihat Candra yang berdiri membuat senyumnya perlahan terukir.

"Mending Lo simpen aja, itu barang Lo gue ga perlu" kata Candra.

Aura menatap Candra dengan wajah sedih, dia mengangguk dan memasukan kembali liontinnya ke dalam kantung.

Candra menghampiri Velin, dia kemudian melihat Velin berdiri dan berlari keluar menjauh darinya. Candra ikut berlari mengikuti Velin dari belakang.

Velin mengingat sesuatu, dia kembali menemukan potongan memori milik jiwa yang ia tempati. Velin berhenti di ujung tangga, dia menggeleng pelan.

"Ga mungkin" gumam Velin.

"Velin" panggil Candra, untuk pertama kalinya pria itu memanggil namanya.

Velin berbalik, dia menatap Candra dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Candra mendekat kearah Velin dan berdiri didepannya.

"Velin inget sesuatu" kata Velin sembari menatap Candra.

Velin kemudian mengalihkan tatapannya saat setetes air matanya lolos.

"Kalung itu, kalung itu....mahar yang dikasih ke Velin.." Velin menahan tangisnya sendiri dan dia menggeleng.

"Gara-gara kalung itu I-ibu Velin...." Velin mencengkram dressnya sendiri.

Velin sekarang melihat dengan jelas bagaimana ayah Velin dan ibu Velin bertengkar karena liontin itu. Ayahnya ingin Velin menikah dengan Duke karena liontin itu barang yang langka, sedangkan sang ibu menolak karena Velin masih terlalu kecil.

Velin mendengar semuanya dibalik pintu, suara tamparan dan jeritan ibunya saat ayahnya menusuk ibunya dengan pedang. Velin yang melihat hal itu menggeleng dan segera pergi dari sana. Dia yang masih memakai gaun tidur berwarna putih naik keatas kasur dan mengantung dirinya sendiri.

Velin meraba lehernya sendiri, rasa sesak mulai menyerangnya membuat nafas Velin tersenggal. Candra tau Velin tengah mengingat kematiannya sekarang. Dia mendekat dan menarik Velin kedalam pelukannya.

"Gausah diinget lagi" kata Candra.

Velin tersadar dia kemudian menatap Candra dari bawah. Pria itu menatapnya lekat, membuat setetes air mata Velin kembali turun.

Velin mengangguk dan memeluk Candra dengan erat, dia mengatur kembali nafasnya yang tersenggal. Candra terlihat menghela nafasnya sendiri dan mengusap kepala Velin.

Hani dan Rasya menatap pemandangan di depannya dengan wajah gembira, saat dia melihat Aura mendekat Hani segera menghampiri gadis itu.

"Gue tau pasti si author ga mungkin kasih nama judul novel acak kalo ga ada maksud lain di dalamnya" kata Hani.

Dia melihat Niko mendekat dan tersenyum senang, Hani bersiap-siap untuk mendorong Aura dengan kuat dan....

"Aaaa-"

Aura terdorong kebelakang, Niko yang melihatnya segera berlari dan menangkap tubuh aura sebelum terjatuh keatas lantai.

"Hamkohamiseee cura loo...." Hani bersenandung dengan menirukan tarian India dan memutari mereka berdua.

Rasya menatap tingkah Hani dengan wajah tak percaya, kemudian dia menaburkan bunga di atas mereka berdua.

Aura tersadar dia segera berdiri dengan tegak dan menatap Niko, dia merasa aneh kenapa tiba-tiba ada hujan bunga.

"Yah belum juga nyampe reff nyanyinya udah kelar duluan" decak Hani sembari bersedekap dada.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang