mantra ajaib Zenith

3.5K 438 35
                                    

Jisung menutup pintu kamar, lalu ikut melompat ke kasurnya, tepat di samping Zenith. Dua manusia itu bertatapan beberapa detik sebelum meledakan tawa dengan puas.

"Gila bwahwaha!"

Pikiran keduanya seakan sudah menyambung, secepat ini, semudah ini. Zenith tidak lagi merasa jengkel melihat raut tengil Jisung. Jisung juga tidak heran lagi jika tiba-tiba Zenith melakukan hal random. Mereka sudah saling mengerti.

"Actingmu hebat sekali," puji Zenith sambil terkikik geli, mengingat kembali Jisung yang kejang-kejang sore tadi.

Jisung yang merasa konyol juga ikut terkekeh. "Kau juga hebat bisa dengan cepat mengerti maksudku."

Mereka saling menatap, tenggelam pada iris masing-masing sebelum saling melempar senyum tulus. Tersirat kata terimakasih dari keduanya untuk keduanya.

"Kakek semudah itu menerimamu karena mendengar kau bisa merubahku ke wujud asli. Kenapa kamu bisa memikirkan hal itu?" Jisung melempar pertanyaan, Zenith berguling kesampingnya.

Tangannya dengan berani menyentuh wajah mungil Jisung, membingkainya dengan jemari lentik si gadis. Mengagumi wajah kecil tampan dengan sepasang binar polos disana.

"Mudah, dalam beberapa kali pertemuan, kau selalu memasang wajah bocah di depan keluargamu dan orang-orang, jadi instingku mengatakan bahwa itu adalah kelemahan tuan Jung," jelas Zenith panjang, dia sekali lagi berdecak. Mengangumi betapa banyak wajah kecil ini mengubah kehidupannya.

Jisung tersenyum, senang-senang saja melihat tatapan penuh puja Zenith. Aduh, pasti gamteng banget gua amngjay. Jika di terjemahkan, mungkin itu isi hati Jisung.

"Yang aku heran, kenapa kau menyembunyikan wujud aslimu dari tuan Jung?" Zenith melempar pertanyaan dengan alis yang bertaut, membuat Jisung membuyarkan lamunanya.

"Ah, itu rahasia." Dia mengerjap tengil, tapi Zenith tidak marah. Mood nya terlalu baik hari ini.

Setelah lama dikukung diam sembari memandang langit-langit kamar di atas kasur king size milik Jisung. Pria itu tiba-tiba membulatkan matanya sambil beranjak bangun.

"Ada apa?"

"Saat pertama kali datang kemari aku rasa kau mengatakan sesuatu tentang ... tunangan?!"

Wajah Zenith berubah tertekan, dia langsung ingat Kai dan kemarahannya pada Zenith. Gadis itu  mendadak kehilangan jiwanya, dia mengusak rambut frustasi.

"AAAAAAAAA TOLONG AKU JISUNG!"

"Apa lagi kali ini?" Jisung mengulum senyum, menanti cerita-cerita Zenith yang selalu menarik. Gadis itu dan kisahnya sama-sama keren.

"Duke kai." Suara gadis itu tercekat. "AKU HARUS BERTUNANGAN DENGANNYA!"

Ha?
Apa-apa? Jisung terpekur, seperti kehilangan jiwa, tubuhnya seakan membatu lalu retak perlahan-lahan melihat ekspresi datar putus asa gadis di hadapannya.

"Kau ... aku tidak sangka, kau mesum!"

"Ha? Apa yang kau bicarakan?" Cengo Zenith.

"Aku tahu kau putus asa karena pria bernama Chenle, tapi tak aku sangka kau mengincar duke Kai. Ck, meski kau cantik kau tidak boleh bertunangan dengan kekasih orang," cerocos Jisung panjang lebar, makin membuat pikiran Zenith berantakan.

"Dia yang mengajak tunangan tahu!" Desis Zenit membela diri, tidak terima dengan tuduhan Jisung.

"Yasudah, tolak!" Perintah Jisung.

"Bagaimana caranya?"

"Mudah kok!" Jisung mengeluarkan seringai tengilnya. "Bilang saja kau sudah bertunangan dengan pewaris keluarga Jung."

Gila! Sejak kapan pria kecil itu pintar menggoda orang. Wujud bocah kecilnya tidak cocok dengan kelakuannya. Zenith tiba-tiba merasa sebagai tante tua yang memperalat anak kecil.

Dek ikut tante yuk.

"Berisik bocah!" Tegur Zenith. Tawa Jisung meledak, pria itu bisa melihat mental Zenith kembali tertekan. Heran, mood wanita kenapa bisa berubah secepat itu?

"Aku lebih tua darimu, jika kamu ingin tahu."

Jisung mengubah tubuhnya, dia berubah pada wujud pria tampan bersurai legam dengan mata tajamnya yang menyipit tengil, menyorot Zenith dengan tatapan menggoda.

"Aku sekarang sudah besar, jadi?"

"Licik kau cheater!"

Pria itu mendekat, semakin dekat, dikamar yang tertutup  bersama pria tengil. Otak Zenith berputar-putar cepat, dia melompat dari kasur hingga jatuh menghantam lantai marmer.

"TOLONG!!"

Zenith berteriak sambil merangsek ke tembok.

"HEI SANTAI, MEMANG AKU AKAN MELAKUKAN APA?"

"KAU AKAN ITU!"

"ITU APA?!"

Teriakan mereka saling bersahutan, tidak lama ada derap langkah kaki di susul gedoran kencang di pintu. Zenith dan Jisung yang sedang bergelut dilantai menghentikan aktfitas mereka.

"Dobrak saja."

Terdengar suara bisik-bisik di luar.

"Sepertinya tuan Jisung kambuh lagi."

Jisung dengan cekatan mendorong Zenith ke bawah ranjang, tepat setelah itu pintu kamarnya hancur oleh aura sihir. Beberapa pelayan dan ksatria menatap khawatir. Jisung mendesah malas, dia tidak punya pilihan lagi selain kembali kejang-kejang.

Di bawah ranjang melihat semua panik oleh acting Jisung mau tak mau Zenith tertawa tanpa suara, melihat tawa ceria gadis itu. Jisung tersenyum sambil terus mendalami actingnya.

Para pelayan berdecak.

"Penyakit tuan muda semakin parah."

Kepala pelayan  mendekat, menyentuh dahi Jisung sambil menutup mata. Lalu setelahnya, dengan penuh puja dia berseru.

"Asoy asoy geboy!

Membacakan mantra persis seperti Zenith tadi sore.

Pfft
Zenith nyaris kehilangan kendali, rasanya dia ingin meledakan tawa sepuasnya. Melihat Jisung berhenti kejang-kejang dan menatap tertekan ke depan. Kepala pelayan tersenyum bangga.

"ASOY-ASOY GEBOY!"

Para pelayan ikut menyerukan mantra suci itu, bukan hanya berhenti kejang-kejang, Jisung sekarang berdiri dengan normal. Urat-urat di pelipisnya terlihat. Dia menunjuk pintu sambil menjerit emosi.

"KELUAR KALIAN DARI KAMARKU!"

Para pelayan menurut, mereka keluar dengan bahagia. Jisung masih bisa mendengar bisikan penuh haru dari mereka.

"Berkat ketulusan kita dan mantra kuat itu, tuan muda langsung sadar. Jaya  asoy-asoy geboy!"

Mendengar itu wajah zenith memerah ngakak, sedangkan Jisung mengernyit tidak suka.

"Mereka tidak imut, bintang satu!" Cebiknya. "Itu hanya terdengar imut jika diucapkan oleh orang imut." Sekali lagi, jisung menyeringai tengil ke arah Zenith. Gadis itu menekuk lututnya di bawah kasur kemudian ...

"AAA JANGAN!"

"HEI MEMANG AKU AKAN NGAPAIN?"

"AAAAA TIDAK!"

"HEI ZENITH GILA!"

Brak.

"Asoy-asoy geboy, sembuhlah tuan muda!"

Sialan ... lagi?!

ZENITH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang