02. Pertengkaran di Kantin.

13.1K 744 6
                                    

Kelas X IPA 3 sangat tenang. guru yang mengajar terkenal killer. Setiap sekolah pasti telah tersebar bahwa guru Matematika itu kejam. Seperti sekarang semua murid diam, meski tidak berniat mendengarkan mereka tetap diam.

Tiga bulan memasuki dunia putih abu-abu, sudah beberapa murid terkena hukuman Buk Ida. Jadi sekarang mereka menjadi anak baik selama dua jam pelajaran guru itu.

Tok... Tok... Tok...

"Permisi, Bu." semua menoleh ke arah ketua Osis, name tag Dimas Prasatya, termaksud Bu Ida.

"Iya, Masuk."

Dimas masuk ke dalam kelas, tangannya memegang setumpuk kertas.

"Ada apa Dimas?" tanya Ibu Ida.

"Ini, Bu. Mau bagiin formulir buat kemah tahunan, sekalian mau jelasin sama yang lain tentang kemah tahunan." Dimas mengangkat lebaran kertas yang ada di tangannya.

"Baiklah, Anak-anak sepuluh menit lagi istirahat, jadi sisa waktu sepuluh menitnya Ibu berikan kepada Dimas untuk menjelaskan acara tahunan kita sama kalian." Bu Ida berdiri, membenahi tumpukan buku yang ada di atas meja untuk ia bawa.

Saat guru itu keluar pintu kelas, semua murid tersenyum senang.

"Baiklah Adik-adik, pasti kalian semua udah tahu nama Kakak, karena waktu mos udah perkenalan. Kakak selaku ketua osis mau menjelaskan kegiatan tahunan kita ini, setiap tahun kita mengadakan kemah yang hanya diikuti oleh kelas sepuluh dan dua belas. Jadi selama kalian sekolah di sini kalian akan mengikuti dua kali acara tahunan ini. Dan semua murid wajib ikut apa lagi kelas sepuluh. Baik ada yang mau kalian tanyain, kalau gak ada Kakak akan langsung bagikan formulir yang harus kalian isi."

Syala mengangkat tangan. "Kak, Syala mau tanya dong."

"Dih, suara lo imut dibuat-buat. Najess woy!" Teriak Ozkar. Ingat ya! Ozkar itu cerewet, kayak cewek.

"Iri bilang bos!" Syala melirik sinis Ozkar, tatapan mereka mengibarkan bendera peperangan.

"Sudah! Jangan debat, waktunya mepet jadi gunain dengan sebaik-baiknya. Kamu yang cewek, tadi mau tanya apa?" Dimas menengahi, jam yang tertempel di dinding kelas itu menunjukan bahwa waktu Dimas tinggal enam menit lagi.

"Syala mau tanya Kak, kemahnya berapa hari ya Kak?" gadis ini kembali bersuara seperti anak kecil membuat Ozkar ingin muntah.

"Cuma satu hari. Ada yang mau tanya lagi?"

"Kak." Kaya mengangkat sebelah tangannya, ingin bertanya.

"Iya, mau tanya apa?"

"Kemahnya di mana ya, Kak?"

"Kita kemahnya di hutan, tapi tenang aja hutannya memang untuk perkemahan jadi jauh dari kata berbahaya."

Kring... Kring... Kring...

Suara bel istirahat berbunyi. Semua murid lelaki jengah dengan sesi tanya jawab yang menurut mereka tak bermanfaat tersenyum bahagia, meninggalkan kelas dengan tidak sopan.

"Oke, sampe sini dulu ya. Dan untuk ketua kelas tolong bagikan formulir ini kesemua murid di kelas ini, dan kumpulkan kembali hari senin." Dimas meletakan tumpukan kertas yang ia bawah di atas meja Guru, kemudian keluar dari kelas itu.

"Tara, baginya waktu masuk aja, banyak anak-anak ke kantin duluan, nanti malah ilang kertasnya."

Tara selaku ketua kelas mengangguk mendengar ucapan Ozkar.

"Kantin yuk. Aku laper banget, tadi pagi sarapan sedikit gara-gara bareng Bang Io yang mau dateng cepet." jemarinya mengelus perut, menatap dramatis perut kerempengnya.

KAYANTA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang