Part 3

7.3K 947 73
                                    

▫️▫️▫️▫️▫️

Jangan lupa vote and comment yaa.. Biar Nia makin semangat melayarkan NoRen~

▫️▫️▫️▫️▫️

Pukul 22:37

Malam semakin larut. Suasana kafe pun sudah sepi karena para pelanggan telah pulang sejak kafe di tutup setengah jam yang lalu. Para pekerja satu per satu mulai pulang setelah membersihkan kafe. Menyisakan Renjun disana karena dia yang bertugas mengunci pintu kafe hari ini.

Setelah mengunci kafe, Renjun duduk di salah satu kursi kafe didepan. Biasanya, Renjun akan pulang bersama Haechan dan Mark, karena rumah mereka searah. Namun, karena Mark ada acara keluarga dan Haechan sudah pulang daritadi, dia terpaksa menggunakan aplikasi ojek online.

Sebenarnya, Renjun tidak mau merepotkan orang lain, sungguh. Mulai dari temannya yang selalu mengantar dia ke kafe, hingga Haechan dan Mark yang selalu mengantar dia pulang seusai bekerja di kafe karena rumah mereka searah. Semua itu adalah kemauan mereka, bukan Renjun.

Rezeki anak baik :)

Sudah hampir 40 menit menunggu, tapi tidak ada driver yang menerima pesanannya. Renjun yang sudah menyerah untuk menunggu pun memilih berjalan kaki ke rumahnya, lagipula tidak terlalu jauh. Hingga tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di sebelahnya.

"Ren. Lo mau balik?" ucap pemilik mobil tersebut yang ternyata adalah Jeno. Pemuda itu baru saja kembali dari bar, kebiasaannya hampir setiap malam.

Renjun menghela nafas berat. Mengapa Jeno selalu muncul di sekitarnya? Padahal dia sangat tidak suka dengan lelaki nakal itu. Renjun pun memilih untuk mengacuhkan pertanyaan Jeno.

TIN!

Jeno membunyikan klakson mobilnya, membuat Renjun terkejut mendengarnya. Namun, karena sudah terlalu lelah, Renjun hanya melirik sinis ke arah Jeno dan memilih untuk lanjut berjalan, tidak memperdulikan Jeno yang terus melajukan mobil sejajar dengannya.

Jeno yang melihat Renjun terus berjalan pun berdecak kesal. Dia segera turun dari mobilnya dan melangkahkan kakinya menuju pemuda Huang itu, kemudian berhenti tepat di hadapannya.

"Mau kemana?" tanyanya pada Renjun yang menghindari tatapannya.

"Bukan urusan lo." ucap Renjun, kemudian melangkahkan kakinya ke kiri untuk melanjutkan langkahnya yang dihalangi Jeno.

Namun, Jeno tetaplah Jeno, keras kepala. Dengan segera dia ikut melangkahkan kakinya ke kanan, kembali menghalangi jalan Renjun. "Udah malem. Bareng gue aja."

"Gak. Makasih."

Jeno yang tidak suka penolakan pun segera mengambil pergelangan tangan Renjun dan menahannya sebelum berucap lagi "Gue anter." Setelahnya, Jeno menarik tangan Renjun yang digenggamnya, lalu menariknya ke arah kursi penumpang mobilnya.

Namun, Renjun segera menghentakkan tangannya dari genggaman Jeno. "Gak perlu--"

"Sekali lagi lo nolak, gue bawa ke hotel."

Dan Renjun memutar bola matanya jengah guna menahan kesal. Dia sudah sangat lelah, tapi Jeno selalu berhasil menyulut emosinya. Karena tidak ingin bertengkar, Renjun langsung masuk ke dalam mobil Jeno, tidak menghiraukan Jeno yang sedang tersenyum miring ke arahnya.

Setelah melihat Renjun yang telah duduk manis di kursi penumpang, Jeno berlari kecil dan masuk ke dalam mobilnya. Dia melajukan mobilnya perlahan, sengaja karena dia ingin berlama-lama dengan Renjun.

MIRIS || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang