ikatan dengan chenle

3.2K 382 4
                                    

Chenle.

Dia baru saja mendengar kabar bahwa sikap Zenith berubah aneh. Jadi, pria itu datang ke kediaman eperanto.

Saat dia datang Zenith sedang menggantung Rose dengan sihir mawarnya. Tatapan matanya sangat dingin, Chenle tidak bisa beranjak pergi selain menatap Zenith lebih lama.

Sorot mata itu...

Bukan sorot dari sebuah kekuatan, tapi dari rasa takut ditinggalkan dan rasa marah berlebihan.

Dia juga pernah punya sorot mata itu.

Kakaknya gila karena tekanan keluarga, adiknya cacat setelah berusaha kabur dari sang ayah.

Jadi, hanya Chenle harapan keluarganya. Keluarga Cerodontha yang kekuatannya semakin melemah.

Kakak dan adik membenci Chenle, merasa dia sangat dicintai sang ayah. Padahal, jika Chenle bisa memilih dia tidak ingin lahir dari salah satu sperma milik Johny.

Chenle kekuatannya juga lemah. Tapi dia punya wajah yang lumayan, wajah dan sikap lembut yang berhasil membuat putri keluarga Eperanto tergila-gila.

Setiap hari dia seperti anjing penjilat, ingin menikah dengan Rose---sang pemilik kekuatan agar Cerodontha tetap ada. Agar dia bisa melindungi keluarga nya.

Tapi dia melihat Zenith yang menyedihkan, tersisih di tempat paling jauh dari kehangatan Eperanto. Chenle murni hanya ingin membantunya, tapi... Dia tidak bisa apa-apa selain teknik hebatnya menggoda wanita.

Dia tidak pernah sadar, bahwa karena dia Zenith jatuh cinta.

Lalu berpikir bahwa Chenle adalah satu-satunya pria yang hadir disisi Nya saat Zenith merasa sendirian.

***

Seperti itu isi percakapan antara Chenle dan Zenith. Mereka saling memandang setelah menceritakan kisah mereka. Dua iris berbeda warna itu berkaca-kaca, saling menyirat lelah di dalamnya.

"Sudah banyak yang kamu alami rupanya. "  Chenle memandang lurus, menatap aura dan pancaran mata Zenith yang berubah.

"Hanya kau yang belum berubah. "

Chenle mengangguk.

"Kau hebat, apa yang membuatmu semakin menakjubkan dalam 3 hari tidak kutemui? "

Zenith tersenyum. "Karena aku punya dua teman bangsawan. " Seru Zenith senang.

"Tapi aku pelayan nona! " Protes Lily.

"Oh iya, maksud ku dua teman pelayan, " Ralat Zenith.

"Tapi aku tuan muda berjiwa hot daddy Zenith! " Tukas seseorang di atas pohon tak jauh dari mereka mengobrol.

Zenith mendengus. "Jangan kebiasaan, tidur diatas pohon Jisung. "

"Baiklah besok aku akan tidur dikamarmu, seranjang denganmu! " Kata Jisung.

"Hei jangan sembarangan! " Lily berteriak pada Jisung. "Dia siapa nona? " Lalu menguncang bahu Zenith meminta jawaban.

"Calon suami nonamu!"

"Hei!"

Dua makhluk itu berakhir bertengkar, Zenith hanya tertawa lalu kembali mengalihkan atensinya pada Chenle sambil menyeruput teh.

Melihat tawa tulus Zenith, Chenle ikut tersenyum.

"Maafkan aku," Gumamnya.

Zenith meletakan cangkir tehnya, matanya menatap Chenle dalam. Dia terlalu baik untuk Zenith benci. Oke, sifatnya di masa lalu memang keterlaluan tapi setidaknya itu tercover oleh keluarga Eperanto yang kek dajjal.  Lagipula, Chanle cukup berani dengan bersikap jujur seperti ini.

"Aku maafkan. " Zenith sekali lagi tersenyum. Bukan senyum aneh seperti beberapa minggu lalu, tapi senyum yang tersirat banyak makna. Makna bahwa dia memafkan Chenle yang sekarang dan yang di masa lalu.

"Aku tidak tahu bahwa pada akhirnya kau jatuh cinta dan terluka olehku. "

Zenith memandang masa lalu, sekitar beberapa menit sebelum memfokuskan kembali dirinya pada Chenle.

"Sebanyak apapun aku terluka olehku, aku tidak bisa membencimu. Kau tahu kenapa? "

Chenle menggeleng.

"Karena dari awal aku tahu kau hanya kasihan dan tidak mencintaiku, kau hanya iba. Alih alih sadar diri, aku malah menjebak diriku sendiri dalam ilusi. Berpikir jika aku pura-pura tidak tahu, aku akan jadi orang paling bahagia. Aku berpikir aku dicintai, dan itu adalah hal paling bodoh selama ini. "

Chenle mendengarkan, Zenith semakin memandang raut serius Chenle lamat-lamat. Kenapa sikap pria ini berubah? Tidak seperti di Kematian-kematian sebelumnya. Harusnya, ketika Chenle tau kekuatan itu ada pada Zenith pria itu akan memanfaatkan perasaan Zenith dan memintanya untuk memberikan kekuatan itu pada Rose.

"Aku pikir kau akan sangat terkejut dan menangis ketika mendengar pengakuan ku, tapi tidak disangka kau sangat tenang. "

Zenith terkesiap, keluar dari lamunannya. "Tak kusangka juga, kau malah memilih jujur padaku. " Dia tersenyum bangga pada Zenith

Chenle turut tersenyum. "Saat melihat tatapan matamu yang semakin asing aku tidak bisa berpikir panjang, yang ada dalam hatiku hanya takut kehilanganmu. "

Zenith juga mengerti, walau Chenle tidak mencintainya dia adalah satu-satubya tempat pria itu bercerita tanpa takut kena rumor, tanpa takut dijatuhkan, tanpa takut dinilai buruk.

Lalu sekarang Zenith juga sadar, perasan Chenle padanya hanya sebatas adik kakak yang saling menguatkan.

Dan perasaan Zenith pada Chenle hanyalah tentang obsesi. Yang dia butuhkan adalah kasih sayang Samuel, ketika dia tidak bisa punya. Chenle datang menghadirkan figur seorang kakak yang tidak dapat Zenith dapatkan sebelumnya.

Hati Zenith jadi lebih tenang. Permasalahannya dengan Chenle selesai, dan mereka juga mungkin saja dapat jadi teman akrab.

"Tentang kekuatan itu ... " Chenle mengantung ucapannya. Saat dia Hendak membahas kekuatan Zenith kepalanya mendadak pusing.

Sebuah ingatan ingatan aneh seolah memaksa masuk.chenle mengerang sambil  menjambak surai putihnya.

"Zenith bagaimana jika kau mengalah pada rose. "

"Kekuatan itu mungkin memberatkanmu. "

"Berikan saja kekuatan itu pada Rose, kau sudah kuat tanpa kekuatan itu. Dan aku akan melindungi mu. "

Saat ingatan itu kembali sepenuhnya, air mata jatuh dari sebelah pelupuk mata Chenle. Irisnya kalut oleh kesedihan. Zenith tidak sempat bertanya tentang apa yang terjadi.

Chenle sudah menerjang dan memeluknya erat. Penuh rasa bersalah.

Lalu si pelayan yang tadi mengintip sudah kembali bersama Rose di belakangnya.

"sayang apa yang kau lakukan?!"

ZENITH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang