aku abis dimarahin emak

2.9K 436 21
                                    

**"
Chenle dengan jujur, setelah Zenith terbuka dan bercerita tentang lamaran Duke Kai dan penghormatan Keluarga Jung.

Dia juga turut bercerita, cerita yang membuat tiga orang itu membola tak percaya.

"Kau benar-benar ingat?!"

Chenle menundukan wajahnya dalam.  "Maaf."

Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi selain permintaan maaf.

Zenith tersenyum. "Aku senang kau mengingatnya, bahkan ketika keluarga Eperanto saja tidak, " Hiburnya untuk memenangkan Chenle.

"Jadi kau memaafkan aku? " Chenle memandang Zenith berbinar.

"Aku tidak mungkin membuatmu berasa lebih bersalah, ketika hidupmu saja sudah sesak oleh itu. "

Tentu saja, hidup Chenle selalu berat karena rasa bersalahnya pada sang kakak dan sang adik.

Lalu, tanpa di duga Chenle berlutut di depan Zenith. Matanya penuh oleh binar keyakinan.  Seyakin ucapan tulus Zenith, seyakin itu pula hatinya.

"Aku chenle Cerodontha, bersumpah menyerah kan kesetianku untuk Zenith De Nychtas," Ujarnya lantang. "Sebagai seorang kakak! "

Yah... Ini adalah batas hubungan mereka yang paling sempurna. Zenith meraih jemari Chenle dengan senyum lebar.

***

Pagi ini kediaman Eperanto sangat sibuk, mereka akan menyambut kedatangan Keluarga Jung dan pinangan dari Duke Agung Kai.

Wajah Siwon sangat bercahaya, semakin bangga pada Rose.

Rose juga senang meski tidak tahu apa yang dilakukan nya hingga menjadi seberuntung ini. Baiklah, dia anggap ini balasan Tuhan karena dia selalu disakiti Zenith.

Samuel masih hampa, karena ketika Zenith berteriak bahwa mereka bukan lagi keluarga. Seakan ada ingatan aneh yang berusaha masuk ke dadanya, tapi terus terbentur oleh sesuatu yang kasar nata. Sampai saat ini, dia berusaha menenangkan pikirannya, mencoba membiarkan ingatan samar itu benar-benar masuk.

Kediaman Eperanto sudah siap, dari gerbang hingga seluruh kediaman di hias indah. Rose di dandani bagai tuan putri membuat kecantikan nya semakin terpancar.

Kini, mereka tinggal menunggu keluarga Jung datang membawa hadiah dan ucapan pengakuan yang akan semakin mengangkat tinggi derajat Eperanto.

Tanpa mereka sadari, ada empat orang manusia yang terkikik merencanakan sesuatu yang jahat.

Hal jahat yang direncakan orang baik. Tentunya.

Empat orang itulah yang sedang mengendap-endap di salah satu lorong kediaman Eperanto.

Si wanita memimpin di depan, bajunya putih polos, langkahnya tegas, dan wajahhya gembira. Sedang menanti sesuatu yang hebat.

Di sisinya ada pelayan dengan wajah lebih percaya diri dari biasanya. Lalu, dibelakangnya ada seorang pemuda berambut putih yang berdesis dan melotot setiap ada yang berani melempar tatapan kurang ajar pada Zenith. Persis seperti seorang kakak over protektif.

Pemuda lainnya mendengus jengah. "Kau memegang tapi gaunnya? Kekanakan sekali! " Cibir Jisung.

Chenle tidak peduli sedangkan Lily bersecih padanya. "Sadar diri, bocah! "

Padahal, Jisung juga sama saja memegang tali gaun Zenith. Dua pemuda itu melempar tatapan saling membunuh.

"Kenapa kau disini? Bukannya kau harusnya kemari dengan ibumu? " Tanya Chenle, sebenar nya mengusir Jisung.

"Aku bisa sihir, dalam sekali kentutan saja aku bisa berasa di kereta kuda menuju perjalanan kemari. " Jawab Jisung, sombongnya.  "Lagian aku sedang menjaga Zenith dari siluman buaya putih!"

ZENITH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang