Zenith benar-benar tidak tahu kenapa dia berdiri disini, di hadapan sang ayah, Samuel, dan Rose. Aura di sekitar mencekam, semua terlihat suram selain wajah penuh senyum Rose.
Pasti gadis itu kembali mengadukan hal yang tidak-tidak. Auranya tidak asing, jadi Zenith bisa dengan mudah menebak. Dia sudah beberapa kali terjebak situasi seperti ini.
"Jadi ... jelaskan padaku Zenith!" Duke Siwon menyatukan dua jemarinya, menatap penuh intimidasi ke arah sang putri.
"Apa yang harus aku jelaskan?"
Serius, Zenith merasa dia tidak mengusik siapapun. Dia tidak pergi ke daerah teritorial Samuel atau Siwon, bahkan tidak bertemu rose sekalipun akhir-akhir ini. Lalu, apa yang salah?
"WAH KAKAK MENJALANI HUBUNGAN RUMIT DENGAN PRIA YA!" Pekikan antusias Rose jelas sekali sebuah sindiran. "Kakak sudah besar ternyata," lanjut rose dengan seringai menyebalkannya.
Zenith mengulas senyum. "Tentu saja aku sudah besar, kamu masih kecil ternyata." Mata Zenith menyorot merendahkan pada dada rose, membuat wajah gadis itu memerah sebal.
Siwon dan Samuel tentu saja tidak bisa mengerti sindiran Zenith. Hanya Rose yang mengepalkan jari-jarinya ketika Zenith menggosok tembok di sampingnya sambil bersiul-siul.
"Pelayan bilang kau memasukan pria ke dalam kediamanmu, meski aku memberikan kau kebebasan, bukan berarti kau bisa bersikap liar Zenith!" Intrupsi Siwon. Zenith kembali menegakan tubuhnya, agak menjauh dari tembok.
Mendengar nada sarat akan kemarahan itu, Zenith bukan hanya tidak takut, dia malah terkekeh ringan.
"Memberikan aku kebebasan? Apa membuangku ayah?"
"KAU!" Samuel menyela sebelum Siwon angkat bicara. "Jangan keterlaluan."
Zenith mendengus, keluarga ini kompak sekali, dia memang bodoh karena dulu selalu berpikir bahwa suatu saat nanti dia bisa hidup bahagia bersama mereka.
Setelah menenangkan kembali pikirannya Zenith bertanya. "Ada buktinya?"
"ADA!" Itu suara Rose lagi, dia kembali mengulas senyum lebarnya. Mendengar suara rose, zenith benar-benar muak.
"Apa, hah?" Tanya Zenith jengkel.
"PELAYAN MO BILANG KAKA SELALU BERSAMA PRIA AKHIR-AKHIR INI." Rose bersedekap, melihat ekspresi rumit Siwon dia merasa senang. Pasti zenith akan dihukum lagi.
"Apa itu benar, Mo?"
"Iy--iya." Pelayan yang tadi bersembunyi dibelakang Rose angkat bicara.
Suasana makin memanas.
" ... umurnya kira-kira lima tahun."
Mendengar penuturan Mo, Rose melunturkan senyumnya. Sedangkan, Zenith nyaris saja meledakan tawa. Ekspresi Siwon dan Samuel berubah konyol. Jadi, mau tidak mau Zenith benar-benar tertawa.
"Pfftt hahahahah!"
Dia menutup mulut, geli karena hanya dia yang tertawa di ruangan ini.
"Kenapa anak sekecil itu ada di kediamanmu?" Tanya Samuel heran.
"Oh dia?" Zenith berusaha menghilangkan tawanya. "Dia putraku hahahah----"
"APA?!"
"---haha kau benar-benar percaya?"
Melihat ekspresi Samuel yang seperti mayat hidup, menggambarkan jelas bahwa pria itu percaya celetukan Zenith. Gila saja! Dulu jika dia melakukan pembelaan Samuel tidak pernah percaya, giliran hal seperti ini baru dia percaya padanya?
Saking jengkelnya Zenith meledakan sihirnya, tubuhnya perlahan hilang dilahap kukungan kelopak mawar. Sebelum benar-benar hilang Zenith berteriak dalam satu tarikan nafas.
"AKU PERGI MENYUSUI PUTRAKU DULU!"
Samuel dan Siwon hampir terjengkang dari kursinya.
***
Biasanya Zenith akan membaca mantra dalam hati dan memikirkan kemana dia akan pergi. Tapi, tadi saking jengkelnya Zenith tidak memikirkan kemana dia harus pergi.
Jadi, sekarang dia terdampar di sebuah hutan gelap penuh aura jahat. Suasananya cukup baik, jadi zenith memutuskan untuk duduk sebentar.
Dia memikirkan betapa random takdir mempermainkan kehidupannya, memikirkan jati dirinya sendiri, mempertanyakan tentang bagaimana hatinya sekarang?
Sedang asyik-asyiknya melamun, sebuah suara jeritan membuat Zenith terkesiap, dia mulai ngesot mendekati semak-semak rimbun yang tidak jauh di depannya.
"Aaaakh!" Jeritan Zenith turut memecah sepinya hutan, membuat pria berjubah hitam yang baru saja menghunuskan pedangnya ke seorang anak kecil menoleh waspada.
Dia melihat Zenith sebentar, lalu kembali acuh dan membersihkan percikan darah di pedangnya.
"HEI, KAU BARU SAJA MEMBUNUH SEORANG ANAK KECIL?!"
"Dia siluman."
"HEI ANAK SEIMUT ITU?"
"Siluman."
Zenith bergetar, dia merangsek mendekati bocah tidak bernyawa itu. Wajahnya putih, mendadak pucat setelah nyawanya hilang. Darah membasahi hampir seluruh tubuhnya, masih mengalir di rongga dadanya yang berlubang karena tusukan pedang. Dilihat dari sudut manapun itu tetap anak kecil yang manis.
"Ini bocah laki-laki!" Seru zenith.
"SILUMAN!" Pria itu hilang kesabaran pada akhirnya, dia menoleh bengis ke arah Zenith. Melihat telunjuk Zenith yang mengarah padanya pria itu mendadak kesal.
"Ya! Kau memang siluman, kau siluman, kau baru saja mengakuinya sendiri. Dasar siluman tida----ukh."
Zenith spontan mengatupkan mulut saat pedang si pria berada di depan lehernya. Zenith menelan ludah, dia mendongak dan mendapati sepasang mata emerald yang berkilat. Sepasang mata itu terasa tidak asing.
Otak Zenith memang lemot, tapi spontanitasnya cukup baik. Gadis itu mengeluarkan sulur mawarnya dan menarik pedang milik sang pria. Pedang itu terhempas, tepat menancap pada sebuah batu.
"Ahahaha kalau berani tangan kosong dong!"
Plak!
Pria itu benar-benar menampar pipi zenith dengan tangan kosong. Karena tamparan itu, otak Zenith yang lemot seakan diberi pencerahan. Dia menoleh dan menatap pria itu dalam-dalam.
"DUKE KAI?!"
***
NOTE : VISUALNYA BUKAN KAI EXO YA, AKU CUMAN SUKA NAMA KAU JADI KUPAKE. BUAT VISUAL TERSERAH KALIAN TAPI AKU BAYANGINNYA SIH SALAH SATU KARAKTER MANHWA.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZENITH
FantasyNona muda ini selalu mati dan hidup kembali. Tapi, dia selalu menjadi gadis bodoh dan buruk rupa dalam waktu yang lama. Setelah kematiannya yang ke-17 Zenith berubah, dia buang segala hal tentang hidup nona bangsawan. Awal mula perjalanannya yang pa...