{08} ANGGEP AJA LAGI KENCAN

6.5K 1.3K 67
                                    

"Woahhhh" Velin menatap hamparan bunga lavender luas di depannya dengan wajah berbinar.

"Tapi ini kebunnya siapa? Nanti kita masuk ga bilang dulu dikira mau maling bunga" tanya Velin pada Lexaz yang ada di sebelahnya.

"Punya ibu gue" jawab Lexaz.

Velin mengerjapkan kedua matanya mendengar perkataan pria itu. Jika dilihat-lihat dia dan Xavier sangat berbeda, dari warna rambut sampai fitur wajah yang berbeda apa mungkin mereka bukan saudara kandung?

"Ini harta satu-satunya yang ditinggalin sama ibu gue sebelum dia pergi" lanjut Lexaz.

Pria itu menatap hamparan luas bunga lavender di depannya. Dulu dia sering diajak kemari oleh sang ibu, taman ini berada di desa yang jauh dari kerajaan.

"Velin mau nanya boleh? Kamu sama Xavi kan saudaraan tapi kenapa kalian jadi musuhan?" Tanya Velin pada Lexaz.

Kemarin saat dia bertemu dengan Xavier pria ini tidak mau ikut menemuinya padahal dia kan kakaknya. Lexaz malah memilih bersembunyi dan memantaunya dari jauh.

"Kita berdua emang saudara cuma rahim yang ngelahirin kita berdua beda, dia anak sah istri kepala penyihir istana sedangkan gue cuma anak simpanan" jawab Lexaz.

"Dari dulu kita ga akur, pas ketemu Lo aja kita akur" lanjut Lexaz.

Lexaz lalu berjalan ke salah satu ayunan dan duduk disana. Velin yang melihatnya pun mengikuti pria itu dan duduk di sebelah Lexaz.

"Jangan bilang yang dulu ngeroyok Az itu Xavi"

Lexaz menoleh menatap Velin lalu mengangguk membenarkan ucapan Velin. Raut wajah Velinpun berubah, kenapa mereka harus bertengkar?

"Tapi Az sampe di keroyok kaya gitu sama Xavi"

"Dia cuma gamau ada yang nyaingin dia, padahal udah jelas dia bakal jadi penerus ayahnya"

"Az mau jadi kepala penyihir istana juga?" Tanya Velin dan Az menggeleng.

"Sejak kecil gue di besarin buat jadi kambing hitamnya dia cuma karena dia agak males belajar mungkin dia merasa tersaingi sama gue dan pada akhirnya pilihannya cuma satu yaitu nyingkirin gue"

"Tapikan Az bisa jelasin kalo Az gamau jadi kepala penyihir istana sama Xavi"

Lexaz menggeleng pelan, itu juga bukan salah satu alasan kenapa Xavier ingin membunuhnya.

"Percuma lagian ada faktor lain yang bikin dia jadi nafsu banget mau bunuh gue selama ini"

"Faktor apa?" Tanya Velin sembari menatap Lexaz.

"Lo Velin"

Mendengar jawaban Lexaz Velin sontak berdiri dan menatap Lexaz dengan tatapan terkejut.

"Loh kok Velin?"

Lexaz hanya diam dan menatap kedepan dan hal itu membuat Velin maju dan berdiri di depan Lexaz.

"Jawab dong ko bisa gara-gara Velin?"

"Karena..." Lexaz mendongak menatap Velin di depannya.

"Dia suka sama Lo" lanjut Lexaz, Velin terdiam kalau masalah ini dia juga sudah tau tapi apa hubungannya dengan Lexaz?

"Dan sayangnya gue juga suka sama Lo"

Velin membulatkan kedua matanya, dia menatap Az dengan tatapan yang perlahan-lahan berubah menjadi sendu.

"Ini bukan salah Lo gausah nyalahin diri sendiri" Ucap Az pada Velin.

"Kenapa Az ga pernah datengin Velin lagi? Kalo Az dateng terus balikin ingatan Velin yang ilang kan Az ga perlu di kejar-kejar sama mereka, kita kabur yang jauh biar Xavi gatau"

Lexaz mengangkat tangannya dan mengenggam tangan Velin.

"Ada orang yang bilang ke gue kalo gue harus bisa ngejaga apa yang gue sayang di dunia ini, karena waktu itu gue belum cukup kuat buat jagain Lo kalo Xavi dateng jadi gue ga berani ketemu sama Lo Vel" jelas Lexaz.

Tentu saja orang yang mengatakan hal itu adalah ibunya, ibu Lexaz meninggal karena fitnah ibu Xavier. Dia menggantikan Lexaz untuk membayarnya, saat itu Xavier mendadak sakit saat meminum teh yang disajikan oleh dayang. Kebetulan disana juga ada Lexaz, ibu Xavier menuduh Lexaz yang melakukannya.

Ditambah lagi bukti ada botol racun yang sama pada Xavier di tas Lexaz saat itu. Seharusnya Lexaz yang dihukum namun ibunya tiba-tiba saja mengaku kalau dia yang menyuruh Lexaz untuk meracuni Xavier.

Dia menyelamatkan anaknya, hukumannya pun bertambah berat. Ibu Lexaz di gantung sampai tubuhnya terkoyak burung pemakan bangkai dan Lexaz yang saat itu masih kecil hanya bisa menangis melihat ibunya yang dinamakan kawanan burung bangkai.

Tidak ada satupun yang membantunya, para pelayan di mansionnya hanya diam menatapnya dari kejauhan tanpa berniat mendekat hanya sekedar untuk menurunkan jasad ibunya.

Sebelum hukuman itu berlangsung ibunya mengatakan alasan kenapa dia mengorbankan dirinya untuk Lexaz. Dia bilang jika dia menyayangi anaknya, ini bukan kesalahan Lexaz dan apa yang dia sayangi harus dia jaga. Dan Lexaz juga harus melakukannya suatu saat nanti pada seseorang yang ia sayangi.

*Tes*

Lexaz mengerjapkan kedua matanya saat pipinya di sentuh oleh Velin. Dia lalu kembali tersadar dan menatap Velin yang terlihat sedih.

"Maafin Velin ya Velin ga bermaksud buat bikin Az jadi keinget semuanya" ucap Velin sembari memeluk leher Lexaz.

"Gapapa" jawab Az lalu menarik Velin keatas pangkuannya dan memeluk gadis itu.

"Tapi sekarang gue udah kuat berkat penyihir agung juga jadi gue berani buka ingatan Lo yang hilang" ucap Az pada Velin.

Velin menganggukan kepalanya Lexaz kan sekarang sangat keren menurutnya. Dia adalah murid penyihir agung walau dia masih tidak yakin dengan kemampuan Tyo. Namun di cerita sebelumnya Tyo sangat keren kan.

"Utung perasaan gue ga bertepuk sebelah tangan"

"Hm?" Velin menatap Lexaz dengan kening berkerut maksudnya apa?

"Lo lupa waktu lagi mabuk Lo bilang suka sama gue hm?"

"Lah emang iya? Kapan Velin bilang begitu! Jangan ngacoo"

Velin mengalihkan tatapannya dengan wajah memerah, dia sepertinya memang harus menjauhi alkohol untuk kedepannya. Mulutnya ini memang tidak bisa diajak berkompromi.

"Mau gue ingetin lagi semalem Lo bilang apa dan kita ngapain aja?" Tanya Lexaz pada Velin.

"E-emang kita ngapain aja? Kan ga ngapa-ngapain tuh"

Lexaz tersenyum miring, dia lalu mendekat pada Velin membuat Velin sontak mundur kebelakang. Apa Lexaz akan menciumnya?! Velin dengan cepat mengangkat tangannya dan mendorong wajah Lexaz menjauh darinya.

"Biasanya kalo orang mabuk kan ngomongnya jujur" ledek Lexaz lagi yang membuat pipi Velin semakin memerah.

"T-tapikan kita be-belum kencan masa iya Velin udah suka gitu aja" ucap Velin dengan wajah semerah tomat.

"Lo pikir gue ngajak kesini kalau bukan kencan ngapain lagi?" Tanya Lexaz dengan sebelah alis terangkat.

*Blushhhh*

"Y-ya siapa tau kan mau metik bunga atau mau nyegerin mata" cicit Velin.

"Mau metik bunga?" Tawar Lexaz pada Velin.

Velin menganggukan kepalanya dan Lexaz tersenyum. Dia segera berdiri lalu menjentikkan jarinya.

"Ayo"

Velin menatap keranjang bunga di tangannya dengan wajah terkejut namun setelah dia sadar kalau Lexaz adalah penyihir Velin berdecak pelan dan mengikuti pria itu dari belakang.







SEMANGAT BUAT YANG LAGI BERPUASA 🕌✨
DARI SINI ALURNYA UDAH SEDIKIT ADA PENCERAHAN YA...

NEXT?

🤍🤍 SEE YOU 🤍🤍

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang