Chenle

7.1K 745 49
                                    

Zenith menghirup udara kebebasan hari ini, kakinya melangkah di taman mansion utama. Gaun putih yang dikenakannya sangat kontras dengan warna rambutnya yang serupa langit malam.

Semua berbisik.

Cantik sekali ...

Apa yang terjadi?

Astaga ternyata dia berlian yang selama ini terkubur dalam tumpukan jerami.

Pujian-pujian itu tidak membuat Zenith lantas terbang bahagia. Bahkan, tidak ada seulas senyumpun yang dia tunjukan. Bagi Zenith, citra para pelayan di rumah ini sudah benar-benar gelap. Selama beberapa kali kematiannya, para pelayan ini hanya memihak Rose dan selalu menyudutkan Zenith.

"Mereka berisik, Seperti anjing yang mengongong," gumam Zenith. Tubuhnya terlentang di hamparan rumput ilalang. Tangannya memutar-mutar sekuncup bunga yang tumbuh di sampingnya.

"Aku juga sedang berkembang, dan akan mekar. Seperti kamu." Ujarnya pada si bunga.

"KAKAK!" kedamaian hidup Zenith langsung hancur saat suara cempreng Rose membahana. Gadis bersurai pirang itu datang tergopoh-gopoh dengan mata berkaca-kaca.

Meski sekilas, Zenith bisa melihat jelas raut tidak suka Rose saat melihat perubahannya. Tapi, adik tirinya itu bisa langsung menormalkan ekspresinya.

"Cih ratu drama yang handal," gumam Zenith.

"Kakak bicara apa?" Mata Rose mengerjap-ngerjap lugu.

"Aku sangat khawatir sama kakak, aku bahkan memohon pada ayah agar cepat melepaskan kakak. Semua salahku kan, maafkan aku kakak!" Sambung Rose dengan tangis yang merebak.

Jika ini dulu
Jika ini terjadi sebelum Zenith bertemu queen
Jika ini terjadi sebelum Zenith melihat dengan mata kepala sendiri kelakuan Rose. Zenith pasti akan tersentuh dan memeluk adiknya. Gadis beriris serupa bintang itu sangat-sangat menyayangi Rose. Dulu!

"KAKAK KENAPA DIAM SAJA, APA KAKAK SAKIT?" Ujar Rose panik, tubuhnya dengan cepat menubruk badan Zenith. Memeluknya.

Seraut ekspresi terkejut yang bercampur amarah berkilat di mata si gadis bersurai biru malam itu.

"Jangan sentuh aku," decak Zenith tidak suka.

Rose terkesiap, tubuhnya bergetar, dan wajahnya mendadak pucat pasi.

"HIKS KAK ZENITH KENAPA?"

"Hiks hiks hiks, cengeng banget kamu anjing, menjijikan!" Umpat Zenith, gaya bahasanya sudah seceplas-ceplos Queen.

Rose semakin membeku.

"Ka----aaaaaaaa!"

Teriakannya membahana saat Zenith yang marah mendengar rengekan manjanya, mengikat Rose dengan kekuatan sihirnya.

Kekuatan mawar.

Kekuatan murni para darah eperanto.

"Kakak apa yang terjadi?" Suara Rose melengking panik.

Zenith berdecak, memilih memejamkan matanya. Menggerakan tangannya hingga posisi tubuh Rose terbalik. Kepalanya di bawah, sedangkan kakinya dililit tangkai mawar.

"Kakak awas, kamu akan dihukum ayah!" Ancam Rose ditengah rasa paniknya.

Zenith mengangat sebelah bibirnya. Lalu tangannya bergerak cepat hingga tubuh Rose bergoyang cepat ke kanan dan ke kiri.

"NONA ROSE!"

Teriakan sekumpulan pelayan tidak membuat Zenith gentar. Dia malah tertawa geli melihat rambut rose berantakan dan wajahnya yang semakin memutih.

"Turunkan nona Rose!" Seru seorang pelayan marah.

"Jika aku tidak mau?" Tantang Zenith berani.

"Aku akan adukan pada tuan Siwon."

"Terserah."

Mata Rose menangkap sesosok pria berambut putih di balik pohon apel.

"HUWAA KAK CHENLE TOLONG ROSE, KAK ZENITH SEPERTINYA KERASUKAN ROH JAHAT!!!" Teriak Rose. Sosok pemuda itu berjalan cepat.

"Ze---uwwwogh seegs!"

Saat dia mau menegur Zenith dengan suara lembut, si gadis malah menjatuhkan Rose di atas tubuhnya. Rose tentu saja senang bukan kepalang, sedangkan Chenle langsung mengeram karena anunya terkena sikut Rose.

Zenith bangkit, menubruk bahu para pelayan yang menghalangi langkahnya. Tepat setelah langkah ke lima dia berbalik kembali.

"Sampah dengan sampah." Mata Rose menyorot dingin. "Cocok!"

Pria itu chenle, cinta pertama Zenith sebelum kematiannya yang ke-17. Satu-satunya orang yang baik dan ramah pada Zenith.

Tapi sekarang dia tahu alasan Chenle begitu baik padanya. Dia hanya ingin kekuatan yang dimiliki Rose untuk memperkuat takhtanya di keluarga.

Si pria keturunan kekuarga es itu membeku saat melihat tatapan dingin Zenith, lalu pada senyum terakhir yang Zenith sungingkan sebelum berlalu.

Entah kenapa ...

Deg deg deg!

"Jantungku kenapa jadi berdebar begini?"

***

Bersumbang😗

ZENITH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang