Part 19

3.7K 519 88
                                    

▫️▫️▫️▫️▫️

⚠️Warning⚠️
2194 words
~Bermalam bersama NoRen~

▫️▫️▫️▫️▫️

Renjun mengajak Jeno untuk masuk ke dalam rumahnya, karena udara diluar sangatlah dingin, mengingat hari semakin larut.

Jeno mengangguk mengiyakan ajakan Renjun. Ia pun memarkirkan motornya di depan teras rumah itu, lalu mengekori si manis yang tengah berjalan memasuki rumahnya.

Saat berhasil membuka pintunya, Renjun dan Jeno terkejut bukan main. Pasalnya, di hadapan mereka ada Wendy yang tengah berdiri semari menggenggam sebuah panci.

"Yaampun kakak! Mama kira kamu maling!"

Tadinya Wendy memang sempat mendengar suara pintu rumahnya terbuka. Ia merasa aneh karena hari telah larut, siapa pula yang keluar atau datang?

Karena takut ada pencuri, Wendy segera menyiapkan panci di tangannya untuk memukul pencuri itu. Namun, ternyata orang itu adalah Renjun dan Jeno.

Mendengar nada bicara sang Mama yang terdengar panik itu, Renjun hanya menampilkan cengiran bodohnya. "Maaf ya mah."

Wendy pun mengangguk dan menolehkan wajahnya, kembali terkejut saat Ia melihat Jeno yang dipenuhi luka itu. "Jeno? Kamu kenapa?"

"Saya gapapa tante. Tadi dikejer anjing, terus nyungsep deh."

"Yaampun. Lain kali kamu hati-hati ya."

"Pasti tante."

"Yaudah mah. Mama tidur lagi aja, kakak mau ngobatin lukanya Jeno dulu." ucap Renjun sembari mengambil panci di tangan Wendy, lalu meletakkannya di tempat semula.

Wendy pun mengangguk dan mengunci pintu rumahnya, kemudian menoleh pada Jeno. "Kamu nginep aja ya Jen."

Seketika Jeno menampilkan senyum sumringah, membuat Renjun menahan tawanya saat melihat lelaki itu, bahkan Wendy ikut tersenyum karenanya.

"Siap calon mertua!"

Wendy menahan tawanya dan menggeleng heran. Ia pun melangkahkan kakinya menuju kamar, kembali melanjutkan kegiatan tidurnya yang sempat tertunda.

Melihat Wendy yang telah memasuki kamarnya, Renjun langsung berjalan menuju kamarnya sendiri, membiarkan Jeno mengekori dirinya di belakang.

Sesampainya di kamar, Renjun mengajak Jeno masuk, kemudian menutup pintunya kembali dan menggantung jaketnya.

Sementara Jeno langsung mendudukkan dirinya pada kursi belajar milik Renjun. Ia kembali termenung saat mengingat ucapan sang Papa tadi.

Renjun pun merasa prihatin, terlebih lelaki sialan itu tengah dipenuhi oleh luka. Maka itu Renjun mengambil kotak obat di laci nakas, lalu mendudukkan dirinya di pinggiran kasur.

"Sini."

Jeno segera menghampiri si manis dan duduk di sebelahnya, memperhatikan Renjun yang tengah menyiapkan plester, obat merah, juga kapas.

Jeno tersenyum saat melihat Renjun yang telaten mengobati setiap lukanya. Sepertinya Ia terlalu nyaman ketika berada di dekat Renjun, hingga mampu membuat rasa sakitnya tidak begitu terasa.

Ea.

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Lo. Kenapa bisa luka gini? Perasaan tadi sore gak kenapa-napa."

Jeno pun hanya diam, tidak berniat menjawab pertanyaan Renjun. Ia hanya tersenyum dan sesekali meringis saat lelaki manis itu menyentuh lukanya.

"Lo berantem?"

MIRIS || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang