Part 23 - Will You Be Mine?

4.2K 450 145
                                    

▫️▫️▫️▫️▫️

Jangan lupa vote and comment yaa.. Biar Nia makin semangat melayarkan NoRen~

▫️▫️▫️▫️▫️

Hari ini, akan ada event yang dilaksanakan di dekat kawasan Pantai Gyeongpo. Renjun dan anggota lainnya serta beberapa dosen menuju ke lokasi menggunakan bus.

Semua persiapan berjalan dengan lancar. Mereka juga antusias karena akan bertemu dengan mahasiswa dari kampus lain.

Namun, kedatangan Jeno berhasil membuat heran semua orang, terutama Renjun.

Tidak ada yang bisa melarangnya walaupun Jeno memang tidak berkepentingan disini. Tentu karena Ia merupakan cucu dari sang pemilik universitas.

Lelaki itu tiba-tiba ikut memasuki bus yang akan mereka gunakan, lalu duduk tepat di sebelah Renjun. Menyamankan posisinya, Jeno sengaja mendekat hingga kedua bahu mereka saling berhimpitan.

"Selamat pagi, Ren."

"Pagi juga, Jeno."

Jeno senang bukan main. Barusan Renjun menyapanya dengan hangat! Tidak seperti biasanya yang terkesan galak itu--selain kemarin karena lelaki manis itu sempat bersedih.

"Gue denger, kita mau ke pantai ya?"

"Lokasi event-nya deket pantai, bukan di pantainya." ucap seseorang yang duduk di kursi belakang Jeno.

Jeno menoleh dan menemukan Sanha yang tengah asik bermain game di ponselnya. Kemudian, Ia menjahilinya dengan menekan asal-asalan pada ponsel milik Sanha.

"Gue nanya Renjun, bukan lo sat."

Sanha ingin sekali menggeplak kepala Jeno, namun dia harus menjaga image di depan pacarnya. Jadi, dia hanya menggumamkan kata sabar berkali-kali dan lanjut bermain game.

Renjun pun hanya menggeleng heran karena kelakuan Jeno.

"Ren. Berapa jam kesana?"

"Kurang lebih dua jam--"

"HAH?!" ucap Jeno sembari berteriak, terkejut bukan main setelah mendengar jawaban Renjun. Itu berarti, dirinya akan duduk di bus selama dua jam penuh?!

Beruntung Ia duduk bersama Renjun. Jadi, mau berapa jam pun tidak akan terasa melelahkan, tapi menyenangkan!

"Ren. Jaemin gimana?"

"Semalem dia nelpon gue, katanya sih mau liburan dulu ke rumah neneknya."

"Udah baikan?"

Renjun mengangguk antusias. Memang benar bahwa semalam Ia sempat berteleponan dengan Jaemin karena sahabatnya itu ingin meminta maaf. Dan syukurlah sekarang persahabatan mereka baik-baik saja, seperti semula.

Renjun sedikit terkejut waktu sahabatnya itu malah membahas tentang Jeno. Jaemin memintanya untuk tidak memendam perasaan terhadap Jeno, jika tidak akan berakhir menyakitkan--seperti dirinya.

"Tapi Jaem, gimana kalo Jeno ternyata gak jauh beda sama Guanlin--"

"Jun.. Gue lebih kenal Jeno daripada lo. Mungkin sifatnya mirip sama Guanlin, tapi kalo masalah hati.. Believe me, he's the one for you."

Renjun tentu saja senang, namun juga bimbang. Tapi perkataan Jaemin selalu dapat dipercaya. Dan hal itu pun berhasil membuat Renjun kembali merasa bersalah. Beruntung Jaemin meyakinkannya bahwa dia tidak apa-apa. Sahabatnya itu akan mendukung apapun pilihannya, sekalipun itu sulit untuk diterima.

MIRIS || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang