Part 24

3.4K 397 53
                                    

▫️▫️▫️▫️▫️

Jangan lupa vote and comment yaa, biar Nia makin semangat melayarkan NoRen~

▫️▫️▫️▫️▫️

Pukul 17:28

Bus kampus mereka telah sampai di depan kampus. Renjun, Jeno, dan para mahasiswa lainnya turun dan mulai berpisah satu sama lain.

Kemudian Renjun sedikit berbincang dengan Felix dan Minho, membuat Jeno hanya menunggu kekasihnya itu sembari menyandarkan tubuhnya pada bus di belakangnya.

Seusai berbincang, Renjun berpamitan pada mereka dan segera menghampiri Jeno yang terlihat kelelehan. "Capek?"

Mendengar suara Renjun, Jeno langsung menggelengkan kepalanya dengan semangat dan tersenyum manis. "Mau mampir dulu gak?"

"Kemana?"

"Kencan."

Renjun menahan tawanya, namun juga salah tingkah saat mendengar ucapan Jeno barusan. "Tapi muka lo keliatan capek banget."

"Kalo ngeliat muka kamu mah, energi aku langsung full."

Renjun hanya memutar bola matanya malas, sudah terbiasa dengan gombalan dari Jeno.

"Gimana? Mau gak?"

"Gue kan kerja, Jen."

Jeno malah memanyunkan bibirnya, namun hanya sebentar. Ia baru ingat bahwa Renjun harus kerja. "Yaudah, kalo gitu aku anter ya?"

Renjun mengangguk guna menjawab pertanyaan Jeno. Setelahnya, lelaki itu menautkan kedua tangan mereka dan membawa si manis menuju ke mobilnya yang terparkir di sekitar kawasan kampus.

Sesampainya disana, Jeno segera membukakan pintu mobilnya untuk Renjun, membuat si manis menggelengkan kepalanya heran. Padahal Ia bisa membukanya sendiri.

Kemudian Jeno berlaih menuju pintu satu lagi dan masuk, mendudukkan dirinya dengan nyaman di kursi pengemudi.

"Udah siap?"

"Udah."

"Yaudah, turun."

Renjun menggertakan giginya, terlampau gemas dengan tingkah Jeno. Kapanpun lelaki sialan itu terus menjahulinya.

Langsung saja Renjun melepaskan seatbelt nya dan ingin mrmbuka pintu mobil itu, sebelum tangan Jeno mehanan lengannya dengan cepat.

"Aku cuma bercanda, sayang~"

Karena kesal, Renjun mencubit bisep Jeno dengan keras, membuat si empunya kesakitan. "Yaudah, buruan jalan!"

"Siap!"

▫️▫️▫️▫️▫️

Renjun dan Jeno keluar dari mobil setelah sampai di depan kafe milik Haechan. Setelah itu mereka berjalan berdampingan dan memasuki kafe itu.

Sesampainya di dalam, Renjun langsung memasuki ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Dan Jeno hanya mengekori kekasihnya itu dari belakang.

Sepertinya Jeno terlalu asik menjahili Renjun di dalam sana, membuat suara lelaki sialan itu terdengar hingga ke luar, mengundang tatapan heran dari para pelanggan di kafe.

Haechan pun hanya menggelengkan kepalanya dan langsung memasuki ruang ganti itu. Ternyata Jeno tengah mencubit kedua pipi Renjun dengan gemas, sedangkan si empunya tengah mengikat tali celemeknya.

"Ekhm!"

Menoleh ke arah sumber suara, Renjun mengernyit saat mendapati Haechan yang tengah tersenyum penuh arti.

"Kenapa?"

"Kalian lagi ngapain sih? Mesra banget."

Renjun hanya memutar bola matanya malas, membuat Jeno menyeringai dan segera menghampiri sepasang sahabat itu. Dengan sengaja, Jeno mengulurkan tali celemeknya ke arah Renjun.

"Renjunie, tolong iketin dong~"

Renjun pun segera mengikatkan tali celemek milik Jeno, mengundang tatapan jahil dari Haechan. Kemudian lelaki tan itu menyindir mereka dengan berucap "Jun, kok lo mau sih sama Jeno? Ngiket celemek aja gabisa."

Mendengar ucapan Haechan barusan, Jeno langsung memasang tampang sinis, namun malah terlihat lucu di mata Renjun.

Terlampau kesal, Jeno melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana, sengaja menabrakkan bahunya pada bahu Haechan. "Bacot gembul."

Netranya membelalak karena tidak terima, Haechan langsung mengejar Jeno dan mencekik lelaki sialan itu dengan jahil.

Mereka saling melontarkan kata-kata kasar pada satu sama lain, membuat para pelanggan hanya menahan tawa mereka karena kelakuan kedua lelaki aneh itu.

Renjun pun hanya menggelengkan kepalanya heran, tidak berniat untuk memisahkan mereka. Kemudian Ia memilih untuk membatu Yeri dan Junkyu untuk menyiapkan pesanan.

▫️▫️▫️▫️▫️

Saat ini Jaemin tengah berada di villa-nya. Ia berbohong pada Renjun karena mengatakan bahwa dirinya pergi ke rumah sang nenek. Padahal neneknya sudah pindah ke luar negeri sedari lama.

Jaemin menghela nafas berat. Ia menatap langit di kamarnya dengan tatapan sedih, sembari memikirkan kejadian kemarin.

Renjun menolaknya.

Sakit hati sekali rasanya. Namun, Jaemin tidak ingin membebani hati Renjun, tentunya karena Ia mencintai lelaki manis itu.

Ya.

Jaemin memang sudah mengalah, namun entah mengapa perasaannya malah semakin kuat. Ia masih mencintai Renjun, dan sepertinya akan sangat sulit untuk berpindah ke lain hati.

Bagian terburuknya, kemarin Jaemin melihat Renjun berpelukan dengan Jeno, sesaat setelah Ia meninggalkan si manis disana.

Kemudian di malam harinya, Ia menelpon Renjun untuk kembali meminta maaf, juga menanyakan tentang Jeno.

Dan tanpa Renjun kasihtau pun, Jaemin yakin bahwa sang pujaan hatinya itu tengah jatuh cinta, namun bukan pada dirinya, melainkan Jeno. Terlalu jelas dari nada bicara lelaki manis itu saat mereka membicarakan perihal Jeno.

Hatinya serasa ditusuk oleh ribuan jarum, perih.

Namun, Jaemin mau bagaimana lagi? Renjun tidak mencintainya. Ia bisa apa selain memendam perasaan yang telah Ia tanam selama bertahun-tahun itu?

Kembali menghela nafas, Jaemin menoleh ke arah nakas, melihat sebuah bingkai yang berisikan foto dirinya dan Renjun di sebuah sauna waktu itu.

Jaemin terkekeh. Renjun terlihat sangat menggemaskan saat memakai handuk di kepalanya. Wajah bantalnya juga tetap terlihat manis, padahal waktu itu Jaemin langsung menariknya saat Renjun baru saja bangun dari tidurnya.

Jaemin tersenyum miris, memikirkan betapa menyedihkan dirinya saat ini.

Dulu, mereka sebahagia itu, sedekat itu, dan semanis itu.

Kenapa sekarang jauh berbeda?

▫️▫️▫️▫️▫️

Judul adalah makna dan isi dari sebuah cerita :')

▫️▫️▫️▫️▫️

TBC,
#c_jeuni

MIRIS || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang