perpustakaan tabir yang terbuka

4.9K 599 45
                                    

Zenith muncul di depan perpustakaan tepat ketika Duke Eperanto baru saja mau keluar. Dia menatap putrinya dengan pandangan kesal.

"Jangan gunakan kekuatanmu sembarangan, Zen!" desis Duke.

"Ah, saya lupa baginda." Zenith menunduk. "Segera temukan cara untuk ambil kekuatan ini dari saya," lanjutnya.

"Gaya bahasamu ..." Duke Eperanto menatap putrinya dengan tatapan rumit. "Oke, jangan cari masalah sebelum kekuatan itu berhasil pindah pada kakakmu!" Putusnya.

"Tapi bukankah saya akan semakin tidak berguna tanpa kekuatan ini? Saya harap baginda mau memberikan saya akses ke perpustakaan. saya akan belajar dengan giat agar pantas menjadi nona keluarga eperanto," tutur Zenith panjang lebar.

Duke Eperanto menelan ludah, biasanya Zenith akan menatapnya hangat dengan harapan besar di pelupuk matanya. Harapan agar sang Duke hisa memujinya, atau mengelus surai sewarna malam itu.

"Oke," kata Duke pasrah. "Jangan gunakan kekuatan itu sembarangan!" Peringatnya sekali lagi. Dia menyodorkan sebuah kunci dari balik jubahnya.

"Terimakasih baginda!" Mata Zenith berbinar senang.

Dia masih punya kebiasaan itu. Batin sang duke.

Diam-diam dia merasa bersyukur. Setidaknya, binar mata Zenith tidak pernah meredup.

***

Zenith berkeliling di dalam perpustakaan Eperanto, suatu tempat yang hanya bisa dimasuki menggunakan kunci khusus. Dari dulu, dia ingin sekali masuk kesini. Tapi selalu ragu untuk meminta kunci milik sang ayah.

Namun, sekarang dia bisa melihatnya langsung. Ada rak-rak yang menjulang tinggi, sangat besar dan banyak sekali buku-buku.

Di tengah perpustakaan ada sebuah pohon rindang.

Zenith masih tidak bisa menemukan apa yang dicarinya.

"Berkas seperti itu? Pasti ayah simpan di tempat rahasia keluarga, kan?" Tanyanya pada diri sendiri, nyaris putus asa.

Zenith menyanderkan tubuhnya pada pohon itu, hanya beberapa detik sebelum akhirnya dia berteriak kaget lantaran sebuah suara gedebum mengagetkannya.

Pohon itu mengeluarkan cahaya.

Juga sebuah suara.

Darah murni Eperanto, selamat datang di penyimpanan berkas rahasia.

Zenith mengerjap-ngerjap sebelum akhirnya memekik senang menerjang sebuah cahaya kuning yang seakan menyambutnya masuk.

***

Ada banyak hal disini, auranya misterius. Beberapa permata sihir diletakan, mungkin untuk menjaga temlat ini.

"Andai aku bisa menemukan berkas tentang Suho Eperanto dengan cep---"

Sring!

Beberapa berkas melayang tepat di atasnya.

Zenith mematung, menyentuhnya pelan. Buku itu terbuka.

Suho eperanto
Anak pertama Duke Eperanto
Umur 19 tahun
Tinggi 190 cm
Ukuran 20 cm

"EH UKURAN APA?" Jerit Zenith.

"Ada yang lebih rahasia lagi?" Serunya pada udara. Hening, dia mengulang dengan suara yang lebih keras.

"Apa ada sesuatu yang menjelaskan tentang mati lalu hidup lagi?"

Tubuhnya ditarik sebuah cahaya hingga kembali terpelanting ke perpustakaan.  Tepat di depan pohon yang redup, tidak ada lagi cahaya seperti tadi.

"SIALAN!" Makinya. "Tidak ada yang berguna di rumah ini."

Srek
Srek

Daun-daun dari pohon itu secara tiba-tiba berubah menjadi warna biru tua bercahaya, lalu ketika iris bintang Zenith menyipit untuk melihat sesuatu di batang pohon itu, pupilnya melebar seketika.

Rahasia kematian
Ditulis Suho eperanto
Untuk adik tercintanya
ZENITH.

***

Zenith menatapnya dengan dada berdebar cepat, rasanya seperti udara di sekitarnya pergi hingga tubuh Zenith kaku seketika.

Suho Eperanto
Nama itu tidak asing, namun juga tidak Zenith kenal. Di rumah ini, tidak pernah ada satupun yang mengungkit tentangnya.

Dia kakaknya?

Harusnya dia muncul setiap Zenith bangkit lagi kan? Kenapa Suho tidak pernah ada?

Aneh.

"Ada orang yang memerintahku untuk menyelamatkanmu."

"Siapa?"

"Rahasia pelanggan."

Percakapannya dengan Queen seketika terbersit, Zenith memantapkan langkahnya. Menyentuh tulisan di batang pohon itu, lalu semuanya jadi semakin terlihat jelas.

Halo namaku Suho
Mungkin kamu sudah melupankanku
Aku kakakmu, kita tinggal bahagia sebelum si sialan eperanto mengambil kita.

Aku benci melihatmu yang selalu mengemis cinta Samuel dan eperanto.

Aku benci melihatmu yang selalu menangis setiap malam

Lalu bersikap bodoh dan tidak pernah barubah.

Tapi aku mencintaimu, sama seperti kamu yang mencintaiku.

Kamu satu-satunya orang yang menganggapku manusia. Tidak peduli, pada sebuah fakta bahwa aku terlahir dari rahim seorang selir rendahan.

Zenith katanya aku terkena kutukan, darahku hingga seluruh inci tubuhku sewarna bunga salju. Aku tidak kuat dan tidak punya status tinggi. Karena itu aku menjadi seorang kakak tidak berguna, maaf karena tidak bisa melindungimu.

Namun aku punya satu hal yang berarti Cinta dan juga Jiwa. Karena itu, aku menjual jiwaku pada seorang penyihir. Namanya Queen, dan dia berjanji akan mengubah hidupmu.

Bukan lagi sebagai nona eperanto yang dirantai.
Tapi, sebagai gadis bahagia dengan caranya memandang dunia secara istimewa.

Aku masih menunggumu berubah, seperti janji penyihir gila itu. Percalah ...
Aku akan tetap hidup, ketika jantungmu belum kehilangan detaknya.

Karena kamu adalah hidupku.

_SUHO_

***

Wakakakkaak makin gajelas

ZENITH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang