JADI GURU

4.5K 502 8
                                    

Sialan

Kehidupan Zenith berantakan banget, absurd. Gadis itu sekarang sedang berteriak di sepanjang lorong untuk mencari Jisung.

"WOYYYY SILUMAN!" Zenith membuka sepatunya, melemparnya tepat sasaran ke wajah Jisung yang sembunyi dibalik pot bunga.

"Eh kakak." Jisung memasang tampang sok polos. "Ada apa cari aku? Kangen ya?"

Zenith berdecak, dia menggusur tubuh mungil Jisung kasar. Persetan dengan tampang boch kecilnya yang imut, faktanya kan dalam balutan tubuh mungil itu ada jiwa om-om tengil menyebalkan.

"Apa yang kamu berikan padaku tadi?"

Mengingat tindakan kurang ajarnya pada Chenle, wajah Zenith memerah. Jisung mengkorek telinganya acuh.

"Itu namanya sihir pematik," kata Jisung setelah dilempar ke hamparan rumput taman kediaman Eperanto.

"Apa itu?"

"Kakak tau pematik? Jadi sihir itu menyulut seseorang untuk menghapuskan ketakutannya dan mendorong orang itu melakukan apa yang dibayangkannya." Jisung menjelaskan. "Pasti dalam hati kecil kakak ada keinginan untuk melakukan hal tadi kan?"

Zenith tidak bisa mengelak, dia mendengus kasar sebari ikut merebahkan tubuhnya di samping Jisung. "Lain kali jangan gunakan sihirmu sembarangan," suruhnya.

"Asal kakak mau jadi guruku, aku akan menurut kok!"

"Guru apaan, sialan?!"

"Itu alibi tahu!" Jisung memajukan bibirnya. "Maksudku, kakak pura-pura jadi guruku supaya kita bisa main bersama dirumahku."

Zenith makin dongkol mendengar penuturan Jisung, gadis itu menoleh kesamping. Menatap Jisung yang sedari tadi sedang menatapnya juga.

"Main? Pewaris keluarga jung kurang kerjaan sekali ya?" Sarkas Zenith.

"Pewaris utama keluarga Eperanto juga, seperti pecundang di rumahnya sendiri, dia bahkan lebih tidak punya kerjaan."

Jleb!
Sindiran Jisung membuat dada zenith seperti dihimpit dua batu besar, sesak! Gadis itu berusaha mengatur emosinya.

"Kau juga setiap hari main disini kan?" Katanya mengalihkan pembicaraan, mencoba mengalah.

"Ini bukan main!" Jisung mencebik. "Disini kakak marah-marah saja padaku!"

"Lalu, apa bedanya dengan dirumahmu?"

"Disini auranya aura jahat, bisa menyulut emosi, jika dirumahku sangat nyaman!" Jelas Jisung ngawur.

Zenith mengigit bibir, sialan. Sebenarnya, bukan masalah aura. Kehadiran Jisung dan segala celetukannya lah yang membuat Zenith selalu meledak.

Melihat Zenith yang hanya cengo untuk waktu yang lama, Jisung meledakan aura sihir dan berubah ke wujud pria tampan yang sexy, matanya yang tadi bulat dan berbinar kini jadi tajam dan mendelik jengkel.

"KAU BODOH HAH?" Serunya tanpa basa-basi, membuat Zenith terkejut setengah mati.

"Apa?" Gadis itu menggaruk rambut, makin heran ketika melihat Jisung yang emosi.

"Kau bodoh, bodoh sekali." Jisung mengusak surai legamnya. "Aku tahu kau sedang mencari sesuatu, aku tahu kau ingin keluar dari rumah ini."

"Iya memang benar, lalu apa hubungannya dengan jadi gurumu? Kau sudah tua bangka tidak butuh guru gadis muda!" Serobot Zenith.

Jisung menarik bahu Zenith, mendekatkan wajahnya pada cewek itu. Zenith seketika membulatkan mata.

"Aku heran kenapa kau terlihat keren meski bodoh!" Jisung berdecak. "Kau tahu keluarga Jung hebat kan? Lebih hebat dari eperanto?"

Zenith mengangguk.

"Lalu kau tahu kau tidak bisa keluar kan? Terlebih lagi sekarang kau memegang kekuatan suci eperanto?"

Zenith mengangguk lagi, membenarkan ucapan Jisung.

"Lalu apa hubungannya dengan jadi gurumu?" Gadis itu melempar pertanyaan yang sama, membuat Jisung seketika menabok wajahnya. "Aww!" Pekik Zenith kesakitan.

"Bayangkan apa yang terjadi jika keluarga Jung mengirim undangan resmi agar anggota keluarga Eperanto menjadi guru pewaris tunggal mereka?"

Zenith berhenti mengaduh, otaknya berputar-putar cepat.

"YAP! SELAIN BISA KELUAR DENGAN DALIH MENGAJARIMU AKU BISA DAPAT UANG DAN PUNYA KEKUATAN UNTUK BERDIRI DI RUMAH INI!!"

Pekikan semangat zenith nyaris membuat telinga Jisung pengang, setelah cukup lama bergelut dengan otak lemot Zenith, cowok itu mengubah kembali wujudnya.

"Aku jenius sekali," puji zenith pada dirinya sendiri. Mendengar itu, Jisung rasanya ingin berubah menjadi besar lagi dan menendang Zenith sekuat tenaga.

"Jadi kapan aku mulai mengajar, tuan muda?"

Mendengar suara Zenith yang mendadak lembut dan kalem membuat Jisung seketika merinding.

"Hari rabu."

"Yeeey hari rabu!" Zenith berseru antusias.

Setelah hening cukup lama ...

"Memang kapan hari rabu itu?"

"Besok."

"Oh besok." Zenith menangguk-angguk. "Aku mulai mengajar besok? Memang besok hari apa?"

Plup.
Kali ini, Jisung benar-benar berubah kembali menjadi wujud lelakinya lalu menendang zenith kesal.

ZENITH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang