Part 15

4.4K 584 42
                                    

▫️▫️▫️▫️▫️

Jangan lupa vote and comment yaa.. Biar Nia makin semangat melayarkan NoRen~

▫️▫️▫️▫️▫️

Pukul 8:23

Jeno memarkirkan motornya di depan gerbang rumah Renjun. Kemudian Ia berkaca pada spion motornya, memperbaiki penampilan, lalu berjalan masuk ke pekarangan rumah si manis.

Tadinya Ia ingin menggunakan mobil agar Renjun lebih nyaman, namun mobilnya mogok dan harus dibawa ke bengkel. Maka itu Ia menggunakan motornya.

Jika dipikirkan kembali, lebih baik Ia menggunakan motor. Karena bisa duduk lebih dekat dengan si manis bukan?

TOK! TOK! TOK!

"Renjun! Main yuk!"

Tak kunjung dibukakan pintu, Jeno kembali mengetuk pintu rumah itu, kali ini lebih keras dari yang sebelumnya.

TOK! TOK! TOK!

"Permisi! Ada calon mantu mau jemput calon istri!"

Namun, nihil. Tidak ada seorang pun dalam rumah itu yang membukakan pintu untuk Jeno. Tak ingin menyerah, Jeno mengetuk sekali lagi.

TOK! TOK! TOK!

"Huang Renjun! Nikah yuk--"

CKLEK!

Bagaikan keinginan yang terkabul, akhirnya seseorang membukakan pintu rumah untuk Jeno. Terlebih orang itu adalah Renjun.

Lelaki manis itu menggeleng heran. Jeno lagi, dan Jeno lagi. Memangnya lelaki itu tidak memiliki rumah, hingga harus bertamu di rumah Renjun dua kali berturut-turut?

Tak ingin membuang waktu, Renjun langsung mengajak Jeno untuk masuk ke dalam rumahnya. Karena tidak baik mengobrol di pintu.

"Kenapa?"

Jeno menampilkan cengirannya, lalu mengekori Renjun yang berjalan menuju dapur. "Berangkat ke kampus bareng yuk!"

"Gue kelas siang."

Setelah Renjun menjawab demikian, Jeno langsung memutar otaknya, mencari berbagai cara agar Ia bisa berangkat bersama Renjun hari ini.

Baiklah. Jika Renjun kelas siang, maka Jeno akan bolos kelas paginya.

Jeno pun menghampiri dan berdiri tepat di samping Renjun yang sedang berkutat dengan masakannya. "Lo masak apa sih? Aromanya enak banget!"

"Nasi goreng."

Melihat Jeno yang terus menatap nasi gorengnya, Renjun pun berinisiatif untuk menawarkan lelaki itu. "Lo mau?"

"Boleh?"

Renjun terkekeh mendengar nada bicara yang Jeno gunakan, terlampau semangat seperti anak kecil yang mendapatkan hadiah. "Ya boleh lah. Duduk gih."

Jeno tersenyum senang. Setelahnya, Ia duduk di meja makan yang terletak di depan dapur. Ia memperhatikan Renjun yang tengah menyiapkan nasi goreng buatannya.

Kaki Jeno berayun-ayun sembari bersenandung ria, sembari memperhatikan Renjun yang sepertinya sangat lihai dalam hal memasak.

"Idaman banget sih." batin Jeno.

Setelah selesai, Renjun membawa sepiring nasi goreng dan telur mata sapi, lalu menyerahkannya pada Jeno. "Nih."

"Makasih Ren."

Renjun hanya mengangguk sebagai jawaban. Melihat jam dinding yang masih menunjukkan angka delapan, Renjun bertanya pada Jeno. "Lo gak makan di rumah?"

"Bosen, mbak masaknya itu-itu aja." ucap Jeno malas. Ia tidak suka setiap kali membicarakan segala hal yang ada di 'rumah' nya.

MIRIS || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang