fix jadi guru

3.5K 475 41
                                    

Jisung dan Zenith sekarang terlihat lebih akrab, tembok penghalang yang awalnya coba Zenith bangun hancur dalam satu pukulan. Jika sudah tidak ada rahasia, Zenith tidak keberatan menampakan semua aibnya pada Jisung.

"Tuan muda." Pelayan di depan pintu membungkuk dengan sopan. "Tuan besar menanti anda dan em ..." pelayan itu menatap tidak yakin ke arah Zenith.

"Guruku, tentu saja!" Tukas Jisung.

"Oke guru anda."

Jisung tersenyum menenangkan, tangannya terulur pada Zenith. Gadis itu menghela nafas gugup, rasa malu mengusik hatinya hingga perlahan rona merah menjalar hingga ke ujung telinga Zenith. Jisung tertawa kecil, Zenith terlalu menggemaskan.

"Ada aku, yakinlah, dan jangan takut," ujar Jisung mencoba meyakinkan sekali lagi.

Zenith meraih tangannya, kali ini yakin, dia mengengamnya erat. Seakan bilang, bahwa dia percaya pada Jisung.

Pria itu tersenyum puas, agak berjinjit agar wujud bocah kecilnya bisa menyamai tinggi Zenith. Mereka berjalan ke aula utama.

Jung Nara dan Jung Jaehyun masih tak bisa menormalkan ekspresi mereka, melihat Zenith yang muncul lalu menangis tiba-tiba adalah sebuah kejutan. Gadis itu juga merasa diperhatikan dia ingin menangis lagi rasanya jika tidak merasakan jemari mungil jisung yang menguatkannya.

"Dia guruku kakek!" Seru Jisung tanpa basa-basi.

Jaehyun berdehem. "Guru apa?"

"Tata krama!" Cetus Zenith tidak tahu malu, mendengar itu Nara dan Jaehyun nyaris melepaskan rahang mereka. Sedangkan Jisung mati-matian menahan tawa. Kenapa Zenith tidak tahu malu sekali?

Melihat suasananya suram, selain wajah ngakak Jisung tentunya. Zenith baru sadar, dia memalingkan pandang ke arah para pelayan.

"Maksudnya tata krama di kediaman ini bagus sekali ya," elaknya.

Jaehyun menggeleng, merasa aneh dengan sang cucu dan perempuan di sampingnya. "Terimakasih pujian anda, jadi ... apa aku harus mengulang pertanyaan tadi?"

Zenith mengigit bibir, untung saja dengan cepat Jisung mengambil alih situasi.

"Dia guru musikku, aku sangat suka musik, dan berpikir musik juga bisa mengendalikan sihir." Penjelasan Jisung cukup masuk akal Jaehyun dan Nara mengangguk.

Nara tersenyum puas. "Sebuah kerhormatan jika saja kami bisa mendengar kemampuan guru pilihan Jisung," ujarnya dengan nada lembut, angun dan berwibawa.

Zenith tiba-tiba merasa insicure. Hadeh, gini amat nasib putri terbuang yang gak di didik. Udah begok, bodoh,  malu-maluin pula.

Lamunan Zenith langsung buyar ketika Jisung menyodorkan sebuah biola dengan percaya diri. Zenith tersenyum kikuk, ugh dia pernah main biola tidak ya?

Tapi sekali lagi, tatapan meyakinkan Jisung membuat rasa takutnya lenyap. Zenith mengengam biola itu dan mulai memejamkan mata.

Semua menanti tidak sabar, senyum Jisung terkembang lebar.

Setelah menelan ludahnya, Zenith mukai menggesek senar biola. Suaranya sangat ...

Ngikkk
Ngikkk

Itu tidak bisa di deskripsikan.

Rahang Nara dan Jaehyun kali ini benar-benar jatuh, sedangkan Jisung bukannya marah, malah menutup wajah dan terkikik geli. Wajah Zenith memerah, dia menatap nyalang ke arah Jisung.

"Kamu bohong ini bukan guru!" Desis Nara.

"Astaga aku yang bohong?" Jisung bersedekap. "Biola yang bohong!"

Belum sempat Nara membuka mulutnya untuk protes. Jisung mendadak jatuh ke lantai, wajahnya pucat, dan seluruh tubuhnya bergetar, tidak lama matanya berubah putih dan dia kejang-kejang.

Nara berteriak histeris, Jaehyun melesat dengan sihirnya. Melihat keadaan sang cucu yang memprihatinkan, rasa bersalah menyeruak di hatinya. Andai dia lebih menjaga Jisung cucunya tidak akan di culik dan mengalami hal seperti ini.

Di tengah kericuhan, Zenith dan otaknya yang lemot hanya dapat terpekur. Tapi ketika dia melihat jemari Jisung yang bergerak membentuk simbol 'ok' Zenith langsung berbinar.

"ASTAGAA MURIDKU!" pekiknya histeris, pekikan Zenith lebih dramatis dari siapapun, mampu membuat kericuhan seketika berhenti.

Sudut matanya berair, dia jatuh kelantai dan ngesot mendekati Jisung sambil terus mengumamkan namanya. Jisung terkikik dalam hati, merasa dia dan Zenith cocok memenangkan penghargaan acting terbaik di kekaisaran ini.

"Asoy asoy geboy." Zenith hanya asal berujar, dia mengatakan itu penuh puja, seperti membacakan mantra sihir tingkat tingi. Mendadak, wajah pucat Jisung mendapatkan kembali ronanya, rontaannya mendadak berhenti.

Semua terkesiap takjub, Zenith mencoba membuka sebelah matanya, melihat reaksi sekitar yang cukup memuaskan dia mulai kembali dramanya.

"Aku memang bukan guru yang baik, aku tidak bisa musik, aku juga tidak pandai. Aku tidak pantas berada di sini, kau jangan memaksakan kehendak." Katanya pada Jisung.

Jisung menekan dadanya seakan terluka mendengar kata-kata Zenith.

"Jangan begitu guru besar, kamu telah menyelamatkan aku dari trauma, kamu menemani aku dalam masa-masa sulitku, aku tidak keberatan walau kamu bodoh."

Zenith beracting terharu mendengar ucapan Jisung, wakau hatinya dongkol setengah mati.

"Tidak di rumah ini sekalipun, aku akan tetap membantumu mendapatkan wujud aslimu wah---!"

BRAK!

Jaehyun mengebrak meja tidak jauh dari mereka, wajahnya kentara bahagia.

"Kau di terima!" Katanya final. "Mau gaji berapa?"

Zenith dengan tidak tahu malu menceletuk. "Tidak banyak, aku mau uang yang cukup untuk memenuhi gaya hidupku sampai liang kubur kelak."

ZENITH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang