Suara decitan pintu terbuka mengalihkan atensi ketiga orang berbeda usia dalam sana.
“Kaya udah di rumah?” Lio menghampiri Ayahnya cepat, bertanya.
“Iya, dia sama temannya yang satu lagi, untuk malam ini kamu beri alasan apa pun agar perawat tidak masuk ke dalam.”
Setelah melihat anggukan dari putranya, Reno bergegas menggandeng Fina untuk ke luar. Tujuan mereka ke rumah, membawa Kaya ke rumah peninggalan nenek istrinya dulu untuk malam ini, hingga pagi nanti Kaya akan di ungsikan ke luar negeri.
Reno telah merencanakan semuanya. Kaya akan di pindahkan ke sekolah asrama sampai Lio lulus dan menyusul Adiknya agar menempuh pendidikan di negeri yang sama.
Setelah kepergian kedua orang tuanya, hening sesaat dalam ruang itu. Lio melirik sekilas teman Adiknya yang terlihat canggung sebelum ke kamar mandi, membasuh wajah agar kembali segar.
Lio keluar kamar mandi. Gadis yang pernah ia ancam itu refleks duduk dari berbaring ketika melihatnya. Memilih acuh, ia duduk di sofa, bersandar, memejamkan mata. Lelah baru terasa.
“Orang tua lo nggak nyariin?”
Syala menoleh pada sumber suara yang tidak bergerak pada posisi bersandar dengan mata terpejam. “Tante Fina udah izinin sama Ibu gue kok kak.” Ia mengulum senyum, curi pandang.
Jantung Syala berdetak begitu hebat. Selama ini ia mengagumi kakaknya Kaya, namun gadis remaja ini lebih ke sadar diri untuk tidak menunjukan perasaan tidak tahu malu itu.
Mengangguk, masih dengan posisi sama. “Udah makan?”
Syala tidak berpaling, kesempatan untuk memandangi wajah Lio tidak akan disia-siakan. “Udah.”
Merasa lelahnya mulai berkurang, kelopak mata Lio terbuka, duduk tegap. Kini beralih menatap penuh pada lawan bicara, menangkap basah gadis itu yang tengah memandanginya. Namun, sekali lagi Lio tetap acuh.
Seketika Syala berpaling, komat-kamit dalam hati karena hampir ketauan.
“Kapan? Bukannya Bunda jemput lo dari sore,” ucapan Lio tepat sasaran, membongkar dengan sekali kalimat kebohongan Syala
Gadis ini menyengir kuda. Sebenarnya ia sudah merasa lapar apa lagi sekarang hari sudah gelap.
“Selama lo di sini, lo tanggung jawab gue. Bilang sama gue apa pun yang lo butuhin. Mau makan apa?” Mengeluarkan ponselnya membuka aplikasi untuk memesan makanan online.
“Ayam bakar aja Kak, mudah didapetin,” ucapnya. Bibir Sylla terus berkedut menahan senyum senang.
Lio mengangguk, mulai mengotak atik di atas layar ponselnya.
🕊️🕊️🕊️
Reno dan Fina telah tiba di kediaman mereka. Mobil Ozan masih terparkir rapi depan teras. Tergesa-gesa masuk, waktu seolah-olah memburu agar bergerak cepat.
Di sofa ruang tamu Ozan tidur. Pasangan paruh baya ini tidak menaruh kejanggalan, mewajarkan saja, berpikir lelaki remaja itu kelelahan.
“Panggil Kaya, Ayah bangunin anak ini dulu. Kita harus segera pergi.”
Mengangguk, bergegas menuruti perkataan sang suami. Ketika sampai di dalam kamar Fina tidak melihat koper yang telah ia siapkan sebelumnya. Panik menyerang, jantung berpacu tidak karuan, berbagai kemungkinan menyerang kepalanya.
Bergegas memeriksa kamar mandi, berharap ketakutannya tidaklah nyata. Namun, fakta menghantam talak wanita paruh baya ini, seketika ia menangis meraung-raung.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAYANTA (ON GOING)
Teen FictionWarning : Banyak kata-kata kasar dan kekerasan. Ini tentang Gadis Bernama Kayana Aldaria yang mengklaim teman Kakaknya sebagai cinta pertamanya. Tentang perjuangan Kaya, mengejar lelaki yang bahkan enggan menatapnya. Tentang bagaimana ia berusaha un...