Part 4

6.9K 887 148
                                    

▫️▫️▫️▫️▫️

Jangan lupa vote and comment yaa.. Biar Nia makin semangat melayarkan NoRen~

▫️▫️▫️▫️▫️

Setelah acara selesai, para mahasiswa keluar dari Aula Utama secara tertib, sesuai arahan Sie Keamanan. Mereka tidak lupa mengucapkan berbagai kalimat untuk menyemangati dan memberi selamat pada Renjun, yang saat ini tengah berbincang dengan sang Direktur Utama.

Mereka berdiskusi mengenai keberlangsungan program serta kebijakan kampus selanjutnya. Tidak lupa juga Lee So-Won memberi saran dan arahan khusus pada Renjun.

"Terima kasih banyak atas arahan dari Bapak." ucap Renjun sembari mengulurkan tangannya.

Lee So-Won pun tersenyum dan menyambut uluran tangan Renjun. "Terima kasih kembali karena telah melakukan semuanya dengan sangat baik, Renjun."

Tak lama kemudian, Jeno datang dan menghampiri mereka berdua. Ia menyapa sang kakek dengan senyuman hangat, kemudian beralih menatap Renjun, tanpa melunturkan senyumannya sedikit pun. Sedangkan Renjun hanya memutarkan bola matanya malas.

"Renjun, ini cucu saya. Namanya Lee Jeno. Kamu kenal?"

Renjun yang mendengar ucapan sang Direktur Utama pun tersenyum miring. Terbesit sebuah ide untuk mengungkapkan pada Lee So-Won mengenai segala kelakuan Jeno yang buruk dan nakal di kampus.

Jeno yang melihat Renjun tersenyum miring pun sedikit heran. Memang pemuda di hadapannya itu semakin terlihat manis, namun mengapa firasatnya menjadi buruk saat melihat senyuman itu?

"Tentu, Pak. Saya mengenal Lee Jeno dengan sangat baik." ujar Renjun sambil menekankan ucapannya, kemudian tersenyum manis penuh arti.

"Bagaimana dia di kampus?" tanya Lee So-Won yang entah kenapa sedikit antusias saat mengetahui bahwa Renjun mengenal Jeno dengan sangat baik. Pikirnya, Jeno dan Renjun mungkin sudah dekat.

"Cucu bapak sangat teramat luar biasa..." ucap Renjun yang kemudian berhenti sejenak dan menatap Jeno dengan pandangan remeh. "...hingga dengan bebasnya melanggar per--hmph!"

Jeno yang mampu menerka ucapan Renjun selanjutnya pun segera membungkam mulut lelaki manis itu. Setelah dirasa aman karena Renjun tidak memberontak, Jeno melepasnya dan segera merangkul pundaknya.

Netra Renjun melebar karena tidak terima dengan perlakuan Jeno yang tiba-tiba itu. Namun, belum sempat melayangkan protes, Jeno kembali berbicara. "Kakek, kenalin. Dia calon pacarnya Jeno."

Sedetik kemudian Renjun jawdrop. Sepertinya Jeno semakin aneh tiap harinya. Renjun pun langsung memberi tatapan tajam pada Jeno, yang dengan kurang ajarnya tetap menampilkan senyum manis hingga matanya berbentuk sabit.

"Iya kan, Ren?" Saat ini, giliran Jeno yang melemparkan senyum miring pada Renjun.

Renjun dengan terpaksa membalas senyuman itu. Walaupun dia sangat ingin memberontak, menjambak, juga menginjak kaki Jeno sekuat tenaga, dia tidak mungkin melakukannya, terlebih di hadapan sang Direktur Utama.

"Emang Renjun mau sama anak modelan kamu?"

"Gak cuma Renjun. Satu kampus juga suka sama Jeno." Setelah berucap demikian, Jeno melebarkan senyumannya dengan rasa bangga. Dia sangat yakin kalau banyak mahasiswa yang menyukainya, termasuk lelaki manis yang sedang Ia rangkul itu.

So-Won menggeleng heran karena tingkat kepercayaan diri Jeno yang terlalu tinggi itu. "Ck. Ada-ada aja kamu. Yaudah. Kalo gitu kakek pulang dulu. Sampai bertemu lagi ya, Renjun."

MIRIS || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang