Kai ingat wanita ini, irisnya yang sewarna kelopak mawar sulit untuk dilupakan, benar-benar menawan. Apalagi, ketika dia mulai menggerakan tangannya untuk membuat sulur mawar, itu keren.
Beberapa hari lalu, gadis itu juga datang merebut
'Buruannya'---Jisung, bukan hanya tidak marah Kai malah berpikir ingin bertemu dengannya suatu saat nanti.Lalu, mereka dipertemukan di situasi tak terduga ini. Tapi Zenith terasa berbeda, auranya sedikit lebih netral.
"Apa yang kau lakukan?" Kai membentak, Zenith hanya diam memandang batu-batu. Wajahnya terlihat lelah, seperti orang yang kena tekanan mental.
"Aku tidak sengaja."
"Apa ucapanmu bisa mengembalikan pedangku?"
Zenith mendongak, irisnya melebar, bibirnya seketika mengerucut sebal. "Tinggal di cabut mudah kan?" Tanyanya meremehkan.
Kai bersedekap. "Mudah kok, silahkan cabut!" Dia menunjuk pedangnya yang tertancap di sebuah batu, akibat dari perbuatan Zenith tadi.
"Baiklah!" Zenith mengambil langkah lebar percaya diri, dia tersenyum lebar ketika mencoba mencabut pedang itu.
Keras.
Susah.
"Hmmgh!" Bahkan, ketika Zenith sudah menariknya sekuat tenaga pedang itu tidak bergerak satu incipun.
"Mudah kan?" Sarkas Kai.
Zenith menoleh kesal. "Mudah kok!" Sahutnya belum menyerah. Zenith mengangkat gaunnya tinggi-tinggi membuat paha putihnya terekspos, Kai melotot. Gila, dia tidak pernah bertemu gadis bangsawan se-bar bar Zenith.
Sudut bibir Kai diam-diam berkedut melihat tinggah Zenith, ini cukup menghibur setelah aktifitas panjangnya memburu siluman.
"Sudah bisa?" Pria itu bersedekap, melayangkan tatapan mengejek yang membuat Zenith kesal.
"Bisa!" Jawabnya yakin. Zenith membacakan mantra, memejamkan matanya sambil perlahan-lahan mengeratkan pegangannya pada pedang. Pedang itu bercahaya, tangan Zenith bercahaya. Kedua cahaya itu bertabrakan, membuat sebuah ledakan kecil yang membuat Zenith tersungkur.
Gadis itu hampir menghantam tanah jika saja Kai tidak dengan sigap merengkuh pingangnya. Zenith masuk kedalam pelukan hangat sang pria.
"Mudah?" Tanya Kai sekali lagi.
Zenith menyerah.
"Maaf," cicitnya sambil menjauh dari tubuh Kai.
Diam-diam Kai merasa kehilangan, tubuh ramping Zenith dan harumnya sempat membuat Kai nyaris hilang pikiran tadi.
"Itu pedang warisan keluargaku!" Ujar Kai. "Pedang itu khusus untuk memburu para monster, apa kau bisa bertangung jawab?"
Zenith semakin diam, diam-diam juga kepalanya hampir meledak. Keluarganya, kakaknya yang hilang, Chenle dan segala hal membuat jiwanya dihajar habis-habisan. Sekarang, dia malah membuat masalah dengan orang kedua terkuat di kekaisaran?!
"Tidak bisa ya?" Kai mengeluarkan seringai jahatnya. "Aku pikir kau bisa membayarnya dengan tubuhmu."
"HA? APA APA??" Zenith berteriak sambil melotot, bibirnya terbuka dan tubuhnya terhuyung-huyung. "Aku tidak menyangka pedang kekaisaran ternyata orang mesum."
Melihat gadis itu menaruh lengan di dada, seakan melindungi diri, mendadak Kai kesal setengah mati.
"Sembarangan menuduh orang!" Serunya. "Yang mesum itu kau dan pikiranmu."
"Lalu apa?"
"Kau harus Jadi pelayanku, karena pedangku hilang, kau bantu aku memburu para monster!" Perintah kai mutlak.
Gila masalah Zenith yang ini benar-benar membuatnya pusing tujuh keliling. Membantu Kai membunuh monster katanya?
"tidak mau!" Tolak Zenith mentah-mentah. "Walau aku bodoh, tidak dipedulikan dan di buang oleh keluarga Eperanto bukan berarti aku akan dibiarkan saja jika sering keluar dengan pria," cerocos gadis itu dengan sebuah curhatan yang terselip.
"Lagian jadi pelayan? Aku tidak masalah, tapi pasti harga diri ayah terluka," sambung Zenith lagi.
Mendengar ucapan Zenith tadi, tentang betapa tersisihnya dia di rumahnya dengan ekspresi muram yang menyedihkan. Kai mendadak tidak bisa berpikir, maka dengan sebuah tatapan tegas dia berseru.
"Itu ada jalan keluarnya!"
"Apa?"
"Jika kita ada hubungan tak masalah kan? Rumor tidak akan ada dan harga diri ayahmu tidak akan terluka."
"Ha?"
" aku akan mengatur jadwal pertunangan dengan putri keluarga Eperanto minggu depan."
Wush!
Tubuh Kai menghilang menyisakan setitik cahaya putih yang berpendar jatuh ke tanah. Bahkan ketika Kai sudah lama berlalu, Zenith dan otak lemotnya masih belum bisa mencerna semuanya.
Dia harap ini semua mimpi.
Sebelum dia melihat sebuah pedang yang menancap di batu, berkilau indah diterpa cahaya arunika sore.
"AAAAAA!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZENITH
FantasyNona muda ini selalu mati dan hidup kembali. Tapi, dia selalu menjadi gadis bodoh dan buruk rupa dalam waktu yang lama. Setelah kematiannya yang ke-17 Zenith berubah, dia buang segala hal tentang hidup nona bangsawan. Awal mula perjalanannya yang pa...