BEBAS

5.1K 601 35
                                    

Hari ini masa penghukuman Zenith selesai, dia keluar, di sambut oleh wajah tegas Duke dan beberapa pelayan yang memandang penuh rasa penasaran.

Rambut Zenith di sanggul rapi, dia memakai pakaian putih bersih, yang menandakan rasa penyesalan. Biasa digunakan para tahanan ketika masa kebebasan mereka.

Tatapan Zenith sayu, dia membungkuk 45 derajat dihadapan sang ayah.

"Salam kepada bintangnya Dinasti," hormat Zenith.

Sang Ayah cuman terpaku, menelisik wajah Zenith tapi tidak menemukan hal aneh, selain rasa asing? Duke Eperanto selalu ingat bagaimana sang putri akan keluar bersimbah air mata ketika mengatakan.

"Ayah, aku sangat menyesal. Ayah, aku janji akan berubah."

Setelahnya Zenith akan berkutat pada buku-buku dan memasak kue untuknya, yang tentu saja tidak pernah dia makan.

"Paduka, saya sangat menyesal, saya janji akan berubah."

Ada yang ganjil dari perkataan Zenith, gadis itu tampak biasa saja. Matanya membara, seakan menyiratkan sebuah perubahan, yang entah apa itu.

Sang ayah mendadak  merasa merinding.

***

"Hormat tuan muda," panggil Zenith ketika berpapasan dengan Samuel.

Cowok itu terlonjak, matanya membulat kaget. Bekas luka di pipinya masih terlihat, dia menatap Zenith kaget. Cewek itu kok mendadak ramah? Apa kepalanya terbentur?

"Ahh--hormat juga." Samuel menggaruk tengkuk kaku.

"Apa anda sehat, tuan?" Tanya Zenith.

Samuel mengerjap. "Tentu saja."

Sudah, seperti ini? CRINGE BANGET AJG!

Samuel mengumpat dalam hati, ada banyak hal yang ingin dia tanyakan pada Zenith. Tapi, dia terlalu gugup untuk bicara, bahkan hanya dapat diam mematung ketika Zenith telah berlalu pergi.

Zenith juga mengepalkan tangan ketika sudah melangkah jauh, nafasnya memburu. Dia tadi berusaha menguatkan hati ketika menatap sang kakak. Tidak semudah itu melupakan sesuatu yang dulu selalu kau perjuangkan, kan?

Tapi ... ngomong-ngomong soal kakak, Zenith baru ingat sesuatu!

***

"LILY CERITAKAN  GOSIP TENTANGKU!"

Lily nyaris melempar bukunya keluar jendela ketika Zenith menepuk bahunya.

"Gosip yang mana?" Gadis itu mengerutkan dahinya.

"Semuanya!!"

Lily mengerjap, raut wajahnya terlihat tidak enak. Zenith menepuk pelan lengan gadis itu seakan mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja.

Setelah menghela nafas panjang, Lily bergumam.

"Sebelum aku masuk jadi pelayan, sempat ada eumor bahwa putri pertama Duke adalah siluman babi."

APA?

"Dia suka makan para pelayan ketika bulan purnama tiba."

APA?

"Dia juga sangat jahat pada pelayan, berbeda dengan Rose yang sangat baik, lemah lembut dan berbakat. Nona Zenith katanya sangat bodoh dan caper."

Krek.

Nafas Zenith sudah memburu, Lily meneguk ludahnya takut-takut. "Sudah?" Cicitnya pelan.

"Lanjutkan!" Perintah Zenith sambil meneguk air di depannya untuk meredakan amarah.

"Dia tinggal di rumah keluarga duke ketika umurnya 11 tah---"

Lily berhenti bicara ketika Zenith tiba-tiba menghilang bersama ledakan bunga mawar yang membumbung tinggi menghalangi pandangan gadis itu.

"NONA JANGAN MARAH, AKU TIDAK PERCAYA RUMOR RUMOR ITU KOK." teriak Lily.

"Waktu dulu sih, percaya dikit," lanjutnya setengah meringis. Lily tidak akan percaya rumor gak berdasar mulai sekarang!

ZENITH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang