JISUNG?

5.2K 651 20
                                    

Jung Jisung sudah terbiasa diculik, sudah terbiasa lari-larian karena terus diburu. Jadi, menyelinap diam-diam dari kediaman keluarga Jung sangat mudah untuknya.

Oke, ini rahasia. Sebenarnya, penciuman Jisung sangat tajam. Melacak Zenith sangat mudah untuknya, kaki kecilnya berjalan tergesa-gesa.

Dia baru saja mau tidur ketika aroma Zenith menusuk-nusuk penciumannya, jadi dia melompat dari kamarnya tanpa pikir panjang.

Melihat sesosok bertopeng yang memepetkan tubuhnya pada tembok kokoh yang mengelilingi kediaman Jung, Jisung segera memeluknya.

"Kyak!" Zenith menjerit. "Serangga kecil menyebalkan," dengusnya setelah mendapati wajah Jisung  berbinar menatapnya.

"Kakak!" Girang Jisung.

Zenith mendorong tubuh mungil itu dengan kakinya, nyaris membuat Jisung jatuh jika dia tidak punya reflex yang bagus.

"Kau mengatakan aku mirip pembunuh 3 hari lalu," kata Zenith sambil memutar bola mata. Masih dongkol dengan celetukan Jisung tempo hari.

"Kakak harus tahu, anak kecil yang selalu diincar bahaya akan selalu waspada pada apapun. Tapi ternyata kakak malah memperlakukanku diluar ekspetasi, karena itu sekarang aku sangat suka kakak," tukas Jisung panjang lebar.

Zenith berdecak, tapi tak lama seringai tercetak di bibirnya yang terpoles gincu sewarna darah vampire. "Kau suka aku kan?"

Jisung menganguk antusias, tubuh mungionya ikut bergoyang saking antusiasnya.

"Jadi, bisakah kau bawakan aku tanaman pusaka keluarga Jung?" Kedua alis Zenith bertaut. Melihat Jisung yang sempat terdiam beberapa saat , Zenith lalu menurunkan pandangannya kecewa.

"Tidak mau ya?"

"Tentu saja ..." ucapan Jisung menggantung, lalu menjadi samar ketika sebuah letupan disusul asap hitam membumbung tinggi menghalangi pandangan Zenith.

Saat asap itu menghilang sepenuhnya.

Ada sosok asing di depannya, wajahnya terlihat sangat tampan. Surainya berwarna merah gelap, senada dengan iris kristal yang menyipit tatkala bibirnya mengulas senyum lebar.

"Tentu saja aku tidak akan menolak permintaan gadis yang telah membantuku mendapatkan wujud asliku kembali," katanya.

"Kakak ... kenapa kamu mematung, apa aku terlalu menggemaskan?" Tangan pria itu dengan kurang ajar membelai surai Zenith, tentu saja dengan nada riang khas anak kecil. Mengingat pria itu telah lama dalam wujud bocah laki-laki mungil, tingkahnya terlihat alami.

"Kau Jisung?" Zenith spechless.

"Yap." Pria itu mengangguk. "Tapi aku tidak keberatan, jika kakak panggil aku 'adik manis yang lucu' hehe."

Setelah mengatakan hal yang terdengar horor tersebut, Jisung menjatuhkan kepalanya ke bahu Zenith. "Aku ingin tidur, anak kecil tidak boleh tidur terlalu malam. Tapi, penyusu---kakak cantik ini malah membangunkanku," ujarnya manja.

"Kau gila?" Desis Zenith di mau mendorong kepala Jisung jika tangan kokoh pemuda itu tidak menangkap dan mengengam kuat tangannya.

"Kakak mau tanaman pusaka punya kakek?" Jisung menghembuskan nafasnya di ceruk leher Zenith, nadanya terdengar menantang.

Zenith mendengus. Sialan, anak kecil ini! "Oke adik manis yang lucu, apa yang bisa kulakukan untukmu?" Tanyanya pasrah, dengan nada yang benar-benar masam.
***

"Untuk apasih tanaman kakek?" Tanya Jisung.

"Ck, itu bukan rahasia umum. Tanaman itu mampu memperkuat tubuh," jawab Zenith antusias. Rasanya, dia ingin segera memakan apel emas keluarga Jung dan keluar dari penjara mawar sang ayah dengan keadaan yang lebih baik.

"Kakak tidak perlu hal begitu, kakak tinggal genggam tanganku dan kakak akan jadi sangat kuat," kata Jisung dengan binar mata polosnya.

Jika yang mengatakannya adalah Jisung berwujud Remaja yang hot, Zenith sudah pasti akan marah dan menggeplak kepalanya.

Tapi, ini Jisung mungil yang unyu. Zenith mana tega, daridulu kan selain bodoh Zenith juga sangat suka anak kecil.

Jadi gadis itu mengengam jemari Jisung yang kecil.

"Kapan kau akan memberikan apelnya?"

"Sekarang."

"Ha?"

Jisung mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya. "Apel untuk kakak!"

Zenith melongo.

"Woy ini dapet darimana, kamu cenayang?" Serunya terkejut.

Jisung tersenyum, iris zambrudnya hampir hilang ketika pipi bakpaunya terangkat keatas. "Ini dari kakek, efeknya lebih istimewa, khsusus untuk anggota keluarga Jung."

Zenith jadi ragu menerimanya, meski tangan Jisung sudah terulur daritadi. Cewek itu berat mengambilnya, ini kan sangat istimewa? Pasti tidak gratis kan?

Apalagi tatapan Jisung seperti bocah kecil yang memberi sesuatu untuk dapat sesuatu.

"Huft." Zenith menghela nafas. "Apa yang kamu mau?"

"KAKAK!" jawab Jisung gembira.

"Ha?"

"Aku ingin kakak jadi guruku, kakak keren!"

Catat, Jisung orang kedua yang bilang dia keren.

"Aku tidak bisa pedang," kata Zenith.

"Aku hanya ingin diajarkan caranya senyum."

Lagi-lagi Zenith dibuat melongo karena celetukan polos Jisung.

"Senyum kakak indah, Jisung suka!"

ZENITH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang