Part 38

2.4K 309 28
                                    

▫️▫️▫️▫️▫️

Jangan lupa vote and comment yaa, biar Nia makin semangat melayarkan NoRen~

▫️▫️▫️▫️▫️

Tiba waktunya Renjun untuk pulang dari kantornya. Tadi Sungchan bilang bahwa dia akan menjemputnya, Renjun pun hanya mengiyakan karena Sungchan memaksa.

Bukan memaksa sih, lebih tepatnya Renjun yang termakan rayuan lelaki itu untuk pulang bersama.

Yangyang pun menemani Renjun sampai Sungchan datang, namun tiba-tiba sang ibu menelpon dan memintanya segera pulang. Maka itu Renjun terpaksa menunggu sendirian di lobby, karena di luar sedang hujan deras.

Sudah hampir satu jam, namun Sungchan tak kunjung datang dan sulit dihubungi. Mungkin lelaki itu lupa mengisi daya ponselnya, karena Sungchan sendiri yang mengatakan bahwa dia sedikit pelupa.

Namun Renjun memilih untuk menunggu sebentar lagi. Mungkin Sungchan terjebak macet. Lagipula sekalian saja Renjun menunggu hujan berhenti.

Tak lama kemudian Renjun mendengar namanya disebut. Ia pun menoleh ke arah security disana. Ternyata ada Jeno.

Seketika Renjun memutar bola matanya malas. Jeno itu berpura-pura bodoh atau bagaimana sih? Bukankah semalam Renjun sudah mengatakan bahwa Ia tidak bisa?

Mengapa sekarang Jeno malah muncul dengan wajah polosnya seolah semalam tidak terjadi apa-apa, juga senyuman lebar khasnya? Bikin rindu--

Gak! Gak boleh!

Renjun sudah cukup menanggung malunya karena menangis di depan Jeno semalam. Sial, harga dirinya mau ditaruh dimana?! Jeno yang salah, namun malah dia yang menangis!

Sementara Jeno tadi memang bertanya pada security tentang Renjun, karena Ia tidak mengetahui letak ruangan Renjun. Ternyata sang security langsung menunjuk ke arah Renjun yang tengah duduk sendirian di lobby.

Dengan senang hati Jeno menghampiri Renjun. Tak memperdulikan tampang lelaki manis itu yang terlihat malas.

"Hai Ren."

Renjun hanya diam, malas menanggapi Jeno. Ingin sekali rasanya Renjun menampol wajah tak bersalah milik Jeno.

"Kamu nungguin aku ya?"

"Ck. Gak tuh."

"Udah mulai gelap nih. Kok kamu belum balik?"

"Bodoamat. Mau gue ngingep kek mau gue pulang kek, bukan urusan lo."

Jeno hanya tersenyum bodoh. Padahal tadi malam Renjun menangis dan terlihat lemah dalam pelukannya, namun mengapa sekarang malah galak lagi?

Tidak apa-apa deh. Jeno suka saat Renjun bertingkah seperti ini. Jeno jadi semangat untuk berjuang mendapati lelaki manis itu lagi.

"Pulang sama aku--"

"Gak."

"Udah malem Ren. Nanti kalo kamu diculik--"

"Gue udah gede. Bisa jaga diri sendiri."

"Ya tapi badan kamu segitu-segitu aja tuh dari dulu."

Renjun pun melotot ke Jeno, membuat lelaki itu tersenyum takut-takut. Namun Jeno tidak salah kok, memang begitu kenyataannya.

"Diem lo! Mending lo pergi deh. Muak gue liat muka lo."

"Loh? Kenapa? Bukannya tambah ganteng ya?"

Dengan kesal Renjun menginjak kaki Jeno sekuat mungkin, kemudian pergi dari lobby. Menanggapi Jeno hanya membuatnya tambah emosi. Biarlah Renjun kehujanan, yang penting jauh-jauh dari lelaki sialan itu.

MIRIS || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang